.sebelaS

162 11 3
                                    

     Suasana canggung sedang menyelimuti ruangan yang cukup luas. Seorang gadis yang sedang duduk malas di sofa dan sebelahnya seorang pria dengan kegugupan luar biasa. Wanita paruh baya yang baru datang membawa nampan berisi minuman berwarna kuning memecah kecanggungan itu.

     "Em.. Maaf eomma, aku sore-sore datang kemari." Samuel tersenyum ramah.

     "Eomma? Sejak kapan eomma ku menjadi eomma mu?" jutek Yuki.

     "Ahn Yuki!" tegur ibunya.

     "Tidak apa Samuel-ssi. Kamu jadi mengajak Yuki ke mension mu?" Yuri duduk dihadapan kedua remaja itu.

     "Mwo?! Aku? Ke mension nya?" tanya Yuki menunjuk dirinya sendiri. Samuel hanya tersenyum kaku, sudah menduga Yuki akan menolaknya, tetapi ia terpaksa mengajak Yuki karena perintah orang tuanya.

     "Kau akan bertunangan dengannya tidak lama lagi, Yuki-ah. Jadi kau harus akrab dengan orang tuanya." Yuri menatap Yuki memperingatkan.

     "Arraseo, eomma." pasrah Yuki.

     Samuel dan Yuki berpamitan kepada Yuri. Lalu mereka berdua memasuki mobil Audi merah dan segera melesat menuju mension keluarga Kim.

     Selama perjalanan Yuki hanya menatap keluar jendela mobil tanpa minat. Sesekali ia mendengus sebal setiap mendengar perkataan menyebalkan dan sok ramah Samuel kepada ibunya.

     "Aku tidak bermaksud Yuki-ah.. Mianhae. Kalau kau keberatan, aku bisa memutar balik dan menjelaskan–"

     "Andwae."

     "Arraseo."

***

     "Ahn Yuki!" ibunda dari Samuel itu segera memeluk Yuki ketika mereka memasuki mension milik Samuel. Sebagai seorang yang memiliki tatakrama, Yuki membalas pelukan itu dan tersenyum ramah.

     "Kajja, masuklah."

"Yuki-ah.. Mulai sekarang sering-seringlah main kemari temani Samy. Kami akan senang sekali jika kalian semakin dekat." Yuki hanya bisa tersenyum kaku mendengar perkataan itu. Dalam hati ia menyumpah serapahi Samuel.


     Kini, mereka sedang makan bersama makanan buatan ibunda Samuel. Hanya dentingan sendok dan garpu yang menjadi melodi pengiring makan mereka.

     "Yuki-ah.. Samy suka sekali makan sup rumput laut ini. Kapan-kapan, Mama ajarkan kamu buat sup ini ya." ucapan Jangmi membuat Yuki tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa. Karena sebenarnya gadis itu sama sekali tidak bisa memasak.

     "I-iya tante."

     "Loh? Kok tante? Panggil Mama saja ya." lagi-lagi Yuki hanya bisa tersenyum kikuk. Matanya ia alihkan ke arah Samuel, berharap pria itu mengerti tatapannya.

     "Ma, setelah makan, aku antar Yuki pulang ya, ini sudah terlalu malam." kalimat itu keluar begitu saja ketika Samuel menangkap arti tatapan Yuki. Dalam hati gadis itu berucap syukur.

     "Lho? Kenapa tidak bermalam disini? Eomma mu sudah menyiapkan semuanya, baju dan perlengkapan sekolah lainnya." kini Tuan Kim membuka suara. Perkataan tuan Kim membuat Yuki tersedak makannya. Dengan cepat gadis itu meneguk air minumnya.

     "Eomma.. sudah menyiapkannya?" tanya Yuki memastikan. Tuan Kim dan Jangmi mengangguk sebagai jawaban.

     "Ma, Pah. Kenapa kalian buat keputusan sendiri? Kalau Yuki tidak mau bagaimana? Lagipula, dia juga harus mengerjakan tugas."

✔️ Sorry, You aren't MY IDOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang