"Yaampun! Ahn Yuki.."Samuel dan Yuki akhirnya sampai di mension milik keluarga Kim. Kedatangan mereka disambut oleh wajah panik dan khawatir Jangmi yang melihat wajah pucat Yuki.
"Masuklah.. Kenapa bisa begini?" Jangmi–sang ibunda, membantu membaringkan Yuki di kamar tamu.
"Yuki phobia hujan, Ma. Jadi dia drop ketika terkena air hujan."
"Yaampun, kalau begitu Mama akan siap kan soup cream dan panggilkan dokter, jaga Yuki sementara ya, Samy." Samuel mengangguk patuh. Ia membesarkan tekanan penghangat ruangan.
"Sebaiknya kau berganti baju. Aku akan panggilkan pelayan untukmu. Tunggu sebentar." Kemudian Samuel meninggalkan kamar tamu yang sangat luas itu.
Samuel kembali bersama dua orang wanita mengenakan pakaian maid. Pelayan itu membantu Yuki berganti pakaian. Selama menunggu, Samuel memutuskan untuk memberitahu kabar ini kepada Yuri. Yuri sempat terkejut tetapi ia tenang, keadaan Yuki tidak begitu parah.
Yuki telah selesai berganti pakaian, Samuel membantunya kembali berbaring.
"Tolong buatkan susu hangat." perintah Samuel kepada pelayannya, yang dijawab dengan anggukan.
"Yuki-ah.. Kau jangan sampai tertidur.." Samuel menggoyangkan lengan Yuki, berusaha membuatnya tetap sadar. "Kau harus makan dan minum obat terlebih dahulu."
Kemudian, Jangmi datang membawa soup cream dan dibelakangnya dua pelayan yang salah satunya membawa susu hangat.
"Minumlah ini Yuki-ah.. Dokter akan segera datang." Yuki mematuhi ucapan itu, ia meminum susu hangat secara perlahan.
Kriing.. Kriing..
Suara telefon membuat Samuel dan Jangmi mengalihkan pandangan.
"Biar Mama saja." Samuel mengangguk. Ia menyuruh dua pelayan itu kembali pada pekerjaannya, dan mendudukan dirinya sitepi ranjang.
"Lebih baik?" tanya Samuel setelah Yuki menghabiskan setengah gelas susu. Gadis itu mengangguk lemah. "Kalau kau phobia hujan, kenapa tidak meneleponku untuk menjemputmu?"
"Aku.. Tidak mau.. Menganggu Mu." ucapnya pelan.
"Tidak sama sekali."
"Samy, tadi Mama menerima telepon dari Managermu, katanya ponselmu tidak aktif. Dia berkata kau harus diwawancarai mengenai skandal itu. Tapi Mama berkata akan mewakilimu, karena keadaan mendesak dan kau ada urusan yang lebih penting." Jangmi menatap Samuel penuh, berharap anaknya itu mengerti maksudnya.
"Tapi, Ma. Kalau aku tidak menyelesaikan secara langsung, skandal ini akan terus berlanjut." Samuel bangkit dari duduknya. Yuki hanya mendengarkan percakapan kedua yang mulai sulit di dengarnya karena perlahan kesadarannya mulai menghilang.
"Tapi, Samy. Kau harus menjaga Yuki–"
"Ahn Yuki! Sadarlah!" Jangmi terkejut melihat Yuki yang sudah memejamkan matanya. Kebetulan sekali dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Yuki. Samuel menatap gadis itu cemas."Bagaimana, Dok? Apa dia baik-baik saja?" khawatir Jangmi.
"Dia hanya pingsan sesaat karena efek dingin. Setelah suhu tubuhnya meningkat, dia akan kembali sadar. Kau harus langsung memberinya makan dan obat ketika dia tersadar." Jangmi mengangguk patuh sambil menerima obat dari Dokter. "Saya akan memberikan infus." Kemudian jarum itu menembus pembuluh darah Yuki.
"Terima kasih, Dok."
"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi." kemudian Dokter keluarga Kim itu meninggalkan kamar.
***
Dua jam berlalu, tetapi Yuki masih belum sadar. Selama dua jam itu Samuel terus berada disamping Yuki, mengusap tangannya, menggompres dahinya, dan hal lain yang bisa menghangatkan tubuhnya. Tetapi semua usahanya sama saja tanpa hasil. Kemudian, terbesit ide gila di kepala pria blasteran itu. Ia berdoa semoga kali ini usahanya berhasil.
Samuel naik ke ranjang sebelah Yuki yang masih kosong, ia memasukan dirinya kedalam selimut. Perlahan, ia membawa tubuh Yuki dalam dekapannya. Kini posisi Yuki berada di dekapan Samuel. Yuki masih tetap memejamkan matanya, sedangkan Samuel berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Menatap seorang gadis dihadapannya itu intens. Aroma leci memasuki indra penciuman Samuel. Perlahan ia mendekatkan hidungnya ke bibir Yuki, ternyata aroma leci itu bukan berasal dari sana, melainkan dari surai pirang Yuki. Samuel mengusap surai itu pelan, dan mencium kening gadis itu.
Bagai terkena mantra, Yuki perlahan membuka matanya setelah Samuel mencium keningnya. Samuel segera melepas pelukannya, bangkit dari posisi tidurnya dan membantu Yuki bersandar dikasurnya.
"Air.. Aku haus." pelan gadis itu berucap, Samuel segera membantu Yuki untuk minum.
"Kau.. Sudah merasa baikan?" tatapan khawatir dilemparkan Samuel kepada Yuki. Hanya kepada Yuki.
"Kau.. Tidak mengurus skandalmu?" Yuki balik bertanya, dan Samuel mengartikan pertanyaan itu sebagai jawaban 'aku baik-baik saja.'
"Aku harus menjagamu." Yuki hendak membuka suara lagi, tetapi "Dan ini atas keinginanku. Bukan Mama yang menyuruhnya." Yuki hanya mengangguk.
"Kau harus makan, soup cream nya sudah dingin. Biar aku yang suapi."
"Tidak. Aku bisa sendiri." Ahn Yuki, gadis itu tetap sama juteknya walaupun sedang sakit.
"Kenapa efek air hujan sangat besar kepadamu?"
"Aku Benci hujan."
"Hanya karena itu?"
"Tidak. Tapi memang aku phobia."
"Aku tau, maksudku, kenapa kau phobia terhadap hujan?"
"Pria itu.. Meninggalkan kami ketika hujan." jeda sebentar, "Ah sudahlah.. Kalau kau bertanya terus, kapan aku memakan ini?" Yuki menunjuk sup nya dengan isyarat mata, Samuel hanya menyengir kemudian menatap Yuki–yang dengan cepat menghabiskan soup cream itu.
"Apa kau selapar itu?"
"Tidak. Tapi aku harus segera meminum obat ini." Yuki memasukan tiga tablet sekaligus dan obat itu didorong oleh air agar masuk kedalam.
"Jadi.. Apa yang tadi kau lakukan ketika menungguku tersadar?" Samuel dibuat terkejut mendengar pertanyaan Yuki.
"A.. I..itu, aku.. Aku mengompresmu." Mana mungkin Samuel berkata yang sejujurnya–bahwa tadi ia medekap Yuki, lalu mencium kening gadis itu, bisa habis ia terkena amukan seorang Ahn Yuki.
"Jadi, tadi aku hanya bermimpi ya."
"Apa?"
"Sepertinya aku bermimpi seseorang memelukku dan mencium keningku."
Matilah kau Samuel!
"Be.. Begitukah? Ya.. Mungkin kau hanya.. Be.. Bermimpi." ucap Samuel gugup. Yuki mengangguk percaya.
"Aku ingin melihat bagaimana Mama berkata di depan banyak kamera tentang skandal itu. Ayo kita menonton berita itu." Yuki menatap Samuel memohon, pria itu mengambil remote TV, kemudian menyalakannya. Mereka menyimak baik-baik siaran Tv.
"Jadi.. Mereka benar-benar akan bertunangan?"
"Iya benar. Tidak lama lagi undangan itu akan sampai ke tangan kalian. Putraku dan Ahn Yuki tidak bisa hadir karena mereka harus mengurus keperluan pertunangan mereka."
"MWO?!"
♥★♥
An:
HAYOLOH! OTTOKEH INI?!
Aku doain deh (kalau emang mereka jadi tunangan) semoga cepet pegat/batal. Biar kalian seneng dan gak cemburu liat pasangan YukiSam, xixi :v1510'17
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Sorry, You aren't MY IDOL!
FanfictionSemua ini, berawal dari Kim Samuel yang mengalami kegagalan dalam Produce 101. Semua masalah, diawali karena percakapan tentang Samuel. Membuat Ahn Yuki semakin sebal dengan idol kedua sahabatnya itu. Bertemu secara tidak sengaja ketika kedua sahaba...