[Part 13] ~ Cayadewi - Bayangan Bidadari ~

3K 113 15
                                    


Keindahan menimbulkan hasrat

Hasrat terjaga pengendalian

Walau kadang

Mahadewa termangu

Melihat sang dewi bernyanyi

Hingga dia melangkahkan kaki

Menghampiri bayangan sang bidadari

***

Mata lelaki itu terbuka lebar.Sesungguhnya dia bingung untuk mengutarakan keadaannya sekarang. Gadis cantik depannya tengah meringkuk dalam dekapan hangat dadanya. Tangan mungil gadis itu melilit perut atletisnya. Bahkan, embusan lembut napas gadis itu membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak, meronta untuk keluar.

Senyuman penuh kemenangan tersungging di bibir. Bahagia akan posisinya saat ini. Posisi yang membuatnya yakin akan perubahan statusnya yang sudah berpasangan, tidak lagi melajang.

Tangannya bergerak untuk membingkai wajah manis di depannya yang masih terpejam rapat. Pelan, bergerak membelai mata, pipi, hingga bibir gadis itu. Dia memang tidak melanggar perbatasan yang semalam dibuat istrinya, tapi dia telah melakukan pelanggaran lain. Menyentuh gadis yang membuatnya bergejolak tidak nyaman.

Andai gadis manis ini bangun dan menyadari posisi seperti apa mereka saat ini, sudah pasti gadis itu akan berteriak dan memakinya dengan umpatan pelan. Atau mungkin, lebih buruknya tendangan maut akan dia dapatkan di perut dan tamparan keras mendarat di wajah.

Aryan bergidik. Tentu dia tidak mau pagi indahnya rusak dengan bayangan mengerikan itu. Karena itulah, dia bergeser sedikit sembari menyingkirkan tangan mungil milik istrinya dari tubuh. Lalu, perlahan turun dari ranjang, meninggalkan istrinya terlelap nyenyak dalam kesendirian. Namun, sebelum benar-benar beranjak dari kamar, dia pandangi wajah ayu milik Nayla sejenak sebelum mengatur jam beker di meja samping ranjang untuk membangunkan Nayla saat waktu subuh tiba.

Ketika menuruni anak tangga, Aryan menemukan Gerard tengah sibuk membersihkan ruang keluarga. Dia menyapa Gerard sebentar sebelum beranjak keluar untuk melakukan rutinitas paginya. Olahraga dan sholat berjamaah di masjid.

Dan tepat pukul enam pagi, Tristan Cain sudah menemuinya di rumah kaca di taman kompleks perumahan. Cain memberikan laporan yang perlu ditandatangani Aryan.

"Jangan lupa mengatur sebagian laba untuk dizakatkan."

"Ya, Sir!"

"Bagaimana perkembangan proyek baru?" Pertanyaan itu Aryan berikan tanpa mengalihkan pandangan dari berkas laporan di tangan. NeoGames mengembangkan pangsa pasar baru dalam proyek mereka kali ini, merambah ke aplikasi game edukasi untuk anak-anak yang disesuaikan dengan kurikulum terbaru.

"Sudah sesuai target. Bagian advertising dan pemasaran juga sudah mengemas konsep untuk merchandise yang akan kita pasarkan. Kebetulan bentuk monser-monster lucu itu sangat disukai anak-anak dan video cerita animasinya di youtube mendapat respons yang baik. Kita juga akan mengeluarkan kaos, topi, boneka serta beberapa merchandiselain saat launching nanti."

"Tetap jaga kualitas. Siapkan jugamerchandise limited edition untuk para kolektor," pesan Aryan seraya menyerahkan laporan yang sudah dia tanda tangani dan review pada Cain.

"Tentu, Sir!" Cain mengangguk sebelum pamit undur diri.

Setelah Cain pergi, Aryan masih tetap duduk di ruang kaca, menunggu seseorang. Orang yang menjadi tempatnya bersandar dan mengadu saat kepalanya penuh terisi hal yang membingungkan seperti saat ini.

US - Games of Love [NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang