[Part 3] ~ Candradimuka ~

3.1K 326 74
                                    


Jika kasih orangtua hanya sebatas cinta

Maka Gatotkaca putra Werkudara

Takkan menjadi satria pilih tanding nan perkasa

Lemparkan dia ke Candradimuka

Gelegak kawahnya melumuri Tetuka

Menjadikan kebajikan sebagai tameng hatinya

Di balik otot kawat dan tulang bajanya

***

Tidak terasa sudah hampir sebulan Aryan berada di SMK Al-Azhar, suasana sejuk pedesaan membuatnya betah berada di sekolah ini. Dari sisi sebelah kiri kelas terlihat aliran sungai mengalun tenang, mungkin ini salah satu alasan Kyai Mustafa Hassan mendirikan kompleks pendidikan di lingkungan pedesaan. Konon pada zaman dahulu, para calon raja Mataram juga dididik di padepokan jauh dari ibu kota negara, mungkin supaya para pelajar bisa berkonsentrasi dengan ilmu yang diberikan oleh para guru.

Hari masih pagi dan baru ada beberapa anak di dalam kelas, Habib sedang menasihati Farikh yang asyik menyontek pekerjaan rumah Rizal, anak-anak putri sedang berdiskusi tentang bros cantik yang akan mereka buat di mata pelajaran kewirausahaan dengan Bu Rezeki nanti. Aryan beranjak menuju pintu, biasanya anak-anak lelaki berjemur di bawah sinar matahari pagi, menghangatkan diri sebelum bel berbunyi.

"Hai Aryan." Milla, anak X AKL 1 dengan genit menyapa Aryan saat melewati beranda kelas RPL, membuat Aryan tersenyum simpul.

"Hai Milla." Malah Rais yang di belakang punggung Aryan membalas sapaan Milla. Gadis itu cemberut.

"Kok kamu yang jawab sih," gerutu Milla. "Aku kan nyapa Aryan, bukan kamu."

"Alaa ... padahal kemarin kamu ramah-ramah sama aku, jangan mentang-mentang kita udah putus aja, terus kamu ngehindar dari aku.Gini-gini kan aku mantan pacar kamu. Kita udah ngelakuin banyak hal bersama," kata Rais kalem.

"Nah, situ nyadar kan kalau kita udah putus? Nggak usah ganggu aku lagi. Apalagi ngarep buat balik. No way," jawab Milla.

Rais meninggalkan mereka berdua sambil menggerutu, mengumpat pelan pada Aryan. "Ambil tuh kimcil!"

Milla melotot marah, tapi saat dilihatnya Aryan memasang senyum, Milla jadi kepedean.

"Nggak usah dengerin, dia cuman cemburu nggak jelas."

"Santai aja Mil, aku bukan spesies sumbu pendek, kok."

Milla makin terjerat pesona Aryan, jarang-jarang ada cowok cakep yang tidak jaim seperti Aryan.

"Yaudah, aku masuk kelas dulu. Kapan-kapan kita main bareng ya, ganteng?"

"Sure. Nanti kita cari waktu yang tepat," jawab Aryan sambil melambaikan tangan.

Habib yang sejak tadi memperhatikan Aryan mengangguk-angguk sok paham sambil mengambil kesimpulan sepihak. Dia berpikir jika si Yanto benar-benar anak yang tidak beres, semacam playboy tengil yang bisanya merayu anak gadis orang lalu ditinggalkan.

"Pantas, orang tuanya ngirim dia ke pesantren, kelakuannya kayak gitu ternyata", pikir Habib.

***

Ulangan praktik Sistem Komputer baru berlangsung dua jam tapi Aryan sudah mengacungkan tangan karena sudah berhasil menyelesaikan ulangan praktiknya sehingga Pak Azziyad memperbolehkannya beristirahat di kantin.

Melangkah perlahan ke kantin, Aryan merasakan walaupun hari mendekati siang, udara di sekolah masih terasa sejuk, hawa dingin karena sekolah ini dikelilingi gunung dan pegunungan membuat suasana tenang dan nyaman yang sangat mendukung pembelajaran, tapi kondisi sekolah modern yang terletak di pedesaanpun tidak mampu membendung negatifnya teknologi informasi. Semua hal di Era Digital ini jika kita tidak berhati-hati mempergunakannya, maka banyak dampak negatif yang didapat. Aryan menilai, terutama pada anak-anak perempuan. Di kelasnya, anak lelaki saja kadang beberapa terlihat begitu boros membeli barang tidak penting lewat Online Shop. Apalagi anak putri, setiap kali ada hijab keluaran terbaru, dibeli. Gamis lucu atau kekinian, kalau nggak punya, merasa tidak gaul. Padahal Pak Edy yang mengampu Ilmu Fikih sering menyindir murid muridnya.

US - Games of Love [NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang