duapuluh.

155 15 0
                                    

-Ahn Yuki POV-

          Akhirnya aku kembali memutuskan untuk pergi sekolah. Masa bodo tentang pandangan orang padaku. Kelopak mata hitam, hidung merah, dan tada di leherku yang sedikit menghilang. Aku terpaksa mengenakan syal saat pergi ke sekolah.

     "Ahn Yuki!!" Naumi dan Jieun menghambur ke pelukanku. Aku tersenyum pada mereka.

     "Gwenchana?"

     "Nan Gwenchana." kataku meyakinkan dengan senyuman.

     "Ahn Yuki kita kembali!" mereka berdua menghampitku. Berjalan bertiga di koridor. Beberapa teman kami menatap heran. Tapi aku abaikan. Sampai seorang pria melewatiku.

     "Hallo gadis mesum!" aku ingat dia. Pria yang tak sengaja ku temui di toilet. Namanya Jaemin.

     "Jaemin oppa?" aku menoleh pada Naumi. Bagus, aku bisa menggunakan mereka berdua untuk menghindari mereka.

     "Hei, tunggu!" dia teriak memanggilku ketika aku terus berjalan menuju perpustakaan. Jieun dan Naumi seperti mengerti, membiarkan aku berjalan dan menahan Jaemin.

...

          Diantara semua hal yang aku takuti ketika akan menikah dengan Kim Samuel selama tiga bulan lagi, adalah memasak. Aku sangat lemah dalam hal itu. Aku tidak bisa memasak sama sekali. Jangankan untuk memegang pisau, bahkan aku tidak tau nama bumbu-bumbu dapur. Jadi yang aku lakukan adalah, pergi ke perpustakaan mencari buku tentang belajar memasak.

     Dan disinilah aku. Dengan tiga buki yang cukup tebal. Satu adalah resep, dan sisanya tentang segala jenis masakan dan bumbu dasar.

Aku membaca perlahan. Jahe, kunyit, tepung beras, rumput laut. Ah, kalau ini aku tau. Oh ada kacang hitam, dan ... Apa ini? Merica, paprika. Yaampun, sulit sekali menghafal ini semua.

     "Yuki-ah." aku terlonjat. Sesegera mungkin menutupi judul buku yang sedang ku baca. Bisa malu kalau sampai aku kesini hanya untuk agar bisa memasak.

    Kim Samuel duduk dikursi depanku. Tatapannya sendu dan sangat bersalah. Aku tau. Aku sudah memaafkannya sebenarnya.

     "Aku ..."

     "Aku sudah memaafkanmu, Samuel-ssi." kataku, memotongnya. Dia menatapku tak percaya.

     "Ini sudah terjadi. Walau aku tidak memaafkahmu pun, kita akan tetap menikah kan?"

Dari semuanya, aku belajar menerima. Dan akan belajar mencintai. Walau separuh hatiku masih berada di orang lain. Aku akan mengambilnya kembali.

     "Maafkan Mama ku." dia menunduk. Kemudian mendongak dan menatapku lama.

     "Aku akan memohon pada Mama. Aku janji. Aku akan cari cara agar dia membatalkan pernikahan. Aku akan cari wanita untuk berpura-pura menjadi kekasihku, Yuki-ah.. Jangan khawatir." dia memaksa senyumannya. Harusnya aku merasa senang kalau dia berusaha membatalkan pernikahan ini. Tapi ... Kenapa sekarang aku malah merasa kecewa?

    Maksudku, aku sudah berusaha belajar memasak. Aku sudah berusaha belajar membersihkan rumah. Aku juga sudah belajar ... Mencintai dia. Tapi kenapa—

Ah, sudahlah. Mungkin Samuel-ssi memang tidak ingin menikah denganku. Yaampun, kenapa aku jadi begini?

     "Yuki-ah.. Kenapa, kau menangis?" apa? Aku menangis?

Benar, pipiku basah.

     Samuel mendekat padaku. Kemudian dia menghapus air mataku pelan. Hangat sekali sentuhannya ini. Aku memegang tangannya yang berada di pipiku.

✔️ Sorry, You aren't MY IDOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang