Ch.9

1K 141 94
                                    

Duakk Duakk

Entah sudah berapa kali Mingyu mengorbankan tangannya pada pohon disampingnya, entah sudah berapa banyak orang pula yang ketakutan menatapnya. Ia tak peduli, sungguh yang ada dipikirannya hanya Soonyoung, Soonyoung dan Soonyoung.

Adegan yang dilihatnya tadi sungguh membuatnya shock dan terus mengayunkan tinjunya sebagai gantinya.

Untuk kesekian kalinya Minghao hanya dapat menatap sedih Mingyu tanpa berkata apapun. Kedua jempolnya tidak berhenti mengetik sesuatu yang entahlah apa itu. Dia tahu kenapa Mingyu jadi begini, namun ia terkejut juga kenapa Mingyu bisa seemosi ini. Biasanya Mingyu selalu menyembunyikan perasaannya dan tersenyum meski tipis padanya.

Tak sekalipun Minghao berani mengucapkan kata-kata. Hingga...

Grepp

Minghao memeluk Mingyu dari belakang, memeluknya seerat mungkin agar menghentikan kegiatannya menyakiti diri sendiri. Berhenti untuk memikirkan orang yang sedang tertawa di toko bunga itu. Airmatanya menetes, membasahi wajah tirusnya yang tersirat penuh kesedihan.

Ada cemburu disana, namun Minghao hanya dapat diam tanpa bisa berbuat lebih. Tidak juga bisa mengutarakan perasaan meski sudah lama kenal, ia tak mau merusak hubungan persahabatannya dengan Mingyu.

"Dengarkan aku...kumohon berhenti menyakiti dirimu sendiri gyu...kumohonn..." suara Minghao terdengar sangat parau sekarang, tersedat oleh cairan di hidungnya.

"Gyu..."

Kata terakhir dari Minghao mengakhiri hal yang dilakukan Mingyu hanya untuk meluapkan emosinya yang mencuat dan tidak lagi dapat terbedung. Mingyu sadar akan perbuatannya yang sama sekali bukan dirinya. Pandangannya beralih pada kedua tangannya, dan betapa kagetnya Mingyu melihat darah segar mengalir deras terlebih ada beberapa serpihan kayu dari pohon tersebut yang menancap di punggung tangannya. Rasa perih mulai menjalar ke saraf nya sesaat setelah menyadari keadaannya. Tak ada airmata disana, hanya pandangan kosong tanpa warna.



"Gyu, ayo kita ke rumah sakit...kau harus di obati" mingyu hanya mengangguk dan mengikuti perintah Minghao.


_-2N-_


"Seoku? Ini ba-ugh.." Soonyoung secara tidak sengaja menjatuhkan handphonenya yang terasa licin ditangannya sehingga menjatuhkan bunga dalam pot kaca.

Prangg

Mata Soonyoung terbelalak seketika saat pot terjatuh dan pecah berkeping-keping. Bunganya terlepas dari pupuk dan tanahnya.

"Astaga, Ahjumma maafkan aku...aku menjatuhkannya. Aku akan menggantinya tapi tolong maafkan aku..." Soonyoung buru-buru mengambil serpihan-serpihan pot  berbahan dasar batu bata itu.

"Soonie hyung sudah...hentikan saja...kau akan terluka.." untuk menghentikan Soonyoung itu sesulit membuat orang yang batu jadi peka.

"Tapi-aku...ini aku salah...aku harus mem-"

"Sudah hyung, kukatakan sudah!" Seokmin sedikit membentak Soonyoung yang membuat Soonyoung terlonjak kaget.

"Ahjumma, tolong bilang ke ayah kalau aku menjatuhkan pot disini" ucap Seokmin kepada wanita paruh baya yang tersenyum padanya.

"Sekarang Soonie hyung, keluar saja yuk. Biar-"

"T-tidak aku harus membantunya! Ini salahkuu..." Soonyoung masih berusaha mengambil kepingan pot lalu menaruhnya pada tong sampah yang tidak jauh disana.

Seokmin mendengus pelan, acaranya untuk mendapatkan hati Soonyoung tidak berbuah manis dan malah membentaknya. Dengan sedikit menyesal ia ikut membersihkan lantai toko bunga itu dari bekas pot pecah itu.

Tak lama keduanya telah selesai membersihkan pot yang pecah itu saat senja sudah mulai menghilang. Seokmin mendesah kecewa saat melihat langit akan berubah menjadi gelap.

Soonyoung yang melihat perubahan pada perilaku Seokmin yang tiba-tiba murung langsung menghampirinya "Seoku? Kenapa?"

"Hyung..."

"Ahh..aku lupa, aku harus mengganti-"

"Hyung tenang saja, toko itu milik ayahku...dia membangun toko ini karena aku suka bunga..." ucapnya sedikit sedih membuat Soonyoung penasaran dengan apa maksud Seokmin.

"Dulu...orang yang kusukai sangat menyukai bunga, tapi...aku tidak bisa memberikannya" Seokmin menghela nafas pelan "Sejak saat itu aku berpikir, bagaimana jika aku membuka toko bunga? Aku akan meminta appa untuk membuatkan aku toko bunga dan saat aku besar nanti, toko bunga ini milikku..."

"Lalu...?"

"Saat aku lulus nanti, aku akan menjaga toko bunga ini dan akan menambah banyak koleksi bunga untuk dijual dan aku yakin kalau ini akan laku keras. Karena aku juga akan memberikan orang yang kusuka sebuah bunga..." jelas Seokmin panjang lebar sembari berjalan beriringan dengan Soonyoung.

"Ahh...aku juga suka bunga..." Soonyoung menghirup aroma bunga camelia pink yang ada ditangannya.

"Bagaimana bunganya?" Seokmin tersenyum penuh makna

"Sangat indah...aku menyukainya..." ucap Soonyoung tersenyum lebar membuat eye smile.




"Andai kau tahu artinya..."







"...itu...melambangkan-"








"-kerinduan..."


_-2N-_

"Mingyu pelan-pelan saja...tidak perlu terburu-"

"Aku harus cepat-cepat Hao, kalau tidak aku tidak akan bisa lagi dance, tanganku akan cepat sembuh jika-awww...aduuhh.." Mingyu mengaduh kesakitan saat sebuah tangan mendarat di kepalanya seolah akan membelahnya.

Mingyu menengadah, ia merasa familiar dengan ukuran tangan itu namun...tangan Minghao tidak sekecil itu.

"Tanganmu kenapa bodoh?!" Tanya Jihoon atau lebih tepatnya sedikit berteriak saat mengatakannya.

"J-jihoon hyung....?" Matanya membulat seraya tubuhnya yang mundur teratur.

"Pertanyaanku belum kau jawab Kim Mingyu" ucap Jihoon penuh selidik, kedua matanya menatap intens dua bola mata Mingyu yang terlihat mulai gelisah.

"Aku...anu...aku...itu..." Mingyu terdengar begitu gugup, bahkan dalam mencari alasanpun dia tak bisa karena tatapan Jihoon yang bisa membaca dirinya.

Mingyu membayangkan apa yang terjadi jika ia mengatakan yang sesungguhnya. Tiba-tiba rasa sakit pada sekitar jarinya mulai terasa lagi dan perih saat mengingatnya. Matanya beberapa kali menutup matanya untuk mengurangi rasa sakit.

"Jatuh? Keseleo? Salah sendi? Bengkak? Apa? Katakan saja..." raut wajah Jihoon tiba-tiba berubah, ia terlihat khawatir saat melihat Mingyu yang kesakitan.

"Apa perlu aku obati? Atau-"

"Tidak perlu hyung, Mingyu tadi sudah diobati oleh dokter dan dia bilang kalau Mingyu hanya perlu sedikit istirahat dan meregangkan otot ditangannya agar cepat sembuh" ucap Minghao yang sejak tadi hanya menyimak sepasang sejoli itu.

Jihoon menatap tangan Mingyu yang diperban "Begitu? Pulanglah Gyu, aku juga akan pulang-"

"Hyung bohong lagi? Kan aku sudah tahu juga kalau hyung akan check kesehatan disini..."







"Apa yang mau hyung sembunyikan lagi?"










"...Kemo...kah?"


TBC

Bisa up yeay
VoMent  yeeeaaaa

Not Now[MinSoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang