Bagian 2.1

9.5K 332 5
                                    

Wajah Ayers terlihat pucat pasi setelah melihat siapa penelfon yang dengan teganya mengusik tidur nyenyaknya ditengah malam seperti ini.

Kalian pasti dapat menebaknya bukan? Ya benar, sang mafia kejamlah yang membuatnya selalu bimbang jika berkomunikasi dengannya.

Setelah menimbang nimbang untuk mengangkat atau tidak akhirnya ia memutuskan untuk menjawab telfon tersebut.

"H..h..hallo" sapanya gugup.

"Mengapa kau begitu tegang menyapaku dad?" ucap orang disebrang sana.

Dalam hati Ayers sangat kesal bukan main. "Dad" mengapa panggilan itu terasa sangat menyebalkan jika keluar dari mulut Alexandrio. Sungguh dia masih enggan untuk menerima panggilan dari lelaki brengsek itu.

"Mengapa kau menelfonku tengah malam seperti ini?" Ayers bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan sang penelfon terlebih dahulu.

"Oh rupanya kau tidak ingin berbasa basi ya. Baiklah, aku akan langsung keintinya. Kau tahu kan sudah seminggu aku menunggu kau mempersiapkan acara pertunangan ku dengan putrimu? Tapi ternyata kau tidak mengindahkan pembicaraan ku dengan mu terakhir kali. Sudah ku bilang aku tidak ingin MENUNGGU LAMA!" Alexandrio sengaja menekankan 2 kata terakhir.

"Ah apakah nyawa putrimu sekarang tidak berarti lagi Tuan Ayers? Kau tahu kan aku bisa melakukan kapan saja? Mungkin akan lebih terlihat menarik jika membunuh putrimu secara perlahan dengan penderitaan yang menyiksa terlebih dahulu? Bagaimana menurutmu?" lanjutnya dengan seringaian tanpa dosa meskipun Ayers tidak dapat melihatnya.

"Jangan...kumohon jangan sentuh anak ku. Aku sedang memikirkan caranya untuk mempersiapkan acara itu. Semua butuh proses bukan, Mr. Alexandrio?" air mata Ayers mulai berlinang. Bagaimana tidak, ia begitu menyayangi putrinya. Disaat putrinya sedang bahagia dengan pilihannya apakah dia bisa merusak suasana kesenangan itu. Kini Ayers berada di dua pilihan antara kebahagiaan atau nyawa putrinya.

"Proses...proses dan proses. Mengapa harus butuh proses disaat kau bisa melakukannya dengan cepat? Baiklah karna aku sedang berbaik hati untuk hari ini,aku memberimu kesempatan 3 hari lagi. Jika tidak juga kau melangsungkan acara itu, lihat apa yang akan terjadi dengan putrimu"

Tutttt...tuttt...tuttt

Alexandrio memutuskan panggilan sepihak tanpa mau mendengarkan jawaban Ayers.

Begitu sakit bagaikan puluhan jarum menghujam tubuhnya diwaktu bersamaan itulah yang dirasaakan Ayers mendengar perkataan terakhir Alexandrio.

Kedua kakinya tak mampu lagi menahan tubuhnya. Jika dia tidak berpegangan pada nakas dengan cepat maka dia akan terkulai di lantai. Hanya keheningan malam yang menemani kesedihannya.

Ayers bukanlah Ayah yang jahat, bagaimana pun kebahagiaan putrinya juga terpenting.

Tanpa disadari Ayers sedari tadi Rihanna menguping pembicaraan Ayers dengan si penelfon dari balik selimut.

Siapa itu Alexandrio? Mengapa Ayers menjawabnya dengan ketakutan? Dan apa tadi? Jangan sentuh anak ku? Apa maksudnya. Secepat mungkin aku harus mencari tahu siapa dia.

Benar dugaannya ada yang tidak beres dengan Ayers. Saat ada gerakan seseorang sedang menaiki bed dengan cepat ia menutup mata agar Ayers tidak curiga.

****

"Mau kemana kau sepagi ini?" tanya Rihanna pada Ayers, saat Ayers memperbaiki dasinya didepan cermin. Ia terbangun karna mendengar bunyi krasak krusuk yang amat sangat mengganggu di kamarnya.

Sebenarnya, tanpa ia membuka mata pun ia sudah bisa menebak kalau itu Ayers. Ketika ia menegaskan pandangannya dan benar saja, Ayers kini sudah rapih dengan balutan kemeja buru keabu abuan beserta jas bergarisnya.

 Ketika ia menegaskan pandangannya dan benar saja, Ayers kini sudah rapih dengan balutan kemeja buru keabu abuan beserta jas bergarisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ehemmm...a...aku ingin kekantor" jawab Ayers bohong.

"Oh tidak biasanya kau memakai dasi mu sendiri" Rihanna sengaja memancing Ayers untuk jujur. Ia tahu Ayers sedang berbohong kini.

"Tadi kau sedang tertidur nyenyak, tidaklah enak jika aku membangunkanmu"

"Kau tidak enak membangun kan ku? Apa maksud mu? Biasanya pun kau selalu membangunkan ku hanya untuk memakaikan mu dasi. Sesungguhnya apakah aku ini benar masih istrimu?"

"Apa itu yang kau tanyakan?" jawab Ayers mengerutkan dahi.

"Jawablah dulu pertanyaanku. Apakah aku benar istrimu?" Rihanna mengulang kembali pertanyaannya.

"Tentu saja kau istriku Rihanna. Ada apa denganmu? Mengapa kau menanyakan hal seperti itu?"

"Aku yang harusnya bertanya ada apa dengan mu. Pertama kau menjodohkan Angeline tanpa membicarakan padaku terlebih dahulu. Dan kedua ada sesuatu yang sedang kau tutupi tapi kau tidak bisa terbuka padaku. Kau tidak seperti biasanya terbangun dan rapih di pagi yang gelap seperti ini dengan alasan ke kantor, sungguh sangat tidak masuk diakal. Dan kau bilang, kau tidak ingin membangunkan ku disaat aku tertidur nyenyak untuk mamakaikan mu dasi. Sepertinya kau bukanlah Ayers yang ku kenal. Dan sekarang aku curiga, apakah aku ini masih memiliki status sebagai istrimu?"

Hati Ayers mencelos mendengar perkataan Rihanna. Dia baru sadar sudah terlampau jauh menutupi rahasia ini dari Rihanna.

Baru saja dia ingin membuka suara tapi terpotong, tidak bukan terpotong, lebih tepatnya sengaja dipotong oleh rihanna.

"Tidak! Tidak usah kau menjawabnya. Aku hanya perlu tau. Siapa itu Alexandrio?"

Ayers begitu syok dengan pertanyaan Rihanna. Bagaimana mungkin dia bisa tahu Alexandrio. Lidahnya kelu untuk menjawab.

Apa yang harus Ayers katakan sekarang? Apakah kebohongan atau kejujuran? Dia lebih bingung sekarang. Rihanna pasti mengetahui jika dia berbohong.












Haiiii ada yang kangen aku ga?
Hehe pede banget ya. Ah gapapa deh kapan lagi kan ada yang kangen. Btw gaada yang comment nih😢😢😢aku butuh banget masukan buat benerin tulisan aku
.
.
.
.
.
.
.

Check my YouTube in my bio for know more about me✨😻

Nianals💕

Bastardo TrillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang