[Part 2] ~ Purusa- Inti diri jiwa ~

3.8K 317 27
                                    


Hidup manusia terlalu fana

Karena itulah Tuhan selalu mengingatkan pada kita

Pentingnya menghargai waktu, menggapai makna

Dunia 24 jam terbagi menjadi tiga

Untuk bekerja, beristirahat dan berdoa

Andai kau pernah bertanya

Siapakah pusat dunia

Sebenarnya itulah inti diri kita

Yaitu sang Maha Kuasa

***

Pagi berkabut menjadi pemandangan biasa di SMK Al-Azhar, walau dingin, guru tidak memperbolehkan murid memakai jaket ataupun sweater supaya melatih tubuh mereka agar terbiasa dengan cuaca daerah di kaki gunung ini.

Bu Ida yang mengajar Sejarah Indonesia mengamati sekeliling kelas dan menyuruh anak-anak melepas jaket mereka.

"Dingin, Bu, saya juga sedang pilek." Farikh yang bertubuh tambun memandang Bu Ida dengan sorot mata memelas.

"Lemakmu sudah banyak, Rikh. Itu sudah cukup menghangatkan tubuh, seperti fungsi lemak pada beruang kutub atau singa laut."

"Idih, Ibu tega ngatain Farikh gitu," gerutu Farikh sambil menyampirkan jaket di sandaran kursi. Bu Ida pun memulai pelajaran setelah anak-anak tenang. Beliau menerangkan sedikit materi tentang presiden pertama RI lalu menyuruh anak menonton pidato-pidato terkenal sang putra fajar.

Aryan merasa, setiap pembelajaran di kelasnya cukup menarik karena setiap kelas sudah dilengkapi peralatan yang menunjang. Guru hanya sedikit menerangkan, memberi materi multimedia dan anak-anak sedikit merangkum materi di buku mereka, materi berupa e-book atau power point bisa diunduh di Sistem Informasi Sekolah (SIS) berupa folder mapel yang di-share melalui guru server.

Kisi-kisi ulangan harian ataupun ujian sudah di-share guru seminggu sebelumnya, walaupun begitu tidak semua anak memahami kewajiban mereka sebagai pelajar dengan baik. Mereka tahu kewajiban mereka untuk belajar, menuntut ilmu setinggi mungkin, tapi sering mengabaikan kewajiban itu lantaran banyak faktor, seakan mereka hanya sekadar tahu tapi tidak menjalankan. Waktu belajar teralihkan untuk bersenang-senang, menikmati kepuasan duniawi dan didukung masa puber yang selalu ingin menunjukkan jati diri dengan meng-upload setiap kegiatan piknik atau bermain mereka di sosial media, tapi sering lupa meng-upload pekerjaan rumah melalui web atau guru server yang disediakan.

Apakah siswa yang setiap hari memakai seragam muslim dan atribut rapi dijamin memiliki akhlak yang luhur dan budi pekerti baik? Di sekolah, mereka terlihat begitu islami dengan peci dan hijab mereka. Peraturan sekolah pun cukup ketat.Jangankan murid, jika guru wanita terlihat berfoto di sosmed tanpa hijab, langsung disidang oleh komite yayasan, tapi tetap saja banyak pelanggaran yang terjadi karena permasalahan yang kompleks. Di pondok, Aryan sering menjumpai pelanggaran jam malam, penyelidikan oleh keamanan blok menemukan anak yang main PS hingga larut, merokok bahkan berpacaran, pelanggaran yang membuat kepala mereka digunduli tidak serta merta membuat pondok bebas dari masalah santri bandel.

Di sela-sela menonton materi, tetap saja ada anak yang berbisik-bisik dan bergosip.

"Bu Ida aneh, udah tahu udara dingin, masih aja kita nggak boleh pakai jaket." Farikh masih menggerutu.

"Oh, Bu Ida masih kalah aneh dari guru olahraga," timpal Habibullah.

"Kenapa?" tanya Aryan heran.

"Dengar aja itu, Pak Badri cuma bisa ngitung angka satu sampai delapan, padahal dia udah lulus sarjana, hahaha ...."

US - Games of Love [NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang