Page 12

2.5K 88 8
                                    

Setiap libur kerja aku pasti usahakan untuk datang ke rumah Pak Aldo.

Aku tidak mau melepaskan waktu sedikitpun dengan Pak Aldo walau dia lagi bersama dengan keluarga kecilnya.

Selalu ku manfaatkan kesempatan yang ada. Meski aku harus bermuka dua didepan keluarga Pak Aldo terutama istrinya.

Di saat ada moment kemesraan Pak Aldo dan istrinya disitulah aku semakin bertambah membenci keluarga itu.

Amarah ku semakin memuncak bila melihat mereka bermesraan.

Dan akhirnya sebuah rencana yang sudah ku buat memang sudah waktunya untuk kujalankan.

Hari berikutnya saat aku lagi off kerja, aku manfaatkan kesempatan bila ada di rumah Pak Aldo.

Di tempat air minum dan di bak mandinya ku beri ramuan dari dukun langgananku.

Disudut-sudut rumahnya ku siram-siram juga dengan air itu.

Bahkan saat istri Pak Aldo menitipkan sebentar rumahnya, aku lebih leluasa menaruh barang-barang yang disuruh dukunku.

Untuk sementara rencana masih berjalan sesuai rencana.

Aku hanya tinggal menunggu hasilnya. Dalam benakku sudah terbayang kehancuran keluarga Pak Aldo dan kebahagiaan buatku.

Seminggu kemudian aku mulai memetik hasil benih yang ku tabur di keluarga Pak Aldo.

Aku melihat ada yang berbeda dengan Pak Aldo. Tidak biasanya beliau curhat kepadaku.

Baru kali ini Pak Aldo mau terbuka masalah di rumah. Apalagi bicaranya denganku.

Aku dengan senang hati mendengar keluhan Pak Aldo. Dalam hatiku bertambah senang melihat kesedihan Pak Aldo.

Pak Aldo berkeluh kesah, jika seminggu terakhir ini dia sering bertengkar dengan istrinya.

Ada saja yang diributkan. Padahal hanya hal-hal yang sepele.

Sampai anaknya pun turut menjadi korban.

Pak Aldo juga merasa ada perubahan pada dirinya. Emosinya jadi tak terkontrol.

Pernah suatu hari Pak Aldo sampai khilaf menggunakan tangan terhadap istri dan anaknya.

Aku yang mendengarnya, berusaha menahan senyumdan tawa dalam hatiku.    

SANG PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang