Aku tak bisa jawab, hanya menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Sosok itu terus bertanya sambil menangis, ia sepertinya marah padaku.
Entah kenapa aku tiba-tiba menjadi penakut, padahal biasanya aku tak pernah begini.
Aku tak pernah percaya akan hal-hal seperti ini. Tapi sosok ini benar-benar telah meruntuhkan keberanianku.
Aku tak berani membuka tanganku sedikitpun.
Sampai sosok tersebut berhenti menangis, aku baru beranikan diri membuka kedua tanganku secara perlahan lahan.
Ternyata sosok itu masih ada disitu, tapi kali ini ada yang beda pada wajahnya.
Tidak menyeramkan seperti awal tadi. Wajah itu lebih cantik dan sepertinya aku tidak asing dengan wajah yang rupawan tersebut.
Iya, aku ingat…Wajah itu yang pernah sekantor dengan ku, yang pernah mencoba dekati Pak Aldo, yang pernah ku ‘buat’ bersama dukunku.
Ya, sosok itu adalah Selly. Bagaimana bisa dia ada disitu, apa yang dilakukannya di kuburan malam-malam begini.
Aku tak percaya apa yang kulihat didepanku ini. Sosok itu terus menatapku dengan penuh kebencian.
Lalu dalam sekejap sosok itu langsung menyergapku dan mencekik leherku dengan tangannya yang penuh dengan luka dan bernanah.
Dan wajah Selly pun berubah seperti semula.
Aku terasa berat bernafas. Tenggorokanku terasa sangat sakit.
Panas seperti api yang kurasakan dalam kerongkonganku.
Aku terus berusaha melawan, sosok itu tetep tak mau melepas tangannya sambil terus menatapku.
Tangannya terus mengekang lebih keras lagi.
Aku semakin kesakitan, tak mampu mengeluarkan suara sedikitpun.
Dan akhirnya…
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PELAKOR
TerrorMencintai itu bukan berarti Memiliki. Apalagi hati seseorang yang sudah tertambat pada pilihannya. Demi sebuah Ambisi, Norma dan Aturan pun di tabrak. Tidak Ada lagi menggunakan Akal Sehat.