Oke maapin masih part plus2 wkwkwkwkwk. Semoga next part nggak ada plus2nya ya😉
Kedua kalinya bikin notes di awal part. Semoga suka? 😂
***
Aku menjerit.
"Sa-sakit! Olie, sakit sekali!"
Kenikmatan yang tadi menderaku seolah hilang tak bersisa tergantikan rasa sakit yang teramat.
Oliver memelukku yang terus berontak dengan erat.
"Shh, tenang, Beth sayang, tenang."
Tapi aku terus saja berontak membuat Oliver melumat bibirku dan meremas payudaraku.
Perlakuan Oliver, membuatku akhirnya berhenti berontak. Aku memilih memejamkan mataku, menikmati apa yang Oliver lakukan padaku. Dan aku bersyukur karena rasa nikmat itu kembali.
"Boleh aku bergerak sekarang, Beth?"
Aku membuka mataku dan mengernyit. "Maksudmu?"
Oliver tersenyum dan menggerakan pinggulnya. "Jenggut rambutku atau kau boleh menggigitku kalau rasa sakitnya masih kau rasakan."
Aku mengangguk, memilih menjenggut rambutnya. Aku kembali memejamkan mataku mencoba fokus pada rasa kenikmatannya bukan rasa sakitnya. Anehnya aku malah ingin Oliver menggerakan pinggulnya lebih cepat.
"Lebih cepat, Olie," ujarku menatapnya sambil terengah.
Oliver tersenyum dan mengecup dahiku lalu menggenjotku lebih cepat. Tubuhku seperti tersengat. Aku merasa merinding luar biasa tapi bukan karena takut melainkan karena rasa nikmat yang menderaku.
"Sial, Beth, kau sungguh nikmat, argh, Sayangku."
Aku tidak menggubris ucapannya. Aku malah terkesan mencari kenikmatanku sendiri dengan menggerakan pinggulku. Tapi ternyata perlakuanku membuat Oliver mencium keras bibirku lalu melumatnya. Aku mengerang lalu merasa meledak setelahnya.
Oliver menghentikan gerakan pinggulnya dan menatapku. Aku terengah-engah seperti kehilangan orientasiku, aku merasa bingung.
"Kau baru saja merasakan orgasmemu, Sayang."
Aku menatap Oliver yang mengusap keringat pada pelipisku. "Itu rasanya..."
"Menakjubkan?" Oliver tersenyum. "Apa kau lelah kalau aku melanjutkannya, Beth?"
Aku yang merasa 'tersentuh' karena Oliver benar-benar mengutamakan kenyamananku, memilih mengangguk saat masih bisa merasakan kejantanan Oliver yang berkedut di dalamku. "Lanjutkan saja, Olie, aku baik-baik saja."
Oliver mengecup bibirku sekilas dan kembali menggerakan pinggulnya.
***
"Argh, sial, Bethany!"
Aku hanya bisa mengusap dahi Oliver yang berkeringat. Oliver langsung jatuh di atas tubuhku setelah ia mengeluarkan cairan dari kejantanannya. Dapat kurasakan cairannya begitu banyak dan penisnya masih saja berkedut menumpahkan lahar spermanya.
Oliver mendesah dan memelukku lalu membawaku saat ia merubah posisinya. Aku bersandar di atas tubuhnya sekarang.
"Kau benar-benar baik-baik saja, Beth?"
Aku mengangguk.
"Maaf kalau aku membuatmu kelelahan seperti ini."
Aku terkekeh. "Olie, penismu masih memenuhiku."
Oliver mengecup puncak kepalaku. "Itu tempat ternyamannya."
Aku mengangkat kepalaku lalu memukul lengannya. "Mesum!"
Oliver terbahak. Oh, sungguh, aku merasa kami benar-benar seperti pasangan normal lainnya di luaran sana.
Apa Oliver bisa terus bersikap seperti ini?
"Istirahatlah, Beth. Sekarang biarkan spermaku yang bekerja agar kita bisa mendapatkan anak segera," ucap Oliver membuatku tertegun tapi memilih untuk beristirahat.
Lalu memangnya kenapa kalau aku hamil? Hubungan ini tetap berjalan di tempat, kan? Kenapa Oliver tak melamarku? Kenapa ia tak mau dan selalu menghindar soal masa lalunya jika aku bertanya?
Aku tak mungkin menikahi orang yang masa lalunya tak kuketahui, kan.
Ah, Bethany, memangnya kau pikir Oliver akan menikahimu?
Dewi batinku terbahak atas pemikiran naifku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELONG TO HIM
Mystery / Thrillervery short-story Judul awal She's Mine. Saya ganti judul soalnya pake POV ceweknya