Ch.13

950 123 82
                                    

Sejak tadi Seokmin hanya menatap punggung ringkih Soonyoung, semenjak kejadian beberapa saat lalu Soonyoung lebih banyak diam, bahkan terkadang setiap candaan yang dilontarkannya hanya di respon dengan senyum tipis yang terlihat sangat-sangat dipaksakan.

Seokmin sudah tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan agar pujaan hatinya tersenyum lagi. Pikirannya terlalu banyak bercabang dan kali ini bertambah lagi masalahnya.

Kenapa Soonyoung menangis?

Kenapa Soonyoung tersenyum seperti itu?

Apa ada yang ia sembunyikan?

Atau aku yang sama sekali tidak mengerti akan dia?

Soonyoung mulai menginvasi pikirannya lagi untuk kesekian kalinya. Senyum Soonyoung sangat berharga dan ia tak mau mengganti senyum indah itu dengan senyum yang dipaksakan.

"Hyung..."

Soonyoung terlihat mengelap wajahnya dengan jaketnya lalu berbalik dengan senyum yang lagi-lagi dipaksakan "Apa Seoku?"

Sementara Seokmin menatapnya datar "Aku tidak suka senyum ini" dengan menggunakan jempolnya pelan-pelan ia menurunkan senyum itu ke bentuk U terbalik yang menandakan kesedihan "Kalau sedih, ya menangis saja padaku..." kali ini ia menarik bibirnya sendiri membentuk senyum.

Grepp

Soonyoung buru-buru memeluk Seokmin tanpa diminta. Pelukan dan tangis itu memilukan, hampir saja Seokmin menangis karenanya. Ada rasa bahagia dan kesedihan disana namun hanya senyum yang terukir disana.

Soonyoung menangis meraung-raung dalam pelukan hangat seorang Lee Seokmin. Ia mengeratkan pelukannya menandakan kondisinya yang sama sekali tidak baik, sangat sakit.

"Menangis saja seperti ini, jangan di tutup tutupi dengan senyum palsu itu..." Seokmin mengelus helaian halus rambut Soonyoung "Kan jelek" ucapnya seenak dengkulnya lalu terkekeh pelan.

Soonyoung mendengar ucapan Seokmin barusan, terdengar jelas apa yang dikatakannya. Dengan kesal ia memukul-mukul dada milik Seokmin bertubi-tubi "Kamu tuh yang jelek! Udah tahu aku lagi sedih, malah di katain"

"Ya gapapa, sekali-sekali hehe..."

"Iiihhh!!!" Soonyoung memberontak, mencoba melepaskan pelukan Seokmin namun yang ada malah semakin kuat ia berusaha terlepas semakin erat pula pelukannya.

Seokmin melepas pelukannya dan mundur satu langkah lalu membalikkan badannya tak lupa satu tangannya yang sudah melambai diudara "Gamau dipeluk? Yaudah aku pulang ya hyung sampai jum-" ucapan Seokmin berhenti saat ujung pakaiannya ditarik pelan, senyum Seokmin mengembang disana.

'Kena kau'

Grepp

Dan untuk kedua kalinya ia memeluk pemuda itu dan kali ini sama sekali tidak mengeratkan pelukannya, hanya merengkuh tanpa paksaan. Pipi Seokmin memerah tatkala ia merasakan dua lengan terjulur dan melingkari pingganggnya perlahan.

"Seoku...hatiku sakit..." suara Soonyoung terdengar parau.

"Ikutlah aku sebentar, setelah itu berceritalah sepanjang kau mau" Seokmin menarik tangan Soonyoung pergi ke arah taman dekat sekolah.

Tidak seperti yang di ekpetasikan Seokmin, setelah duduk di bangku taman Soonyoung hanya terisak-isak dan menghapus airmatanya kasar dengan tangannya. Seokmin mengurut pelipisnya yang mulai pusing, masalahnya dirumah saja sudah cukup membuatnya stress, terlebih melihat Soonyoung menangis membuatnya lebih pusing lagi.

"Soonie hyung..." panggilnya pelan pada pria manis yang masih menundukkan kepalanya.

"Aku tidak mengerti jika kau terus menangis seperti ini..." ia meraih tengkuk Soonyoung lalu diangkatnya pelan untuk menatapnya.

Titik-titik airmata itu terus menetes seperti air hujan, mereka berlomba-lomba untuk mengekspresikan diri Soonyoung bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

Grepp

Dipeluknya Soonyoung kedalam pelukan hangatnya, memberi sedikit kekuatan agar tangisan yang memilukan itu berhenti.

"Seoku...kenapa...?? Disini rasanya sakit..." Soonyoung tampak memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Aku baru tahu, kalau ternyata..." Soonyoung kembali mengelap pipinya yang banjir airmata "Kalau ternyata aku memang menyukai Kim Mingyu, bajingan yang selalu membuatku dalam situasi buruk"

JDERR

Rasanya seperti tersambar petir, tubuh Seokmin mendadak kaku. Usapan pada kepala Soonyoung terhenti dan ia tak tahu harus berbuat apa. Yang ia bisa lakukan saat ini hanya terperangah di dalam hati tanpa membuatnya terlihat lebih jelas lagi.

"Begitukah...? Tapi bukannya..." Seokmin sengaja menggantungkan ucapannya, takut-takut Soonyoung kembali menangis.

Bahkan sekalipun tidak diucapkan, Soonyoung sudah mengerti arah pembicaraan Seokmin. Likuid bening itu kembali mengalir satu persatu, menumpuk pada pelupuk matanya lalu terjatuh beberapa saat kemudian.

"Aku tahu...dia sudah memiliki kekasih dan...ternyata aku sudah pernah bertemu dengannya" ucap Soonyoung sesenggukan "Aku...tidak boleh seperti ini, tapi hatiku selalu sakit jika aku...terus mengelak kalau aku tidak menyukainya..."

Seokmin bisa merasakan tubuh Soonyoung yang bergetar "Aku...menyukainya, tapi aku tidak bisa egois. Hatinya sudah untuk orang lain dan...dan aku tidak bisa melakukan apapun, terlalu menyakitkan..."






"Seoku...katakan padaku, apa yang harus aku lakukan?"



Seokmin menatap Soonyoung penuh kesedihan yang namun tak bisa disalurkan oleh kata-kata, hatinya juga sakit saat melihat orang yang ia sukai malah menyukai orang lain. Tapi melihat pujaan hatinya menangis, lebih-lebih menyakitkan.

Seokmin merasakan tangan mungil milik Soonyoung terjulur menggenggam lengannya seraya menatapnya dengan tatapan kesedihan yang terlihat sangat jelas.

Sampai kapanpun, rasa sakit ini benar-benar membekas dihatinya. Melihatnya bersedih dan mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan disaat yang sama...





Sangat menyakitkan bukan?








Dan mungkin hanya Seokmin yang merasakannya....




"Soonie hyung...kau harus semangat, dan positif thingking kalau kau pasti akan diterima" Seokmin mengucapkan hal yang seharusnya ia katakan pada dirinya sendiri.

Seokmin sudah terlalu mengerti kalau dia akan ditolak karena cinta yang begitu besar milik Soonyoung pada Mingyu.

"Jadilah dirimu sendiri dan katakan padanya...kalau kau mencintainya" Seokmin menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan tangis yang akan keluar.

Matanya memburam menatap lagi-lagi sang pujaan hati menangis dalam pelukannya, meremat jaketnya kuat. Ia tidak tahan lagi menahan airmatanya, sehingga beberapa bulir airmata itu mulai mengalir dan membasahi pipinya. Ia ikut menangis dan sama-sama mengeratkan pelukan.




Menyakitkan hanya saja...













Seokmin tidak mau memperkeruh segalanya...







TBC

Gatau lagj aku ngetik apa, suer nih ya. Chapter ini ama yang kemarin tuh kayak bukan aku banget gitu...

Mungkin karena jempol terlalu gatal buat mencet publish di work lain -3-

Not Now[MinSoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang