Aku mencoba membuka mataku yang sangat terasa lengket ini.
"Beth...."
Aku mencoba untuk mengerjabkan mataku. Lalu kurasakan belaian lembut pada pipiku. Aku mengerang tak nyaman dan mencoba menggeliat untuk melepas tangan itu karena merasakan tangan yang membelaiku ini begitu dingin.
Lalu saat kuingat kejadian terakhir, di mana aku berada dalam dekapan pria itu, mataku langsung terbuka lebar dan menatap nyalang.
Aku menengadah dan mendapati pria itu tersenyum lembut.
"Bagaimana? Ada yang sakit, Beth?"
Aku menelan salivaku dengan susah dan beranjak menjauhinya. Kesalahan! Mata pria itu langsung menatapku nyalang dan senyum lembut itu semakin lebar sampai aku bergidik takut kalau mulut pria itu bisa melebar dan robek.
"Kenapa?"
Aku menggeleng. Suaraku tak bisa kukeluarkan sama sekali.
"Kenapa, Sayang...."
Pria itu mencoba menarik tanganku yang langsung kutepis.
"Beth," ucapnya tersirat nada mengancam walau pria ini sebenarnya melafalkan namaku dengan lembut. Sangat begitu lembut. Dan aku tahu ini sangat tidak bagus. "Kau tahu kalau aku tak suka dibantah, kan, Bethany."
Aku sangat ingin membalas ucapannya dan menghentikan gerakan tubuhku yang seakan menjauhinya ini, membuatnya tersinggung mungkin. Tapi untuk bernapas pun aku sangat kesusahan juga tubuhku yang reflek bergerak dengan sendirinya yang terus menjauhi pria itu.
Pria itu menunjukan raut wajah sendunya. "Beth... kau menyakitiku."
Aku berusaha terlihat tenang saat akhirnya aku bisa mengendalikan tubuhku. Dengan segenap keberanian aku menyentuh tangannya pelan. Lalu aku meremas tangannya lembut diiringi tatapanku yang juga melembut.
"Maafkan aku..." oh sial! Aku bahkan tidak mengetahui namanya sejak seminggu lalu pria ini menculikku karena yang ada di otakku adalah bagaimana caranya kabur dan terlepas dari pria ini. "A-aku tak bermaksud, sungguh. Aku ta-tadi terlalu ter-terkejut."
Wajahnya berubah ceria. Oh, entah mengapa aku malah merasa itu adalah bukan hal yang baik.
"Baik, kau kumaafkan. Tapi kau harus tetap dihukum karena telah berani berlari terlalu jauh dariku. Aku tak suka kau berlari seperti kemarin, Sayang. Kau membuatku takut dan khawatir saat melihat tubuhmu yang penuh dengan gores-gores kecil itu."
Aku menatapnya tak percaya. Astaga, tidak! Terakhir pria ini bilang seperti itu ialah saat aku mencoba untuk tidak memakan apa yang dibawanya. Dan setelahnya, tubuhku penuh dengan lebam yang bahkan sampai saat ini masih terasa ngilu sesekali sejak pria ini menjadikanku samsak hidupnya. Aku menggeleng. Aku tak mau dipukuli lagi. Lalu air mataku kembali membuat aliran-alirannya.
"Sayang... Beth.. jangan menangis, kumohon," katanya lalu mengusap air mataku yang terus berjatuhan.
Lalu tiba-tiba pria itu menarik tubuhku ke dekapannya. Pelukannya begitu erat. Aku bahkan tidak bisa sesegukan karena pria ini yang mengunci tubuhku. Napasku kembali seolah diambil paksa.
Tangan pria ini akhirnya mengelus belakang kepalaku dengan sangat lembut. "Beth, kenapa menangis? Jangan takut, katakan padaku siapa yang menyakitimu, Sayang?"
Ingin sekali aku berteriak di depan mukanya kalau yang kutakuti dan menyakitiku adalah dirinya sendiri. Tapi yang bisa kulakukan ialah hanya menggeleng.
Tuhan, tolong aku.
***
Aku merasakan kalau aku sedang berada di dalam dekapan seseorang. Aku mencoba melepaskan diri dari seseorang yang masih setia memelukku dengan menenangkan, hangat, dan sayang, walau aku juga dapat merasakan aura gelap dari orang ini.
"Shhh, Beth, tenanglah.."
"Kau baik-baik saja, Sayang."
"Jangan khawatir. Kau aman di sini, bersamaku."
Suara dan kata-kata itu memang penuh dengan nada perhatian dan penenangan yang dibuat oleh orang itu yang entah kenapa aku malah merasakan hal yang berbeda. Bukannya merasa nyaman, aku malah bergidik takut.
"Aku di sini, Beth, aku di sini..."
Dan kegelapan yang merenggutku lagi.
***
Ternyata lebih banyak yg vote cerita ini ya di banding ceritanya Oki hehe. Oh ya saya mau kasih tau mohon maaf cerita ini per partnya dikit2 ya. Semoga suka
KAMU SEDANG MEMBACA
BELONG TO HIM
Mystery / Thrillervery short-story Judul awal She's Mine. Saya ganti judul soalnya pake POV ceweknya