Dengan melempar sebuah senyuman yang begitu menawan menurutku, Pak Aldo, sebut saja begitu. Menawarkan padaku sebuah kesempatan emas yang tidak semua orang bisa dapatkan.
"Kamu mau mengisi posisi yang lowong tersebut??" tanya Pak Aldo dengan suaranya yang lembut namun berkarakter.
Aku terdiam sejenak sambil memperhatikan wajah Pak Aldo.
"Gimana? Kamu mau ya?" suara Pak Aldo membujukku dan menyadarkan lamunanku juga.
"Iiiiya pak, saya mau" dengan agak terbata-bata, karena aku nervous.
Bagiku sebenarnya tidak masalah mau dipekerjakan dimana, karena yang utama bagiku adalah aku bisa bekerja.
Dan ada satu lagi yang buat aku antusias untuk menerima pekerjaan itu, yaitu bisa dekat atau minimal mengenal Pak Aldo lebih jauh lagi.
Mungkin memang ini sudah rejekiku. Dan Tuhan juga telah mendengar doaku, mengabulkannya serta ditambah bonus bisa bertemu seorang pria seperti Pak Aldo.
Sepanjang perjalanan pulang, didalam angkot aku terus membayangkan wajah pak Aldo.
Aku tersenyum-senyum sendiri. Tak ku perdulikan orang-orang yang ada di dekatku.
Kecuali sopir saja yang terpaksa aku pedulikan, karena dia yang mengendalikan angkot yang mengantarku. "Kalau aku tak peduli bisa ga sampai ditujuan nih," pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PELAKOR
HorrorMencintai itu bukan berarti Memiliki. Apalagi hati seseorang yang sudah tertambat pada pilihannya. Demi sebuah Ambisi, Norma dan Aturan pun di tabrak. Tidak Ada lagi menggunakan Akal Sehat.