33

9.7K 698 58
                                    


Kedua matanya yang sendu, rambut yang berantakan, pipi yang sedikit basah, ditambah dengan ekspresi datarnya itu, membuat sepasang kekasih yang sedang berdiri di samping kanannya merasa semakin iba dengan keadaannya sekarang. Apalagi Jungkook. Melihat sahabatnya yang sudah tiga bulan berjalan ini--larut dalam kesedihan, tentu saja ia merasa prihatin.

Memang rasanya sakit sekali jika melihat orang yang kita sayangi sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa alat kedokteran yang menempel pada tubuhnya. Sakit apapun itu, entah sakit yang tidak parah sampai yang kritis sekalipun, rasanya--sungguh menyiksa!

Jimin yang sedang menggenggam tangan kiri Eunha, tak henti-hentinya melafalkan doa dalam hati. Ia memohon supaya perempuan yang sangat dicintainnya dapat segera bangun dan sadar dari koma sialan ini. Yap benar, Eunha koma. Saat kecelakaan di hari itu, Eunha mengalami cedera berat di kepalanya hingga ia dinyatakan koma oleh dokter Lee.

Hal ini sangtlah berat untuk seorang Jimin. Lelaki itu kadang berpikir, mengapa Tuhan harus memberikan ujian ini padanya? Apa semua pengorbanan dan kasih sayang yang selama ini ia berikan pada Eunha belum cukup untuk membuatnya bisa bersama dengan wanita itu? Dia tahu kalau dirinya tidak bisa mengatur nasib atau takdirnya, tapi untuk yang kali ini--Jimin sungguh tidak sanggup.

"Hyung, makanlah dulu. Sudah hampir satu hari Kau tidak mengisi energi di tubuhmu. Jika Kau sakit, bagaimana Kau bisa menjaga Eunha?" ujar Jungkook sembari menyodorkan sebuah kotak berisi makanan yang dibawanya bersama Lisa.

Jimin melirik kotak tersebut. Ia sebenarnya tidak merasa lapar. Tidak nafsu makan lebih tepatnya. Tapi apa boleh buat. Apa yang dikatakan Jungkook adalah benar. Dia tidak boleh lemah demi Eunha. Ia kemudian mengambil kotak itu, lalu menyantap makanan di dalamnya sedikit demi sedikit.

"Kurasa ini sudah malam. Kalian sebaiknya pulang. Terima kasih karena sudah datang kemari," ucap Jimin dengan senyum super tipis.

"Kalau Kau membutuhkan bantuan, kami akan selalu ada untukmu, Jimin Oppa," Lisa memeluk hangat tubuh Jimin.  Ia berharap dapat memberikan kekuatan untuk laki-laki itu. Lisa dan Jungkook kemudian pulang.

***

Kedua mata Jungkook masih terbuka lebar walau jam yang terpajang di dinding sudah menunjukkan pukul 23:05 pm. Film aksi yang sedang ditontonnya berhasil mengusir rasa kantuk yang sempat Ia rasakan beberapa jam yang lalu.

"Jung, kapan filmnya selesai?" tanya Lisa sambil bergelayut manja pada lengan kekar kekasihnya.

"Aku tidak tahu sayang~ Aku belum pernah menonton film ini," balas Jungkook sembari mengusap lembut pucuk kepala Lisa.

Hoamm~

Hujan deras yang mengguyur kota Los Angeles, semakin menambah dinginnya suhu udara. Membuat Lisa cepat-cepat ingin berbaring di tempat tidur, lalu membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Namun sayang, perempuan itu tidak mau membiarkan Jungkook menonton sendirian.

Lantas, wanita bermata bulat itu mendudukkan bokongnya di atas pangkuan Jungkook. Ia melingkarkan kedua kaki jenjangnya pada pinggang Jungkook, kemudian menyandarkan kepalanya pada dada bidang laki-laki bergigi kelinci tersebut. Lisa memeluk kekasihnya dengan erat, seolah-olah tak membiarkan lelaki itu pergi kemana-mana. Semenit kemudian, dengkuran-dengkuran kecil mulai terdengar keluar dari bibir manisnya. Jungkook yang melihatnya pun hanya tersenyum simpul.

Chup~

Satu kecupan kecil Jungkook berikan pada puncak kepala Lisa. Ia mengelus-ngelus punggung wanita itu sembari tetap fokus pada filmnya. Volume TV pun ia kecilkan supaya Lisa bisa tidur lebih tenang.

My Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang