"Ternyata pria cantik itu memiliki pukulan yang menyakitkan." Kyuhyun menggerutu saat keluar dari dalam lift dan berjalan menuju apartemennya sambil memegangi pipi kirinya yang lebam. Heechul mengajaknya bertemu tadi dan memberinya 2 pukulan di pipi kiri, luka sobek di sudut bibir kanannya, luka gores di tulang pipi kanannya, dan sedikit memar di pelipis kirinya. Ia berjalan terseok-seok menggapai pintu apartemennya.
"Eoh?" Kedua alis Kyuhyun terangkat saat sampai di apartemennya dan melihat Pansoo yang duduk sendirian di sofa ruang tamu. Di atas meja terdapat biskuit ikan raksasa yang sudah lenyap bagian ekornya. "Pansoo-ya, bagaimana bisa kau memakan ekor ikan ini, eoh?" tanyanya setelah berjongkok di depan Pansoo.
"Tidak mungkin Pansoo, kan? Itu aku yang memakannya, bodoh!"
"Eoh?" Kyuhyun mengangkat wajahnya saat mendengar suara wanita. "Eoh!" Dan kemudian pria itu memekik terkejut saat melihat siapa wanita tersebut. "Kau datang? Bagaimana Kibum?"
"Heechul Oppa menyuruhku pulang untuk mengobati lukamu," jawab Sungrin yang kini telah mendudukkan dirinya di sebelah Pansoo, membuat Kyuhyun yang masih berjongkok di lantai harus mendongak padanya. Gadis itu menyipitkan kedua matanya sambil meringis pelan saat melihat luka-luka di wajah Kyuhyun. "Aku sudah punya firasat buruk saat Heechul Oppa berkata begitu. Dia benar-benar menghajarmu habis-habisan, eoh?"
"Dia sengaja pakai sepatu bersol tebal untuk menendangku," adu Kyuhyun. "Benar-benar orang yang mengerikan."
"Dia orang baik dengan caranya yang mengerikan," bela Sungrin. "Ja, duduklah di sini. Aku akan mengobati lukamu."
Pansoo berpindah ke atas pangkuan Kyuhyun saat pria itu menempatkan tubuhnya di sebelah Sungrin. Kedua tangan Sungrin sudah mulai bekerja, membersihkan luka-luka yang dihiasi darah itu dengan cairan anti septik yang akan menghasilkan ringisan Kyuhyun kapanpun cairan itu menyentuh lukanya.
"Lukanya sebanyak ini, apa kau tidak melawan sama sekali? Kau tidak tahu caranya berkelahi, eoh?" tanya Sungrin sambil membubuhkan obat merah pada kapas.
"Aku sudah punya firasat akan dipukul jadi aku sudah bersiap. Aku tahu caranya menggunakan tinjuku, tapi tidak akan kugunakan pada Kim Heechul yang sudah kuculik adiknya," sahut Kyuhyundi tengah ringisannya. Sepertinya ia terlalu fokus pada rasa sakitnya hingga tidak menyadari tatapan jenis apa yang saat ini Sungrin sematkan padanya.
"Kyuhyun-ssi, apa kau menyesal?"
"Iya," jawab Kyuhyun tanpa berpikir terlebih dahulu. Tapi kemudian ia mengangkat wajahnya dan mengerjakan kedua matanya saat melihat wajah bersalah Sungrin. "Ah, tidak. Mungkin... Hanya sedikit. Kadang-kadang." Kyuhyun meringis kecil atas jawabannya sendiri yang terdengar plin-plan. "Aku merasa ini benar saat melihatmu senang di sisinya, tapi juga jadi menyesal saat melihat diriku sendiri seperti ini," mungkin terdengar seolah Kyuhyun menyesal karena semua luka yang ia dapatkan dari Heechul hari ini. Tapi sebenarnya bukan itu maksudnya. Lukanya bukan hanya sekadar tentang lebam di wajahnya. Ia terluka jauh lebih parah di dalam, sesuatu yang membuatnya kadang menyesali pilihannya untuk menjadi Tinkerbell bodoh yang menghabiskan seluruh debu perinya untuk mengantar Peterpan bertemu dengan Wendy. Peri tanpa sayap dan debu ajaib untuk terbang, Kyuhyun merasa dirinya semenyedihkan itu sekarang. "Kadang aku merasa senang dan kadang juga menyesal. Tapi bukankah sudah kubilang, kesedihan dan kebahagiaanku itu bukan hal penting. Untuk membuat semua yang telah kualami jadi sepadan kau hanya hidup bahagia. Tokoh utama kami harus hidup bahagia."
Kyuhyun yang sedang tersenyum itu tidak menyadarinya, namun Sungrin dapat dengan jelas melihat genangan air mata di kedua mata bulat itu. Kyuhyun tidak dapat membawa senyuman hingga ke matanya karena hatinya telah terlebih dahulu mengirimkan kesedihan pada kedua matanya yang sedang menatap Sungrin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride(vil)
FanfictionDipaksa menikah untuk menyelamatkan perusahaan keluarga, diperbudak oleh pasangannya dan diselingkuhi dengan terang-terangan. Itu bukan kisah sedih dari seorang gadis muda yang tidak berdaya, melainkan kisah seorang pria dewasa berusia 30 tahun. ...