"Mempelai wanita memasuki ruangan!"
Musik pernikahan langsung dimainkan untuk menyambut kedatangan mempelai wanita. Dengan langkah anggun, Jaerim memasuki ruangan tersebut. Setelah semua usaha dan kesabarannya, hari ini ia berjalan menuju altar dengan Hyukjae yang menantikannya sambil tersenyum. Mengingat semua yang telah ia lewati hingga hari ini membuat kedua mata Jaerim memanas. Gadis itu sudah hampir menitikkan air matanya saat melihat Hyukjae mengulurkan tangan padanya.
"Noona!" Jaerim mengerjakan kedua matanya terkejut. Seharusnya ia menerima uluran tangan Hyukjae yang akan membawanya ke hadapan Pastor, tapi mengapa sekarang tangannya berada dalam genggaman Donghae? "Noona! Ayo cepat ikut aku!"
"Apa-apaan ini? Lepaskan tangan pengantinku" Hyukjae mencoba melepaskan Jaerim dari Donghae, tapi pria itu menahannya dengan kedua tangannya.
"Ya, Lee Donghae sialan! Aku tidak mau terlibat skandal denganmu di hari pernikahanku!" Jaerim memelototkan kedua matanya, namun Donghae membalasnya dengan tatapan memelas seperti anak anjing.
"Noona, tolong aku!"
"Aissh, tolong kepalamu! Aku sedang sibuk dengan pernikahanku, bodoh!"
"Tolong Hyosun... Dia mau melahirkan..." Donghae memegangi kedua telapak tangan Jaerim sambil menangis tersedu-sedu, membuat orang-orang jadi salah paham dan berpikir jika Donghae menangisi pernikahan kekasihnya dan datang untuk mengacau. "Darahnya banyak sekali~ Tolong lakukan sesuatu~"
"Da-darah?" Jaerim berubah jadi gugup saat membayangkan proses persalinan dan darah yang berceceran di mana-mana. "Ta-tapi... Tapi aku takut darah..."
"Mwo? Bagaimana bisa? Kau ini sebenarnya dokter atau bukan?"
" Aku ini psikiater, bodoh! Tidak ada darah dalam pekerjaanku!"
"Anu, pernikahannya..." Sang Pastor menyela perdebatan itu dengan wajah bingung. "Aku masih harus menikahkan pasangan di tempat lain. Jadi..."
"Beri kami 5 menit!" Hyukjae menyentak tangan Donghae hingga cekalannya pada Jaerim terlepas. "Biar kami selesaikan sumpah pernikahannya baru kau boleh membawa Jaerim."
"Kau akan menyerahkanku padanya?" pekik Jaerim tak terima, membuat orang-orang yang mendengarnya menyumpahi Hyukjae karena tega membuang calon istrinya begitu saja. "Aku sudah bilang takut darah, kan? Mengapa kau masih—"
"Ya, Jang Jaerim!" Perkataan Jaerim terputus saat dari depan pintu Kyuhyun meneriakkan namanya dengan lantang. Para tamu undangan menggelengkan kepala mereka, berpikir tentang betapa hebatnya Jang Jaerim yang berhasil membuat 3 orang pria tampan memperebutkannya. "Sungrin bilang kepala bayinya sudah kelihatan. Bagaimana ini?"
"Tidak ada waktu lagi!" Donghae menarik paksa tangan Jaerim dan membawanya berlari melewati Hyukjae yang hanya bisa bengong di tempatnya. "Cepat bantu Hyosun-ku melahirkan dan terserah kau mau menikah atau apa setelahnya!"
"Jadi..." suara Pastor membuat Hyukjae menoleh padanya. "Kalian jadi menikah?"
"A-aigoo..." Hyukjae memegangi tengkuknya dengan kedua mata terpejam, persis dengan yang sejak tadi dilakukan oleh ibunya di deretan bangku terdepan. "Donghae sialan. Mengapa dia tidak telepon ambulans dan justru mengacaukan pernikahan orang? Aigoo..."
‗‗‗‗‗‗‗‗TBD(v)‗‗‗‗‗‗‗‗
"Bagaimana menggendongnya? Seperti ini sudah benar?"
"Awas tangannya! Ya Tuhan, tangannya kecil sekali."
"Lihat itu, bukankah matanya terlihat semirip aku?"
"Tidakkah itu lebih mirip denganku? Bibirnya apalagi. Ah, pasti karena aku sering menciumnya saat dia terlelap di dalam perutmu."
Kyuhyun, Sungrin, Hyukjae dan Jaerim mengitari ranjang tempat Hyosun berbaring, menyaksikan bagaimana gadis itu berinteraksi dengan Donghae yang saat ini tengah menggendong malaikat kecilnya yang baru lahir. Semua orang tampak lelah setelah menunggu proses persalinan yang berlangsung selama hampir 4 jam itu, namun tangisan pertama bayi perempuan yang pecah di keheningan malam penghujung musim gugur itu mampu menepis semua rasa lelah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride(vil)
FanfictionDipaksa menikah untuk menyelamatkan perusahaan keluarga, diperbudak oleh pasangannya dan diselingkuhi dengan terang-terangan. Itu bukan kisah sedih dari seorang gadis muda yang tidak berdaya, melainkan kisah seorang pria dewasa berusia 30 tahun. ...