Bagian 2.3

7.2K 275 1
                                    

"Mom, Dad. Kalian akan pergi kemana?" Angeline yang ingin mengambil minum bertanya saat melihat kedua orang tuanya berjalan menuju pintu utama mansion dengan baju rapi.

"Kami ingin keluar sebentar untuk menemui bibi Casse, sayang. Oh iya, nanti malam persiapkanlah dirimu untuk acara makan malam. Karna kita akan kedatangan tamu" jawab Rihanna.

"Siapa yang akan datang mom?"

Hening sejenak. Bingung? Ya itu yang sedang dirasakan Rihanna. Kebohongan dan kejujuran akan selalu menjadi pertimbangan.

"Ah, itu adalah kenalan Dad dari luar negri yang akan berkunjung nanti malam" kata Rihanna tak jujur.

"Bohong, jika memang benar kenalan Dad, pasti Mom akan langsung menjawabnya" Angeline tahu jika ada yang ditutupi momynya.

"Seseorang yang akan menjadi tunanganmu Angeline" ucap Ayers dengan tenang dan mantap.

"DAD" Angeline membulatkan matanya tak percaya. "Mengapa kau selalu mengambil keputusan sendiri sekarang? TIDAK. Aku tidak sudi bertemu dengannya. Jika kalian mau, kalian sajalah yang menemuinya" Angeline marah pada Ayers dan berlalu pergi ke kamar, meninggalkan orang tuanya yang masih terlihat khawatir. Meskipun Ayers berucap tenang diluar, namun berbeda dengan apa yang ia rasakan sebenarnya.

"Mengapa kau harus jujur Ayers?" Rihanna tak percaya akan jawaban Ayers.

"Cepat atau lambat dia harus mengetahui kenyataannya. Tak ada yang perlu kita tutupi lagi. Ingat! Kita hanya diberi waktu 3 hari dan sekarang tinggal 2 hari lagi."

****

Jam menunjukan pukul 9 malam. Angeline sangat berantakan sekarang. Ia tidak mengindahkan perkataan orang tuanya. Sudah 2 jam ia berada di bar tanpa berniat untuk pulang. Beberapa gelas martini sudah kandas tanpa tersisa.

"Dikit sekali kau tuangkan minuman ini pada gelasku, Brandon. Aku mau segelas lagi dan lagi" pinta Angeline pada seorang bartender.

"Kau tidak mengangkat telfon itu Angeline? Sedari tadi selalu berdering" ujar Brandon. Sementara tangannya sibuk menuangkan minuman untuk Angeline.

"Tak usah pedulikan panggilan tak penting seperti ini. Cepat berikan saja aku minuman itu. Aku ingin bebas malam ini" katanya yang sudah tidak sepenuhnya sadar.

"Kau sedang ada masalah Angeline?"

"Tidak. Hidupku begitu indah hingga tidak ada masalah yang mau menyentuhku sama sekali" ia meletakan kepalanya di meja bar lalu tertidur, tanpa terasa air mata menetes membasahi wajahnya.

Tak lama setelah ia tertidur, 2 orang berbaju hitam dan berbadan kekar mencarinya dan membawanya ke mansion Ayers.

****

"Kau sudah sadar?" tanya seorang lelaki bermata biru pada Angeline.

Angeline menganggukan kepalanya pelan. Dia masih merasa pusing sekali. Sebentar ia melihat sekelilingnya dan mengenali kalau itu adalah kamarnya. Ia memandang lelaki didepannya yang sepertinya tidak asing. Jika diperhatikan lagi ia ingat itu adalah lelaki di kedai minuman yang ia tabrak.

"Kau siapa? Mengapa kau dikamarku?" tanya Angeline balik.

"Minumlah ini dulu" lelaki itu memberikan segelas air putih pada Angeline yang langsung diminumnya.

"Aku adalah Alexandrio. Pria yang akan di jodohkan denganmu. Sem...."

Raut wajah Angeline berubah. Ia berniat melemparkan gelas yang sudah kosong itu tetapi ditahan oleh tangan kekar Alexandrio.

"Siapa yang memperbolehkanmu memasuki kamarku? Lancang sekali. Pergi kau sekarang sialan! Aku tak sudi dan sangat benci melihatmu"

Alexandrio menggeretakkan rahangnya dan mengencangkan cengkramannya pada pergelangan tangan Angeline. Angeline meringis kesakitan.

"Bukan itu yang terpenting sekarang jalang. Orang tuamu meninggal ditempat saat perjalanan pulang, karna kecelakaan semalam. Saat aku datang kemansionmu, tak ada siapapun kecuali para pelayanmu. Mereka menangis meminta bantuanku untuk mencarimu, yang ternyata di saat kematian orang tuanya sedang asik minum di bar. Ku fikir sedang ada drama mengasyikan. Tapi beginikah cara mu berterima kasih? Sangat tak tau diri" jelasnya menyepelekan lalu melepaskan tangan Angeline.

"Apa kau bilang? Momy dan Dadyku kenapa? Tak mungkin, kau pasti berbohong. Orang tua ku menyuruh mu berbohongkan? agar ia bisa menjodohkan ku dengan mu. Haha lelucon macam apa ini sangat klasik sekali" Angeline tertawa memaksa dengan airmata mulai berlinang di kelopak matanya.

"Bilang padaku ini tak benar. Cepat katakan yang sebenarnya aku tak suka situasi seperti ini" lanjutnya memegang kemeja Alexandrio erat.

Alexandrio diam membiarkan Angeline menangis sebentar lalu melanjutkan penjelasannya.

"Hari ini adalah pemahkamannya. AR International diambil alih oleh bibimu. Turunlah jika kau sudah siap" Alexandrio beranjak pergi meninggalkan kamar Angeline.

(Maafkan Angeline Mom, Dad. Angeline tak pernah mendengarkan kalian. Bahkan di hari terakhir kalian pun Angeline masih tidak peduli dengan perintah kalian. Mengapa kalian begitu cepat meninggalkan aku? Aku ingin ikut kalian. Aku harus ikut kalian) ucapnya dalam diam.

****

"Siapa kalian? Aku ingin bertemu Angeline" Alward terlihat begitu geram karna dihalang beberapa anak buah Alexandrio.

"Keributan apa yang terjadi sepagi ini?" Alexandrio mendengar kebisingan setelah keluar dari kamar Angeline.

"Kau? Mr. Georgie?" Alward tahu siapa dia. Pengusaha lain pun pasti akan langsung mengenali pemilik perusahaan terbesar dan ternama ALXmart.

"Lama tak bertemu Mr. Alward" sapa Alexandrio berusaha ramah.

Check my YouTube in my bio for know more about me✨😻

Nianals💕

Bastardo TrillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang