"Ssshh..." Hyosun mendesis pelan saat kapas yang telah dibubuhi obat merah itu menyentuh luka goresan di pipi kirinya, membuat Donghae menghentikan gerakan tangannya dan menatap gadis itu.
"Apa sakit?" Donghae bertanya khawatir. Tamparan yang Sungrin berikan pada Hyosun tadi bukan main kerasnya hingga meninggalkan bekas merah yang sangat jelas di wajah putih gadis itu dengan tambahan goresan di dekat tulang pipinya.
"Aku tidak apa-apa." Hyosun menyahut lemah sebelum mengambil tas tangannya yang berada di atas meja. "Aku akan pulang."
"Biar kuantar."
"Tidak usah. Aku bisa sendiri."
"Hyosun-ssi," Donghae yang masih duduk di kursinya menahan pergelangan tangan kiri Hyosun saat melihat gadis itu bangkit dari duduknya. "Terima kasih karena—"
"Aku tidak perlu mendengar ucapan terima kasih dari mulutmu, Donghae-ssi. Aku melakukan ini demi Kyuhyun." Hyosun memotong perkataan Donghae dengan nada dingin sementara tangannya melepaskan cekalan pria itu. "Ini semua karena aku ingin melindungi temanku. Bahkan meski akhirnya harus membuatnya kecewa padaku."
"Maafkan aku jika akhirnya hubungan pertemanan kalian jadi memburuk."
Hyosun tersenyum pahit mendengar penyesalan Donghae. Ingatannya kembali pada malam panas yang 'tidak sengaja' terjadi padanya dan Kyuhyun. Setelah malam itu Kyuhyun belum menghubunginya lagi. Jadi bicara tentang hubungan yang buruk, rencana Donghae ini bukanlah penyebab utamanya.
"Tangannya halus sekali," gumam Donghae seraya menatap telapak tangannya yang sebelumnya mencekal pergelangan tangan Hyosun setelah gadis itu meninggalkannya tanpa berkata apa-apa lagi. "Tapi dia seorang wanita penghibur yang sedang hamil. Sayang sekali..."
‗‗‗‗‗‗‗‗TBD(v)‗‗‗‗‗‗‗‗
"Usianya sudah 2 bulan, Kyu. Awalnya aku tidak ingin memberitahumu. Tapi... Aku membutuhkanmu. Bayi ini juga membutuhkan ayahnya."
Kyuhyun duduk seorang diri di ruang tamu apartemennya dengan pandangan kosong. Ucapan Hyosun terus terngiang di telinganya. Ucapan penuh kebohongan dari gadis yang selama ini menjadi orang kepercayaannya.
"Ah!" Kyuhyun memekik terkejut saat tiba-tiba sesuatu menekan lebam di pipi kirinya. Entah sejak kapan Sungrin telah duduk di sebelahnya. Menatapnya datar dengan sebutir telur berada dalam genggaman tangan kanannya. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Kyuhyun.
"Pipimu bengkak dan berwarna biru," sahut Sungrin. Ia kembali menempelkan telur tersebut di pipi Kyuhyun lalu memijatnya dengan lembut. "Apa terasa sakit?" Kyuhyun tidak menjawab, hanya terus menatap wajah Sungrin yang tengah berkonsentrasi memijat pipinya. Sungrin yang sadar jika dirinya sedang diperhatikan lalu mengangkat wajahnya, untuk kemudian mendapati kedua mata tajam Kyuhyun yang tepat menatap kedua matanya. "Ada apa dengan tatapanmu itu?"
"Dia bilang dia mengandung anakku," lirih Kyuhyun. "Bukankah seharusnya kau marah sekarang?"
"Eoh, aku memang sedang sangat marah." Sungrin menjawab seraya kembali memijat pipi Kyuhyun. "Itulah mengapa aku menamparnya tadi."
Kyuhyun mengerjapkan kedua matanya sebelum bertanya, "Kau tidak marah padaku?"
"Aku percaya padamu. Kau menyangkalnya maka aku mempercayainya. Yang tidak kupercaya itu Si Jalang Park Hyosun."
"Kau benar-benar percaya padaku?"
"Eoh." Sungrin menatap kedua mata Kyuhyun dengan lembut sebelum tersenyum pada pria itu. "Kau satu-satunya yang percaya padaku, karena itu aku juga akan mempercayaimu. Bayi yang dikandung Hyosun itu bukan bayimu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride(vil)
FanfictionDipaksa menikah untuk menyelamatkan perusahaan keluarga, diperbudak oleh pasangannya dan diselingkuhi dengan terang-terangan. Itu bukan kisah sedih dari seorang gadis muda yang tidak berdaya, melainkan kisah seorang pria dewasa berusia 30 tahun. ...