2

15.2K 1.2K 19
                                    


Tiga tahun lalu.

Bel masuk berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.

Lisa, seperti biasa, duduk tenang di bangkunya dan mulai membaca buku-buku pelajaran yang dibawanya.

Lisa termasuk siswi yang cerdas di sekolah. Ditambah wajah yang begitu cantik, tidak heran banyak siswa laki-laki yang mengidolakannya.

Tapi, tidak hanya dikalangan laki-laki. Dikalangan perempuan, Lisa juga terkenal, terkenal dengan sifat cuek, pendiam, dan dingin.

"Selamat pagi ratu es," sapa teman sebangkunya yang baru saja tiba, Jeon Jungkook.

Lisa diam, tak membalas salam si evil. Begitulah julukan yang Lisa dan siswa lainnya buat untuk Jungkook.

"Dasar ratu es, Kau ini seharusnya bersyukur seorang Jeon Jungkook mau memberi salam kepadamu. Ini moment yang langka," jelasnya membanggakan diri.

Lisa masih sibuk dengan bukunya, tak menghiraukan Jungkook yang mulai gemas terhadapnya.

"Ratu es, dasar ratu es," ledek Jungkook sambil menendang-nendang kaki bangku Lisa.

Cukup sudah. Batin Lisa.

"YAK!" serunya menepuk meja agak keras, seketika senyum kemenangan terukir di wajah Jungkook.

"Berhentilah menendang bangku ku!" tambah Lisa dengan wajah penuh amarah.

"Uuuuh~ Kau memang ratu es yang menakutkan," Jungkook berlagak ketakutan dan membuat teman sekelasnya tertawa.

"Kau pikir Aku ini bercanda!?"
Lisa lalu pergi meninggalkan kelas.

"Kau yang terbaik Jungkook."

"Benar, hanya Jungkook yang bisa membuat Lisa seperti tadi."

Begitulah pujian yang diterima Jungkook.

***

Lisa memasukkan suap demi suap
Ice cream sundae rasa strawberry pesanannya dengan penuh emosi.

Sial Kau Jeon Jungkook! umpat Lisa dalam hati.

Seharusnya Lisa sudah terbiasa dengan kelakuan menyebalkan Jungkook. Mengingat Jungkook selalu mengganggunya setiap saat (teman sebangku).

Tapi wajar saja, emosi remaja umur empat belas tahun itu masih labil kan?

Merasa perasaannya sudah membaik, Lisa memutuskan kembali ke kelas. Berlama-lama di kantin tak pada waktunya bukan pilihan yang bagus.

Di perjalanan menuju kelas, Lisa tak sengaja bertemu dengan si evil.

"Minggir," ketusnya.

"Hahaha," bukannya bergeser dari hadapan Lisa, Jungkook malah tertawa terbahak-bahak.

Tatapan datar, begitulah respon yang diberikan.

"Apa ada yang lucu?"

"Aku tahu Kau ini memang ratu es, tapi setidaknya bersihkan mulutmu dengan benar saat selesai makan."

Lisa mengangkat hand phonenya dan kaget melihat wajah yang belepotan terpantul dari layar kaca hand phone tersebut.

Jungkook meraih kain hitam dengan gambar Iron man miliknya lalu mengusap area sekitar bibir Lisa.

Lisa tak bergeming. Dirinya mendorong dada Jungkook pelan begitu selesai kemudian pergi.

"Setidaknya ucapkan terima kasih dulu baru pergi! Dasar es," Jungkook tersenyum simpul.

***

Waktu terasa berjalan begitu cepat. Tak sadar jam dinding ku sekarang menunjukkan pukul sembilan malam.

Saat sedang mengerjakan PR matematika, tiba-tiba mug putih berisikan cokelat panas muncul di hadapanku.

Aku tahu ini pasti Ibu. Siapa lagi yang sering membuatkanku cokelat panas di saat hujan begini kalau bukan Ibu.

"Istirahatlah sebentar, jangan terlalu memaksakan otakmu Lisa," tegur Ibu lembut sembari mengusap-ngusap kepalaku.

Ibu ku dari awal tidak terlalu mempermasalahkan soal nilai ku di sekolah, mereka selalu memberiku kebebasan, tetapi kebebasan yang ada batasnya (jangan salah sangka), Aku bebas berkreasi pada bakat dan kemampuan yang Aku punya.

Yang terpenting bagi Ibu dan Ayah adalah Aku menjadi anak baik dan naik kelas, hanya itu.

Aku bisa saja bersikap seperti siswa siswi pada umunya yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Tapi, Aku ingin membanggakan orang tuaku. Dengan meraih nilai tinggi juga berprestasi, mencoba sebaik mungkin. Oleh sebab itu Aku belajar begitu keras.

"Kenapa Kau menatap Ibu begitu?"

Pertanyaan Ibu menyadarkanku. Yap, Aku baru sadar sedari tadi Aku menatap Ibu dan tersenyum sendiri.

"Bukan apa-apa, hanya saja Aku senang memiliki Ibu yang seperti ini. Aku sayang Ibu," ini membuatku malu. Aku segera memeluk pinggang Ibu.

"Ck ck ck, Kau ini ada-ada saja. Baiklah, kalau begitu Ibu tinggal ya."

"Mm.."

***

Di sisi lain,

"Yak! Jungkookie, Kau sadar ini sudah jam berapa? Bukannya belajar lalu segera tidur tapi malah main game terus."

Hari-hari kedua kakak beradik ini tidak pernah luput dari keributan, hanya masalah kecil saja bisa membuat mereka sampai merusak barang-barang di sekitarnya.

Jungkook mendengus kesal.

"Noona~ berikan hand phoneku," rengek Jungkook dengan aegyo yang membuat setiap yeoja yang mendengarnya pasti gemas sendiri.

Meski merasa tak tega terhadap adiknya, tapi Jisoo mencoba untuk menyembunyikan rasa itu, dan tetap memasang ekspresi marah.

"Tidak," tegas Jisoo.

"Noona kejam sekali," balas Jungkook menpoutkan bibirnya.

Jisoo ikut duduk di sofa tepat sebelah Jungkook kemudian mengarahkan bahu Jungkook agar berhadapan dengannya.

"Kook, Kau ini sudah kelas sembilan. Sudah kelas ujian. Seharusnya kurangi waktu bermain dan rajin-rajinlah belajar," ujar Jisoo hangat.

"Kau tahu itu mustahil."

"Tidak ada yang mustahil kalau ada niat dan usaha. Jika Kau terus begini, untuk sementara waktu segala yang berkaitan dengan game milikmu ku sita."

Jungkook tak mengatakan sepotong kata pun lalu pergi ke kamarnya begitu saja.


T. B. C

Jangan lupa voment, saran dan kritik sangat membantu 👍















My Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang