Aku mendengus kesal dan berjalan dengan kaki yang menghentak. Apa-apaan dia?! Memangnya aku kayak cewek apa?! Harga diri aku sebagai cowok tulen jadinya tercoreng tahu! Mentang-mentang dia tinggi, macho kayak Bang Devan jadi seenaknya gitu!
Aku tahu aku pendek kayak cewek, tapi wajah aku tidak segemulai itu!
"Oi! Kok mukanya kusut?"
Aku mendongak dan mendapati Bang Devan yang sedang bersedekap dada tak jauh di depanku dengan sebelah alis yang ia naikkan.
"Huwaaaaa!! Abaaaaangg!!"
Langsung saja aku berlari ke arah Bang Devan dan sedikit melompat agar bisa 'bergelantung' di lehernya.
"Adek merasa terhina!" seruku kesal.
"Kenapa lagi?" tanyanya sambil menahanku agar tidak jatuh ke bawah.
"Masa adek dikira cewek?! Dari sisi mananya adek kayak cewek?!!" rajukku sedikit histeris.
Bang Devan terdiam untuk beberapa saat sambil menatapku, lalu tiba-tiba dia tertawa.
"Apa sih?! Kok malah ketawa?!"
Dia menjejakkan kakiku ke tanah, lalu melepas pelukan tanganku dari lehernya masih sambil mengikik geli.
"Kamu tuh ngga sadar diri ya?" ujarnya sambil mendorong dahiku pelan. Hah? Lha? Kok?
"Ayo pulang! Papa nungguin kamu."
Bang Devan pun langsung menggenggam tanganku dan langsung menyeretku pulang.
"Tapi kan Bang—"
"Ssstt!!! Terima aja kalo muka kamu begitu," ujarnya.
"Begitu gimana?! Adek ngerasa muka adek ganteng kok! Ngga ada unsur-unsur ceweknya sama sekali."
Bang Devan menoleh dan mendengus sinis.
"Tch, narsis banget kamu. Jangan dibiasain, ngga boleh."
Dan aku cuma bisa cemberut sepanjang jalan pulang. Sesampainya di rumah, bisa ku lihat Papa yang sedang sibuk membaca entah kertas apa yang bertumpuk di atas meja.
"Papa!! Adek pulaaaa—hmpp!"
"Ngga pake teriak berapa, Mas?" tanya Bang Devan dengan tangan yang menutup mulutku. Aku manyun, biarpun tidak kelihatan sih.
"Kamu dari mana, Dek?"
Papa mengalihkan perhatiannya ke arahku. Langsung saja ku tepis tangan Bang Devan yang masih betah menutup mulutku dan berjalan dengan girang ke sofa.
"Biasa, Pa. Habis walking walking in the street. Kuenya buat Adek ya!"
Setoples kue kering langsung berpindah ke pelukanku. Papa tertawa.
"Jangan sok Inggris plis," ujar Bang Devan sambil memutar kedua bola matanya, lalu duduk di sebelahku dan merebut toples kue tadi.
"Kamu tuh udah ngabisin cake punya Abang! Jangan makan ini lagi! Sakit gigi baru tau rasa!" Serunya.
"Papa! Bang Devan nih!" rajukku sambil menunjuk ke arah Bang Devan yang lagi nyomot kue dari toplesnya. "Adek mau juga! Siniin!"
Toples kue itu semakin dijauhkan dariku.
"Mau?" tanya Bang Devan sambil menunjukkan sepotong kue di tangannya. Aku mengangguk semangat.
"Nih," bibirnya langsung mengapit kue tersebut dan memajukan wajahnya ke arahku. Belum sempat aku memajukan tubuhku untuk mengambilnya, Papa sudah lebih dulu menarikku agar duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Boy [SELESAI] ✔
Romance"Kalo Mian mau cari orang lain ngga masalah. Aku sadar diri kok." . . "Gue nerima apapun keadaan lo, Gi. Ngga ada orang lain yang bisa ngegantiin lo di hati gue." ---- Cover di atas dibuat oleh @baekfii CERITA INI MERUPAKAN HASIL REVISI. PUBLIKASI A...