.enaM

187 15 0
                                    

Masih sudut pandang Yuki ya^^

...

-Ahn Yuki POV-

     Hari libur memang membonsakan. Seperti saat ini, aku hanya memandangi gelombang air di kolam renang belakang rumahku. Aku menggerakan kedua kakiku untuk menciptakan gelombang yang lebih besar. Sesekali aku menyeruput White frape kesukaanku. Mataku kembali menatap air yang bersih dihadapanku. Gelombang air ini membuatku bertanya-tanya, apakah hidup seperti gelombang? Terus berjalan dan melewati semua ringangan dengan gejolak dan hukum alam. Meghantam semua yang berada di depannya dan meninggalkan dengan tenang sesuatu dibelakangnya.

     Suara nyentring membuat tubuhku terpaku. Mataku menoleh, melihat ibuku duduk di ayunan santai sambil menghisap candunya–rokok. Aku mendengus melihatnya. Sampai kapan ibuku akan terus seperti ini? Menghilangan stress dengan menyakiti tubuhnya. Asap rokok itu sangat bahaya, kalau dia mau tahu.

Kembali melihat ke arah ibu yang wajahnya sangat lelah–bekerja dipabrik minuman memang melelahkan katanya, ibuku tidak pernah absen menbawa walau hanya sebotol Red Wine–bahkah kadang-kadang lima botol. Ia menyesap red wine itu langsung dari botolnya, apa enaknya minuman itu? Membuat tidak sadarkan diri dan seperti orang gila setelah meminumnya. Ibuku, wanita yang kehilangan separuh jiwanya dan harus menjadi orang lain karena ayah. Bapak tua bangka sialan itu sudah membuat ibuku yang hangat menjadi wanita seperti ini. Pikiran itu terus saja membuatku semakin membenci dunia Entertainment yang sudah merebut ayahku!

     "Eomma! Berhenti meminum ini!" aku merebut botol itu, dia tidak menolaknya. Sepertinya alkohol sudah menguasai tubuhnya.

     "Wah.. Anakku semakin cantik. Bagaumana bisa kau tumbuh secantik ini tanpa ayahmu~" lagi. Aku malas mendegarnya membahas soal pria sialan itu.

     "Bertenti membicarakannya eomma! Aku muak, kembalilah seperti dulu." dia tidak menjawab, malah asik dengan dunianya sendiri. Ku biarkan saja dia dengan fantasinya.

     Eomma, hanya akan baik dan ramah diluar saja. Eomma tidak pernah menunjukan sifatnya ini kepada siapapun selain aku. Semua teman dan sahabatku tahu bahwa eomma adalah wanita penyayang yang ramah. Ya, eomma menyembunyikan semua keterpurukannya dari dunia. Hanya aku, yang tau dia seperti ini dan sangat menderita.

***

     "Ada apa kalian datang kemari?" kataku datar, menatap kedua sahabatku yang telah berada di kamarku, diranjangku.

     "Yuki-ah! Berhentilah menjadi pribadi yang menyeramkan!"

     "Yak! Kau bilang aku apa tadi?!"

     "Jieun bilang, kau sangat cantik hari ini." timpal Naumi. Jelas-jelas tadi dia berkata menyeramkan!

     "Kami kemari karena bosan dirumah, Yuki-ah. Jangan marah begitu, aku tau kau juga bosan kan!" ucap Naumi girang. Ya aku bosan, dan semakin bosan karena ada kalian!

But wait, aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali info tentang Daniel.

     "Jadi? Ada perlu apa?" aku menyenderkan punggungku ke kursi belajar. Mereka saling tatap lalu tersenyum penuh arti.

     "SAMUEL SUDAH DEBUT!" shit! Bukan info Daniel ternyata. Aku berusaha menyembunyikan wajah kecewaku.

     "Lalu?"

     "Jangan lupa, tanggal 16 nanti adalah–" perkataan Jieun terpotong karena Naumi yang tiba-tiba membekap mulutnya.

     "Hari spesial untuk persahabatan kita!" kata Naumi. Hah? Spesial? Apanya yang spesial sih?

     "Er.. Jadi?"

     "Pokoknya, kau harus ikut kami ya!" seru Naumi. Aku menghela nafas saja. Mereka pasti paham kalau aku setuju, terpaksa.

      "Oke, kami pamit!" lalu mereka bangkit dan berpamitan begitu saja. Aku hanya memaklumi sifat mereka yang seperti ini. Datang semaunya, pulang semaunya. Sudahlah.

***

           Tanggal 16 yang aneh ini pun tiba. Aku sudah siap dengan kemeja pulkadot pink-hitam, celana jeans pink, dan tas ransel kecil berwarna putih. Sahabatku sudah menungguku ditempat tujuan, mereka duluan kesana dan memintaku menyusul. Sebelum berangkat, aku mengambil earphone gold yang baru kubeli tempo hari.

Sepucuk surat berwarna biru muda terjatuh saat tanganku meraih earphone. Aku menatapnya lama, berkedip, dan baru menyadari sesuatu.

Ah! Surat dari Daniel! MATI AKU! AKU LUPA! Sebelum membuat janji dengan Jieun dan Naumi, Daniel lebih dulu memberiku surat ini. Aduh, aku harus bagaimana?

Aku berjalan mondar-mandir didalam kamar, dan tidak menemukan jawaban yang pas. Ah! Atau aku temui Daniel dulu, barulah menyusul mereka berdua! Nah! Ide bagus. Aku menuruni tangga sedikit cepat, sambil menelepon Naumi.

     "Yeobusseyo? Yuki-ah! Kau dimana? Kami sudah sampai, acaranya dimulai 30 menit lagi. Cepatlah kemari!" suara Naumi membuatku semakin bingung harus berkata apa padanya.

     "Nau.. Er.. Bisa aku menyusul kalian dalam satu jam? Mendadak aku ada urusan penting. Mianhae, aku akan menyusul, aku janji." tanpa menunggu jawaban Naumi, aku memutus sambungan dan menaiki taksi menuju Samcheong-Dong.

♥★♥

An:

Jengggjengggjenggjeeeenggg..

SURPRISE! aku update'kan?
Yeay, bentar lagi mukai konflik nya nih ya. Konflik sama peran Samuel langsung.

Ayo jujur, siapa yang ngerasa ini ff kayak bukan ff?

0610'17

-at.

✔️ Sorry, You aren't MY IDOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang