18

9.6K 900 93
                                    

Tatapan-tatapan Jimin kepadanya membuat lelaki bergigi kelinci itu merasa jijik dan ingin muntah. Yah, bagaimana tidak, Jimin sedari tadi memberi pandangan yang tak seharusnya Ia berikan kepada sesama jenisnya.

'Ish.. Apa yang sebenarnya Ia pikirkan?'

Brukk!

"Ma-maaf," ucap Jungkook refleks sekaligus kaget.

Jimin yang berada di sebelahnya nampak ingin tertawa lepas melihat Jungkook yang tadi terlihat amat canggung dengan Lisa.

"YAK! Kau gila!?" bentak Jungkook pada Jimin, namun dengan bisikan.

Dan temannya itu hanya terkekeh geli seperti orang bodoh. Tanpa ada rasa penyesalan setelah sengaja mendorong tubuh Jungkook hingga menubruk gadis di depan mereka.

'Dasar payah' batin Jimin.

Ketiganya kemudian menuju mobil Jimin setelah sampai di parkiran.

***

"Bye Lisa!" seru Jimin ketika Lisa dan Jungkook sudah di depan gedung apartemen Jungkook.

Lisa mengibaskan tangannya pada Jimin dan memberikan gummy smilenya pada Namja itu.

"Unchh~ manis sekali," tiba-tiba Jimin mencubit pipi Lisa gemas.

'Fuck!' Jungkook mendengus kesal. Melihat lirikan kawan nakalnya yang mengarah padanya, membuat Ia sadar kalau pemuda itu ternyata sedang menggoda Jungkook dari tadi.

Tapi, kenapa hati Jungkook serasa mau terbakar mengetahui hal tersebut? Mungkin karena Jimin sudah tahu segalanya, Jungkook sekarang lebih terbuka dengan perasaan cemburu yang melandanya.

"Oppa~ hentikan. Pipiku sakit," rengek Lisa.

"Mian," ucap Jimin sambil memberi tanda peace.

"Hyung, pergilah! Ini sudah tengah malam dan Kami harus istirahat," ketus Jungkook, jengkel.

Jimin tersentak, 'Kena Kau!' Ia lalu tersenyum bangga.

"Seharusnya bersuara dari awal bodoh! Baiklah Aku pergi. Dadah," Jimin akhirnya melajukan mobilnya. Meninggalkan kedua temannya dan menikmati perjalanan malam ditemani bulan sabit yang bersinar amat terang malam ini.

Setelah mobil Jimin sudah benar-benar tak terlihat, Lisa dan Jungkook segera masuk ke gedung apartemen.
Dengan Jungkook yang berjalan lebih cepat dari biasanya.

'Ada apa dengan Namja itu?'

***

Lisa duduk bersandar pada bagian headboard sambil mengenakan earphone pada kedua telinganya. Menikmati musik kesukaanya sembari membalas pesan-pesan dari Ibu tercintanya.

Gadis itu kadang tertawa kecil ketika membaca pesan-pesan dari Ibunya. Ia juga sering menahan buliran air mata yang sangat ingin keluar dari tempatnya. Sikap khawatir dari sang Ibu ditambah perhatian wanita paruh baya itu, benar-benar ampuh membuat Lisa mengakui bahwa Ia sangat-sangat merindukan Ibu dan juga Ayahnya.

Ingin rasanya gadis itu pulang dan memeluk erat kedua orang tuanya sesampainya di rumah. Tapi, Ia harus menahan rasa itu. Lisa sudah berniat bahwa, Ia tak akan pulang dengan keadaan tangan kosong kepada orang tuanya.

"Aku pasti akan pulang bu. Tapi, ini bukan saat yang tepat," gumam Lisa dengan senyum harunya.

Krukkk~krukk~

Seketika suasana haru Lisa mendadak buyar begitu saja ketika bunyi keroncongan itu muncul.

Lisa menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa perut ratanya belum terisi asupan makanan sejak pergi kerja tadi. Lisa kemudian beranjak dari ranjang dan bergegas menuju dapur.

My Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang