*Part 18
Seminggu berikutnya, aku tidak melihat Pak Aldo dikantor.
Kudengar gossip dikantor kalau Pak Aldo tidak masuk karena sedang di rumah sakit menjagai anak semata wayang nya.
Dalam hatiku “sakit apa anak beliau, selama ini aku melihat sehat-sehat aja.”
Sepulang kerja aku langsung meluncur ke rumah sakit, tempat anak Pak Aldo dirawat.
Tak lupa aku membawa sedikit makanan kesukaan anak Pak Aldo, walaupun sebenarnya aku tak ikhlas.
Hanya karena menarik simpati Pak Aldo, aku rela melakukannya.Tiba dirumah sakit aku langsung menuju kamar inap mereka.
Sampai disana sudah ada beberapa orang yang tak ku kenal juga sedang menjenguk anak Pak Aldo.
Aku belum masuk, menunggu giliran besuk.
Satu persatu orang-orang yang besuk mulai keluar, hingga akhirnya tersisa aku.
Begitu ku masuk, Pak Aldo dan istri agak sedikit terkejut.
Entah kenapa mereka melihatku seperti melihat setan.
Raut wajah mereka tiba-tiba berubah. Sepertinya ada sesuatu hal yang mereka sembunyikan yang membuat mereka bereaksi seperti itu.
Pak Aldo langsung membawaku keluar. Belum hilang bingung ku, aku sudah digiring keluar.
Aku sempat melihat wajah istri Pak Aldo berubah, tidak seramah seperti biasa.
Ia menunjukkan ekspresi marah. Dan itu mengarah ke aku.Pak Aldo lalu menjelaskan, apa yang terjadi selama ini dengan dia, istrinya dan anaknya.
Dengan suara khasnya yang lembut, Pak Aldo memintaku untuk sementara jangan mendekati keluarganya, termasuk berkunjung ke rumahnya.
Aku mendengar kata Pak Aldo langsung tersentak, aku tidak bisa berkata apa-apa.
Aku coba menahan air mataku. Aku coba menatap matanya.
Pak Aldo tidak berani menatap mataku. Ada sesuatu yang berubah dari Pak Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PELAKOR
HorrorMencintai itu bukan berarti Memiliki. Apalagi hati seseorang yang sudah tertambat pada pilihannya. Demi sebuah Ambisi, Norma dan Aturan pun di tabrak. Tidak Ada lagi menggunakan Akal Sehat.