Setelah makan, Oliver menepati janjinya untuk tidak menggangguku. Tapi sialnya aku malah tidak bisa kembali tidur. Aku menatap nyalang pada lampu tidur yang masih menyala.
"Kenapa belum tidur, hm?"
"Aku tidak bisa tidur lagi."
Oliver menghampiriku. "Butuh pelukan saat tidur, Beth?"
Aku mengangguk dan langsung mendekatkan diriku pada Oliver. Memang terkadang aku tidur dalam dekapan hangat Oliver. Aku langsung bersandar pada dadanya.
Anehnya, aku tetap tidak bisa tidur walau Oliver terus mengusap belakang kepalaku dan punggungku.
Aku menengadah dan mendapati Oliver sedang menatapku juga.
"Tidak ampuh, ya?" Oliver mengecup pipiku. "Mau kubuatkan cokelat hangat atau susu?"
Aku menggeleng dan tetap menatapnya. Sungguh, apa yang Oliver lihat dariku? Oliver bisa mendapatkan gadis yang lebih segalanya dariku. Wajah tampannya, aku yakin tidak akan ada yang menolaknya sekalipun misal faktanya ia adalah seorang gay.
"Kenapa? Sedang memikirkan apa?"
"Aku sedang mengagumi keindahan."
Oliver tersenyum. "Kau juga indah, Bethany."
Oliver bohong. Aku tersenyum saja. Tunggu, bagaimana bisa aku tahu ia berbohong?
"Jangan menatapku seperti itu."
"Memang aku menatapmu seperti apa, Olie?"
"Kau menatapku seolah aku satu-satunya."
Aku tersenyum dan memajukan kepalaku untuk mengecup bibirnya. Aku memejamkan mataku, takut kalau saja Oliver menolakku. Tapi Oliver diam saja membuatku memberanikan diri memegang pipinya dan melumat bibirnya.
Aku telah jatuh. Aku telah terperangkap. Dan aku tak tahu apa yang akan kulakukan kalau Oliver membuangku.
Tapi lumatan dari Oliver membuatku tak bisa lagi berpikir. Kami saling melumat. Bertukar saliva melalui lidah kami.
Tangan Oliver menarikku hingga aku duduk di pangkuannya. Aku menjenggut rambut Oliver saat tangannya mulai masuk lalu menyentuh perutku.
"Nghhh..."
Oliver melepas ciuman kami membuatku menatapnya. Dapat kurasakan sesuatu yang keras pada bokongku.
"Beth," ucapnya lalu kembali mengecupku. Aku terus membalas. Membiarkannya yang menanggali baju kami.
Oliver menurunkan kecupannya pada leherku. Memberikan tandanya yang membuatku semakin mengerang karena rasa nikmat yang kuterima.
Oliver membalik posisi kami hingga sekarang aku telentang di ranjang hanya dengan celana dalam.
Oh, sial, aku langsung menutupi kedua payudaraku.
Oliver menahan tanganku. Ia menatap payudaraku dengan intens membuatku merasa malu juga bergairah.
Oliver langsung memajukan kepalanya ke arah payudaraku dan melumat puncaknya. Aku mengerang keras. Ya Tuhan!
Tangan Oliver tak diam seperti yang sedang dilakukan mulutnya. Tangannya bergerilya menyentuhku di mana pun. Aku hanya bisa mendesah dan mengerang karena perlakuannya.
Oliver bangkit setelah melepas celana dalamku membuatku menatapnya. Oliver menanggalkan celananya beserta dalaman yang ia kenakan. Aku bisa melihat kejantanannya yang membuatku meringis.
Oliver kembali menindihku lalu meludahi kejantanannya. Aku diam saja menatapnya.
Lalu Oliver menggesek kemaluan kami membuatku kembali merasakan kenikmatan.
Oliver kembali meludahi kejantanannya sebelum akhirnya memasukiku.
***
Wkwkwkwk pdhl mau bikin belum ada adegan 'begini'nya.
Btw saya baru update wattpad. Gimana? Suka nggak sama tampilan barunya?
Aduh, saya butuh libur 4 hari aja buat istirahat :( jaga kesehatan soalnya suara saya sdh abis dan suka demam tiba2 pas malem begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELONG TO HIM
Mystery / Thrillervery short-story Judul awal She's Mine. Saya ganti judul soalnya pake POV ceweknya