Belong To Him 4. (21+)

5.4K 342 13
                                    

"Apa maksudmu dengan daging manusia, Oliver?" aku langsung bertanya begitu semua isi di perutku sudah keluar, kuharap.

Oliver masih memijat tengkukku. "Itu memang daging manusia, Baby."

Oh, aku ingin muntah lagi rasanya!

"Daging itu daging orang yang telah menyakitimu, Sayang."

Perkataan Oliver membuatku menegang. Apa maksudnya? Daging orang yang telah menyakitiku?

Melihat kebingunganku, Oliver tak menjelaskan lebih lanjut dan malah menarikku entah ke mana.

Aku masih mengikutinya yang ke arah belakang tempat ini. Begitu sampai di pintu berwarna putih dengan ukiran indah, Oliver membuka pintu itu dan mengajakku untuk masuk.

Dan aku menyesal telah memasuki ruangan sialan terkutuk ini. Lalu yang kuingat adalah kegelapan yang menghampiriku.

***

Aku merasakan seseorang yang mengusap dahiku dengan lembut.

"Hey, Beth.. bukalah matamu."

Bagai sebuah mantra, aku langsung membuka kedua kelopak mataku.

"Kau tak apa, Sayang?"

Aku menelan liurku dengan gugup. Aku sangat berusaha menjaga tubuhku untuk tidak bergerak sesuai kehendaknya untuk melindungi diri yang malah akan menjadi bumerang untukku.

"Ah, ya, Beth." Oliver berbicara dengan riang yang membuatku entah kenapa malah merinding. "Kau tahu, aku punya kejutan untukmu."

Aku menatapnya bingung. "Kejutan?" Oliver mengangguk antusias. "Ya kejutan," jawabnya terdengar yakin kalau aku akan menyukai 'kejutan' yang ia berikan.

"Apa?"

Oliver langsung mengangkatku ke bopongannya membuatku mau tak mau melingkarkan lenganku pada lehernya. Oliver mengecup hidung dan mulutku untuk ke sekian kalinya.

"Kau akan suka dengan kejutannya, Beth."

Ujaran yang terdengar sangat yakin itu membuatku semakin ingin menangis karena, lagi, lagi, aku merasa hal itu bukan hal baik. Bulu kudukku merinding dan dewi batinku seakan meringis takut.

Oh, kuharap ini hanya perasaanku saja. Aku berharap kalau aku hanya ketakutan. Kejutannya, kuharap bukan kejutan yang benar-benar akan membuatku terkejut, kan?

***

"I-ia?"

Oliver malah tersenyum senang seolah hadiahnya ini juga akan membuatku bahagia.

Aku menggeleng tak percaya. Tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin!

"Hey, kau kenapa?"

Aku menatap Oliver masih dengan gelengan kepalaku berulang.

"K-kenapa kau membawanya?"

Oliver tersenyum dan membelai pipiku dengan lembut. "Untuk menyiksanya, Sayang."

Perkataan Oliver mampu membuat seseorang yang saat ini sedang terikat, mengeluarkan suaranya seolah ia protes akan pernyataan Oliver.

Aku melirik ke arah wanita itu yang mulutnya disumpal dengan sesuatu yang tidak kuketahui. Wanita itu menatapku tajam tapi suara geraman dari Oliver membuatnya menggelengkan kepalanya terus menerus.

"Ah, karena kau telah berani menatapnya seperti tadi aku akan memberikan hukumanmu," ucap Oliver dengan riang. Aku menatap Oliver heran. Hukuman? Hukuman apa?

"Argh!"

Mataku membulat sempurna karena tanpa aba-aba Oliver telah menusuk mata kiri wanita itu menggunakan obeng yang bahkan obeng itu telah berkarat. Aku segera menghampiri mereka dan langsung menahan gerakan tangan Oliver yang ingin menusuk mata kanan wanita itu.

"Apa yang kau lakukan, Olie?!"

Aku menjerit frustasi. Air mataku telah membasahi pipiku.

Oliver menatapku sendu. "Aku tak suka ia menatapmu seperti tadi."

"Olie, tolong hentikan ini. Kembalikan ia pulang, kumohon."

"Tidak."

"Why?" aku menatap Oliver bingung. "You don't have to do this to her, Oliver."

"I do have to, Baby."

"Then, don't."

Kali ini Oliver yang balik menatapku bingung. "What? What the hell are you talking about, Sweetheart?" Oliver terkekeh. "Kenapa aku harus melakukan perintahmu, Sayang?"

"Aku tidak memerintahmu, Olie!" aku berucap dengan kesal, masih menangis. "Aku hanya ingin kau melepaskannya!"

Oliver meraih daguku dengan cepat. Cengkeramannya begitu menyakitkan. Matanya pun menggelap.

"Dare you, Baby! How you dare scream at me?!"

Aku menelan salivaku dengan susah. "Ma-maaf.." perasaan takut itu kembali menghampiriku. "Aa-ku tak bermak-sud, O-olie."

Tatapan Oliver melembut. Ia melepas cengkeramannya dan langsung memelukku hangat. "Just trust me like I did, okay?"

"But I'm not a woman you can trust..." ujarku dengan sangat lirih.

***

Wkwkwkwk mules sy nulis ini :''

BELONG TO HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang