Chapter 11

2.6K 257 95
                                    

Hyukjae berdiri di depan meja resepsionis dengan mulut terbuka dan kedua alis yang berkerut. Ia telah berekspresi seperti itu sejak awal Si Resepsionis berambut putih mengajaknya bicara dalam bahasa Jerman.

"Ya!" Hyukjae menarik lengan Jaerim yang berdiri membelakanginya, sedang memperhatikan lobi hotel yang merupakan kebanggaan kota Berlin ini. "Ajak dia bicara. Sewakan sebuah kamar untukku!"

"Kau tidak bisa bahasa Jerman atau bahasa Inggris?" tanya Jaerim yang hanya dijawab dengan wajah cemberut oleh Hyukjae. "Astaga, berani-beraninya kau pergi ke luar negeri seorang diri saat kau tidak bisa naik pesawat sendirian dan tidak bisa bahasa Inggris? Kau harusnya berhati-hati, Hyukjae-ssi. Apa kau pikir semua negara di dunia ini penduduknya seramah dan sejujur orang Korea?" Jaerim menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah prihatin sebelum tersenyum pada Resepsionis dan mulai bicara dengannya dalam bahasa Jerman yang membuat Hyukjae kembali menunjukkan wajah bodohnya. Tanpa diketahui siapapun melancarkan aksinya untuk menipu saudara sebangsanya itu.

"Apa aku bisa memesan sebuah suite room?" tanya Jaerim.

"Tentu saja. Kami ada beberapa pilihan suite room, tapi yang menghadap ke arah matahari terbenam adalah yang terbaik," jawab Resepsionis itu.

"Apa katanya?" Hyukjae menarik lengan Jaerim sebelum gadis itu kembali bicara pada Resepsionis. Jaerim menoleh padanya dan mengerutkan keningnya. "Dia bilang tidak ada kamar lain selain suite room yang menghadap ke arah matahari terbenam."

"Hanya 1 kamar? Kalau begitu apa boleh buat, kita harus mencari hotel lain, kan?"

"Semuanya penuh."

"Semuanya? Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku sudah mengeceknya di ponselku dan sialnya ini memang bulan berkunjung ke Berlin. Jadi sepertinya kita memang harus jadi teman sekamar malam ini, Hyukjae-ssi."

Hyukjae menghembuskan napasnya kecewa. "Kalau begitu, pesan kasur tambahan."

Jaerim tersenyum dan kembali pada Resepsionis. "Kami pesan suite room-nya dan tolong siapkan sepasang piyama dan lingerie berwarna merah. Ah, hiasi juga dengan lilin-lilin kecil dan siapkan wine terbaik di hotel ini."

"Aku mengerti. Kami akan menyiapkan yang terbaik untuk bulan madu kalian."

"Omo!" Jaerim menutup mulut dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memukul lengan Hyukjae yang langsung menatapnya dengan sengit. "Ini bukan bulan madu. Kami baru akan berbulan madu sungguhan jika malam ini menghasilkan sesuatu yang harus kami pertanggungjawabkan"

"Mengapa kau terlihat sesenang itu? Bagaimana kasur tambahannya?" tanya Hyukjae yang tidak tahan dengan tawa Jaerim yang terdengar janggal.

"Kau harus menambah 4000 dollar jika ingin kasur tambahan," kata Jaerim yang membuat mata Hyukjae membesar. Di Korea ia bisa dapat lebih dari selusin kasur dengan uang sebanyak itu. Pada akhirnya ia hanya bisa pasrah menerima apapun yang telah dipesan oleh Jaerim tanpa menyadari seringaian licik yang muncul di wajah gadis itu saat ia memalingkan wajahnya.



‗‗‗‗‗‗‗‗TBD(v)‗‗‗‗‗‗‗‗



"Ne, jamkkanmanyo!" Nyonya Cho berseru keras sambil mempercepat langkahnya menuju pintu. Ini sudah sangat larut tapi seseorang yang datang bertamu itu sepertinya sangat tidak sabar untuk segera bertemu dengannya dan terus membunyikan bel.

"Omona..." Nyonya Cho menutup mulutnya tak percaya saat melihat sosok pucat di hadapannya. Menantunya yang baru siuman dari koma itu kini berdiri di hadapannya, mengenakan pakaian pasien berwarna hijau muda yang dilapisi dengan mantel berwarna biru tua. "Sungrin-ah, apa yang kau lakukan di sini?"

The Bride(vil)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang