.sepuluH

168 13 0
                                    


          Saat ini, suasana tegang sedang menyelimuti meja dengan tiga kursi disebuah Cafe daerah Samcheong-Dong. Satu gadis dengan dua pria yang menatapnya intens. Keadaan tersebut dilengkapi dengan aroma White frape dan Red Velvet–yang belum tersentuh.

     "Jadi, kau mengenal dia, Daniel-ssi?" kalimat gadis itu memecah ketegangan diantara ketiganya.

     "Kau juga perlu menjelaskan kenapa bisa mengenalnya, Yuki-ah." Sambung pria dengan wajah tampannya–Samuel.

     "Dan.. Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua?" Daniel menatap Yuki dan Samuel bergantian setelah bertanya demikian.

     "Siapa yang akan menjawab lebih dulu?" lanjut Daniel.

     "Kau!" Serempak, Yuki dan Samuel menatap Daniel.

     "Ah.. Baiklah. Kupikir ini terlalu tegang, biarkan aku meminum coklat hangatku." Daniel meminum coklat hangatnya dan diikuti Samuel yang meminum green tea nya.

     "Jadi.. Samuel adalah teman lamaku saat masih di sekolah menengah pertama, di Amerika. Dia hadir setelah kau meninggalkan LA dan memutuskan ke Korea. Lalu secara kebetulan, kami berdua masuk dalam satu kompetisi yang sama, yaitu Produce 101–kejadian ini terjadi ketika aku pindah ke Korea dan disusul Samuel tiga bulan setelahnya. Lalu kami menjadi dekat dan.. Seperti yang kau lihat sekarang." penjelasan panjang itu ditujukan kepada Yuki. Kemudian Daniel menatap ke arah Samuel dan menghela nafas sebelum kembali menjelaskan,

     "Yuki dan aku adalah teman dekat saat dia masih di Amerika, lebih tepatnya dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun Yuki memutuskan pindah ke Korea saat masih dibangku Sekolah Dasar. Aku kehilangannya, tentu saja. Tetapi kami saling berjanji jika suatu saat bertemu lagi, kami akan tetap berteman dekat. Bahkan seperti yang kau lihat, kami bersahabat sekarang." Penjelasan itu kini ditujukan kepada Samuel, pria itu mengangguk paham.

     "Jadi, kalau Yuki tidak pindah ke Korea saat dibangku sekolah dasar, ada kemungkinan dia bertemu denganku juga saat dibangku sekolah menengah pertama? Begitu maksudmu?" Samuel menatap Daniel.

     "Mungkin."

     "Jangan harap." Yuki menjawab dengan dingin. "Aku tidak akan berteman denganmu." lanjutnya masih kepada Samuel.

      "Kalian.. Bagaimana kalian saling mengenal?" Daniel menatap Yuki dan Samuel bergantian. "Aku juga dengar bahwa rumor kalian dijodohkan telah menyebar, bahkan sampai kepada Mingyu-hyung."

     "MWO?!" Samuel menatap Daniel serius, berharap ucapannya hanya candaan.

     "Iya. Kemarin dia sempat datang bersama Wonwoo-hyung ke apartemen kami–mereka beralasan hanya kebetulan lewat." Yuki mendengus pasrah mendengarnya.

     "Kim brengsek Samuel. Cepat urus semuanya dan jangan sampai rumor ini menyebar lebih luas. Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan sudi menjadi–" Yuki memberhentikan ucapannya. Melirik Daniel yang sedikit mengerutkan kening samar.

     "Menjadi?" ulang Daniel. Samuel menatap Yuki seolah berkata 'kau hampir saja membuatku mati!'

     "Menjadi.. Menjadi-kanmu teman baikku. Iya itu." ucap Samuel asal. Yuki menatap Samuel seolah berkata 'apa yang baru saja kau katakan Kim Brengsek Samuel?! Mati kau!'

     "Ah.. Begitu. Aku hampir lupa kalian satu sekolah sekarang. Itukah alasan kenapa kalian bisa dirumorkan demikian?" Tanya Daniel, memperjelas.

     "Orang tua kami dulu berteman, jadi tidak ada salahnya kami berteman juga." ucapan Samuel lagi-lagi mendapat pelototan dari Yuki.

     "Wah.. Kebetulan sekali."

     "Em.. Daniel-ssi. Ka.. Kami harus segera pergi karena harus mengerjakan tugas kelompok. Ayo, Sam." Yuki terpaksa memberikan senyum nya.

     "Begitukah? Baiklah, maaf menganggu jam belajar kalian." Ketiganya bangkit dan saling membungkuk sopan dan tersenyum sebelum keluar Cafe.

     "Semoga saja lain waktu kita bisa bertemu lagi." ucap Daniel sebelum kedua melambai dan menaiki mobil masing-masing.

Tidak akan kubiarkan ada kesempatan itu! -ayk.

Awas kau Kim Samuel!

***

     "Jadi, anda dan gadis itu tidak ada hubungan apapun?"

     "Tentu saja ada. Kami berteman, karena kami satu sekolah. Tetapi kalau yang anda maksud adalah hubungan yang levelnya diatas 'teman' tentu saja tidak. Lagipula, saya ingin fokus terhadap karir saya terlebih dahulu, barulah nanti–"

Beep.

     Yuki mematikan televisi yang sedang menayangkan berita mengenai kedekatannya dengan Samuel. Dirasa cukup dengan yang dikatakan Samuel, gadis itu memilih mematikan televisi daripada mendengar pidato Samuel lebih banyak lagi.

     "saya ingin fokus terhadap karir saya terlebih dahulu, Cih.. Omong kosong." Yuki menatap Televisi penuh kebencian seolah-olah dia adalah Samuel.

     "Meong.. Meong.." Yuki dikejutkan dengan suara kucing persianya yang sepertinya sudah meminta makan.

     "Ah.. Aku hampir lupa kalau ada kau, Doli." Yuki bangkit dari duduknya dan menuju dapur untuk mengambil makanan kucing kesayangannya itu. Kucing Persia berbulu putih yang sudah menemani kesepiannya selama enam tahun. Menjadi teman curhat sekaligus penghilang rasa bosannya.

     "Kau semakin besar Doli. Kapan-kapan, aku akan mengajakmu ke taman bermain dan bertemu teman-temanmu!" seru Yuki, seakan-akan Doli adalah adik kecilnya.

     "YUKI-AH.. APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN KAMARMU?" suara ibunya dari lantai dua mengejutkan Yuki. Ia berpikir sejenak maksud ucapan ibunya, sebelum menyadari sesuatu. Segeralah gadis itu berlari menuju kamarnya.

     "Mianhae.. Eomma."  Yuki memperhatikan wajah ibunya yang terlihat begitu syok.

     "Apa.. Yang kau lakukan?" tanya ibunya lagi.

     "Aku.. Hanya melakukan beberapa tips membuat masker wajah dari Jieun dan Naumi, juga.. Ini, peralatan melukis ku, aku belum merapikannya. Aku akan bereskan ini. Mianhae, eomma." jawab Yuki kaku. Ia memberikan cengiran tak berdosanya dan mulai merapikan kamarnya.

     "Sampai kapan putri eomma akan menjadi gadis yang pemalas, ceroboh dan juga pelupa seperti ini?" tanya ibunya, lebih kepada diri sendiri.

     "Aku.. Akan mulai membersihkannya eomma. Jadi, silahkan keluarlah dari kamarku." Yuki berkata selembut mungkin agar ibunya tidak memarahinya lebih lama lagi.

     "Pilihan terbaik eomma menjodohkanmu dengan Samuel."

     "Tidak."

     "Cepat bereskan, dan turunlah dengan penampilan layaknya seorang wanita, karena Samuel akan berkunjung." ibunya itu meninggalkan kamar Yuki sambil berucap dengan final.

     "Mwo?!"

Sial! Mau apalagi dia kemari!

♥★♥

An:

Bad.bad.bad. is the bad day ever.
My Doi berduaan sama cewek lain, jleb. /curhat?

Segini aja dulu :)

1010'17

-at.

✔️ Sorry, You aren't MY IDOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang