Aku mencoba menahan diri untuk tidak berteriak. Sialan, rasa sakit pada tubuhku ini semakin menjadi-jadi saja, rasanya.
"Jawab, Sialan! Kau yang membunuh teman-temanku, kan, Jalang?"
Dan satu tamparan lagi yang kuterima membuat kepalaku berdengung.
Oh, Ya Tuhan... Bagaimana bisa gadis ini mengatakan aku membunuh yang bahkan lebih tepat kalau aku itu yang sebenarnya bisa dibunuh? Aku, bahkan aku tidak mengenal gadis ini dan antek-anteknya. Juga kabar burung tentang banyaknya beberapa orang telah mati. Dan kenapa juga mereka yang mati dengan cara mengenaskan itu adalah orang-orang yang pernah mem-bully-ku. Dan setelah kematian-kematian itu, bukannya hidupku semakin tenang tapi malah semakin kacau. Pem-bully-an itu malah semakin parah. Seperti sekarang ini. Bahkan aku tak dapat merasakan pipiku yang sepertinya telah kebas karena tamparan-tamparan itu. Bahkan aku juga dapat merasakan beberapa tulangku yang sepertinya patah.
Oh, Lord...
Kenapa aku harus mendapatkan kehidupan seperti ini? Padahal aku tidak pernah notice dengan kehidupan di sekitarku. Apa kehidupanku di masa lalu yang membuat aku merasakan hal ini?
Lalu aku dapat merasakan air yang sangat dingin dengan bau yang sangat menyengat tidak mengenakan mengalir pada tubuhku. Kulihat gadis-gadis ini telah memakai sarung tangan karet dan salah satu dari mereka mendorongku. Memaksaku untuk berbaring di atas batu-batu ini.
"H-hen-tikan.." aku berusaha memohon pada mereka walau kutahu itu hal sia-sia. "Kumoh-hon... s-sakithh....."
Tapi yang kudapat adalah jawaban mereka yang tertawa senang di atas kesakitanku ini.
Tuhan, bisakah Kau menyuruh malaikat maut untuk menjemputku?
***
Aku merasakan perasaan menyengat sakit begitu aku mencoba menggerakan tanganku.
Aku meringis pelan dan semakin meringis begitu merasakan pipiku yang ternyata juga berdenyut.
Sial, aku sekarang harus menggali memori otakku yang membuat kepalaku ikut menjadi berdenyut dan berdengung.
Aku mencoba membuka mataku dan yang kutahu aku masih di tempat biadab ini. Masih tiduran di antara batu-batu yang membuatku paham kalau mereka meninggalkanku sendirian pingsan di sini.
Aku mencoba bangun dengan menahan semua rasa sakit yang seakan berteriak ini dan mengira-ngira pukul berapa saat ini.
Melihat di ujung sana masih banyak kendaraan yang berlalu-lalang membuatku bisa mengira kalau sekarang mungkin saja sekitar pukul 8 sampai pukul 9 malam.
Aku melihat keadaanku yang bahkan pakaianku sudah robek sana-sini juga beberapa luka lebam atau luka jahitanku yang kembali terbuka. Jangan lupakan yang sepertinya beberapa tulangku patah. Karena aku tidak dapat merasakan tangan kananku tapi aku tahu kalau tangan kananku itu sakit dan juga rusuk kiriku.
Aku mencari tasku yang entah mereka lempar ke mana. Aku berharap agar mereka tidak membuangnya jauh dari tempatku berada karena di dalam sana ada pakaian gantiku dan beberapa perban juga alkohol yang bisa kugunakan sebelum aku ke klinik untuk menanyakan keadaanku lebih lanjut.
Oh tentu saja aku sudah mengantisipasi hal ini karena ini bukan yang untuk pertama kalinya aku di-bully. Dan hanya orang bodoh yang berharap kalau hari esok akan lebih baik dari hari sebelumnya, karena kenyataannya sejak aku pertama kali di-bully, tiap hari selanjutnya itu ialah kesakitan yang lebih daripada sebelumnya. Semacam, welcome to your hell, asshole!
***
Wkwkwk sy gak tau sbnrnya nulis part ini kenapa. Kayak tiba2 pgn nulis aja gitu wkwkwk. Yaa semoga bisa keliatan ya sedikit masa lalu Bethany atau anggap aja gambaran agar setidaknya tau buat konflik ke depannya yang sy juga blm tau konfliknya spt apa
KAMU SEDANG MEMBACA
BELONG TO HIM
Mystery / Thrillervery short-story Judul awal She's Mine. Saya ganti judul soalnya pake POV ceweknya