[Part 8] ~ Sahardaya - Sepenuh rasa ~

3.4K 284 76
                                    


Kita tak bisa mengatur

Ke mana segala rasa hati ditabur

Jangan pernah takut

menempatkan sepenuh rasa

Jika telah berada dalam jalur yang diatur-Nya

***

"Perfect taste." Lelaki berjaket putih itu memuji kelezatan sushi yang tersaji di hadapannya.

Aryan mengangguk. "Itu karena potongan daging ini lebih rapi dari irisan daging yang kau lakukan, dok.".

Abram mengamati irisan daging salmon di hadapannya.

"Well, aku baru memperhatikan, mungkin teknik irisan seperti ini yang membuat masakannya begitu lezat, pori-pori yang tepat terbuka membuat bumbu meresap dengan kadar yang pas, seperti irisan yang kulakukan pada jaringan kulit pasien untuk memaksimalkan fungsi obat. Aku jadi penasaran dengan chef yang memiliki teknik mengiris daging salmon melebihi teknik ahli bedah berpengalaman."

"Bisakah kau berhenti membicarakan apa yang kau lakukan di meja operasi, kita sedang berada di meja makan."

"Kupikir kau sudah kebal dengan rasa takut dan jijik."

"Aku hanya membicarakan etika."

Abram memandang Aryan intens. Matanya menyipit, mengawasi rekan kerjanya yang masih duduk anteng tanpa ada niatan membicarakan tujuan utamanya mengajak bertemu di tempat privat seperti ini. Lalu, dia pun memulai dengan bertanya, "Nah, hal penting apa yang akan kau bicarakan?"

Aryan mengambil sebuah apel dari ransel hitamnya.

"Untukmu!" Dilemparnya apel itu ke arah Abram dan ditangkap dengan tangkas oleh lelaki itu dengan tangan kanan.

"For what?"

"The Master sudah menyetujui proposal project yang pernah kita bicarakan. Kita membutuhkan orang-orang istimewa ini untuk membangun divisi khusus. Dalam divisi Delta kau tidak terlalu berguna karena lebih sering di belakang layar mengawasi pembuatan perlengkapan dan persenjataan, juga 'maintenance and repair'. Apalagi jika ada banyak pasukan yang terluka, kau lebih sibuk di markas utama daripada membantuku.Bahkan kau tak pernah membantuku untuk berpikir."

Abram bersiul. "Whoa! Kau mengalahkan Alfa, Bravo, dan Charlie? Master memilih proposalmu?"

"I'm the perfect one."

"Sombong."

"Rate nilai proposalku jauh dari ketiga orang itu."

"Gila! Padahal kau mengajukan penggunaan orang sipil, bukan? Mereka bukan dari kalangan kita, Aryan." Abram memperingatkan. "This is crazy purpose! Kau adalah seorang inteligen, aku sendiri sudah mengalami pendidikan militer sebagai dokter tentara.Bukankah itu kesamaan antara kau dan aku?"

Aryan tersenyum. "Wrong! Itu bukan kesamaan diantara kita berdua, Dok. Begitu juga dengan 'mereka yang akan terpilih' ini. Mereka memiliki kesamaan dengan kita."

Dahi Abram mengernyit. "What do you mean? Aku paham, otakmu berisi hal yang gila dan abstrak, Aryan."

"Tapi, tidak mustahil untuk diwujudkan. Kau tahu apa kesamaan dirimu denganku, bukan? You have this one." Aryan menunjuk ke dalam dirinya sendiri seakan ingin mengatakan jika ada sesuatu yang tersembunyi dalam tubuh kokohnya.

Abram menunduk. "Aku baru menyadari aku 'memilikinya' saat aku berada diantara lautan hidup dan mati di perbatasan Sukkur, Pakistan. Terlalu banyak prajurit yang terluka parah waktu itu.Diantara ledakan granat, bom, dan tembakan, aku harus mengoperasi banyak tentara dan 'Caesar' muncul dalam jiwaku.Dia seperti dokter Frankenstein yang mampu menyatukan potongan tubuh dengan cepat.Kuharap aku tidak memunculkannya lagi dalam hidupku."

US - Games of Love [NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang