Ch.17

870 119 49
                                    

Waktu seolah terhenti setelah Jihoon dengan terang-terangan mengatakan hal pribadinya yang tiada seorangpun tahu, kecuali keluarganya dan Mingyu. Huru-hara dalam cafe seperti mengganggunya dan terus membuatnya kesusahan bernafas.

"Ap-apa? Jihoon?"

Jihoon menggigit bibirnya hingga ia merasakan cairan merah kental keluar dari bibir tipisnya "Ya, aku...mengidap penyakit kanker otak...dan aku..."

Ia berkali-kali menggamit pakaiannya yang sudah lecek dan tak berbentuk lagi "...aku tak tahu lagi harus seperti apa..."

"Aku sudah putus asa...dia selalu ada untukku namun jika begini rasanya aku hanya akan terus membebaninya dan aku tak mau...aku ingin sembuh tapi peluangku kecil...aku harus bagaimana Soonyoung?"

Soonyoung termenung, di sisi lain dia mulai mengerti arah pembicaraan kekasih dari orang yang ia sukai. Namun disisi yang lainnya dia tidak mengerti kenapa Jihoon menceritakan hal itu padanya.

"Maafkan aku...tapi aku tidak tahu harus menceritakan ini padamu...aku pikir kau dekat dengan Mingyu...aku hanya takut...jika hari esok tak akan datang untukku...kumohon...jaga Mingyu untukku..." terdengar sesenggukan yang tertahankan disana namun Soonyoung tetap tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Tawanya...senyumnya...caranya berbicara...dan segala hal yang selalu bisa membuatku jatuh cinta. Dia terlalu kekanakan jika aku tinggalkan, apa jadinya dia jika tanpaku nanti? Aku takut hal yang buruk terjadi padanya...dia itu terkadang sangatlah bodoh dan tidak peka...tapi cintanya yang selalu ia berikan padaku membuatku selalu bisa jatuh cinta padanya..."

"Tapi jika...hiks...jika dia terus berada di sisiku...dia akan banyak menangis karena kondisiku yang memburuk. Meski terkadang dia memang menyebalkan, tapi...aku tetap tak bisa berpaling dari siapapun...dia terlalu menyilaukan dan aku tak ingin terus membuatnya menangisiku. Aku tahu dia selalu menangis saat tahu kalau kondisiku yang terus menurun...bahkan akhir-akhir ini kakiku mulai sulit digerakkan dan itu semakin membuatku frustasi..."

"Soonyoung-ssi...hiks...bantu aku..." Jihoon mengelap matanya dengan kasar, wajahnya masih menunduk dengan tubuh yang sedikit membungkuk.

Tubuh mungil itu bergetar hebat, tangisnya masih tidak mau berhenti. Tubuhnya yang dilapisi oleh jaket tebal, lehernya yang tertutupi syal hangat yang Soonyoung pikir pasti kepanasan saat menggunakannya dan tak lupa kupluk di kepalanya. Terlihat tenggelam oleh pakaian dan begitu rapuh sehingga Soonyoung tidak tega melihat keadaan Jihoon. Namun apa daya? Soonyoung bahkan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Tiba-tiba Soonyoung bangkit dari tempatnya duduk lalu mengisyaratkan Jihoon untuk menunggu. Tanpa mendapat jawaban Soonyoung langsung saja berlari kearah dapur cafe tersebut.

Tak lama Soonyoung kembali dengan nampan ditangannya dan secangkir cokelat panas yang menguap. Uap-uap dan aroma cokelat itu mengundang Jihoon untuk mengangkat kepalanya dan dilihatnya Soonyoung ada tepat didepan wajahnya dengan secangkir cokelat  panas disana. Senyum terukir lebar dan penuh ketulusan pada wajah Soonyoung.

"Minumlah ini...kau akan merasa tenang setelahnya...jangan terlalu sering menangis...kau tidak manis lagi jika menangis begitu..." ucap Soonyoung pelan seraya terkekeh dan itu cukup membuat Jihoon tersinggung.

"Aku tidak manis tahu! Aku tampan" Jihoon tidak terima, dia memukul Soonyoung meski pada akhirnya mengambil cangkir cokelat panas itu juga.

Ditiupnya cokelat panas itu pelan yang menimbulkan uap-uap mengebul ke wajahnya dan membuatnya tenang, betul kata Soonyoung kalau cokelat panas bisa menenangkan hati.

"...Aku...jadi sedikit tenang kalau kau selalu ada disampingnya..." ia tersenyum disela-sela airmata yang terus mengalir.

"Eh?"

"Ya...begitu..."

"Apanya yang begitu?"

Jihoon hanya terdiam tanpa berniat menjawab pertanyaan Soonyoung. Dilihatnya Soonyoung yang terus menatapnya penuh penasaran, bagaimana tidak? Dia mengatakan hal setengah-setengah. Sudah seperti teka-teki saja.

"Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah yakin kalau kau adalah orangnya...aku yakin kalau kau bisa..."

"Bisa apa?"

"Bisa melakukannya..."

"Melakukan apa?"

"Aku tidak mau menjawabnya, kau terus bertanya seperti wartawan saja"

"Itu karena kau  mengatakan sesuatu setengah-setangah" Soonyoung menggembungkan pipinya kesal.

"Sudahlah...aku ingin minum cokelat ini...gratis yaa"

"Mau makan atau minum sebanyak apapun juga tetap gratis jika kau yang mengkonsumsinya" Soonyoung menyilangkan kedua tangannya lalu memalingkan kepalanya kekanan.

"Hee...? Kau seperti tidak sudi menatapku..." secepat kilat Soonyoung menatap Jihoon dan tersenyum kecut.

"Aish...lucu sekali...kau seperti Mingyu" Jihoon menatap piringnya berisikan kue, pipinya memerah seketika "Kau tahu? Mingyu pernah meninggalkan celana dalamnya dirumahku, dan saat pembantu dirumah bertanya itu celana dalam milik siapa, karena size kami berbeda sangat jauh. Dan sejak saat itu, jika dia menginap dirumahku, dia akan sangat teliti terlebih kalau celana dalam...aku bahkan masih mengingatnya meski sudah bertahun-tahun yang lalu" tawanya terdengar senang dan matanya tertutup sehingga sisa-sisa airmata mengalir di pipi gembilnya.

'Aish jorok sekali Mingyu itu' batin Soonyoung.


"Melihatnya penuh dengan emosi dan semangat yang membara saat membahas dirimu...aku jadi lebih yakin lagi..."






















"Kau benar-benar sangat baik Soonyoung-ssi"

TBC

Dikit lagi sobat, menuju hiatus panjang. Eh ga panjang banget sih wehe

VoMent   yeeaaa manteman *3*

Not Now[MinSoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang