MOS (2)

494 11 1
                                    

Ini adalah hari keduaku dalam masa orientasi siswa baru di SMA Alexandria. Hari ini aku berangkat lebih pagi dari hari kemarin, walaupun hanya selisih 10 menit. Setibanya di gerbang sekolah, aku disambut hangat oleh temanku.
"Eh kamu yang telat kemarin kan?"
"Iya, kok kamu tau ?" tanyaku
"Aku tau kamu waktu kamu sedang dihukum sama Kak Dimas"
"Ohh.. Seperti itu, Kak Dimas itu kok galak banget sih ya, kayaknya caper banget kalo ketemu cewek, aku benci sama dia" ucapku
"Walaupun dia galak tapi banyak yang suka sama dia, sejauh ini ngga ada yang bisa luluhin hatinya dia"
"Orang galak dan songong seperti itu ada yang suka ? Hahaha" jawabku dengan tertawa meledek.
"Iya, oh iya namamu siapa ? Jurusan apa ?"
"Namaku Apriliana, panggil saja April, aku jurusan IPA 1, kamu sendiri ?"
"Aku Shilvianissa, panggil saja Shilvi, aku jurusan IPA 2" jawab Shilvi.

Itulah perkenalan singkatku dengan Shilvianissa. Sebenernya aku masih ingin bercerita dengan Shilvi mengenai Kak Dimas, namun peluit sudah berbunyi, itu tandanya MOS akan segera dimulai, aku dan Shilvi berpisah ke barisan kelas masing-masing.

Entah kenapa hari ini aku merasa sangat aneh melihat semua seniorku, mereka menatapku tajam, seakan siap untuk menerkamku.
"Heh kamu, baru masa MOS saja sudah berani sama senior! Tau sopan santun apa tidak?!" tanya salah satu senior yang sedari tadi menatapku.
"Kalau sopan santun saya pasti punya kak, kalau masalah saya dengan Kak Dimas itu sudah berbeda lagi kak, saya tidak mengerti kenapa Kak Dimas selalu mencari keributan dengan saya" jawabku dengan tegas.
Aku sudah bisa menebak jika senior itu membentakku karena masalahku dengan Kak Dimas, aku tau karena tak ada lagi senior selain Kak Dimas yang mempunyai masalah denganku.
Kemudian Kak Egy datang karena mendengar Kak Radhita dari tadi teriak-teriak padaku.
"Sudahlah rad, aku tau kamu menyukai Dimas tapi jangan jadikan adik kelas sebagai mangsamu!" ucap Kak Egy.
"Kamu malah membela adik kelas yang belagu ini?!" tanya Kak Radhita.
"Dia tidak salah rad, jangan salahgunakan jabatanmu sebagai pengurus OSIS untuk mendapatkan perhatian Dimas atau aku laporkan kamu pada pembina kita agar kamu dikeluarkan!" ancam Kak Egy.
"Ahh.. Sudahlah!" teriak Kak Radhita.

Kak Radhita pun bergegas meninggalkanku dengan Kak Egy. Aku merasa bersalah, karena aku Kak Egy dan Kak Radhita menjadi berdebat.
"Kak Egy, terima kasih sudah membela saya dan maaf gara-gara saya Kak Egy dan Kak Radhita menjadi berdebat" kataku.
"Sudah tidak apa-apa dek, maafkan Radhita ya, dia memang seperti itu orangnya dan santai saja kalau sama kakak" ucap Kak Egy.

Baru hari ini aku menemukan senior yang sebaik Kak Egy. Aku kira semua senior sama, menyebalkan dan semaunya sendiri, tapi ternyata tidak. Ada Kak Egy yang begitu baik dan ramah.

Agenda MOS hari ini adalah pengenalan siswa terhadap jurusan yang mereka pilih. Semua siswa masing-masing jurusan memasuki ruangan, jurusan IPA di aula, jurusan IPS di ruang A1, jurusan Bahasa di laboratorium Bahasa dan jurusan Olahraga di Gor.

S
K
I
P

Pukul 12.30
Waktunya istirahat telah tiba. Aku diajak Shilvianissa ke sebuah kantin yang ada di SMA Alexandria ini. Setibanya di kantin, aku tak sengaja menabrak Kak Dimas dan menjatuhkan semua makanan yang ia bawa.

"Maaf kak saya tidak sengaja" ucapku.
"Kamu punya mata engga e dek?! Jalan itu pakai mata!" kata Kak Dimas dan berlalu begitu saja.

Sumpah demi apa aku punya senior seperti dia, aku tak mengerti dengan jalan fikirannya.
Aku pun membersihkan makanan Kak Dimas yang tumpah di lantai, karena Kak Dimas tidak mau membersihkannya dan pergi begitu saja.
"Sini dek kakak bantu"
Aku rasa aki kenal dengan suara itu, suara itu seperti  milik Kak Egy. Setelah aku menoleh ke belakang, ternyata benar jika itu adalah Kak Egy.
"Tidak usah kak, aku tidak mau merepotkan kakak" ucapku
"Tidak dek, lagi pula ini bukan salahmu tapi salah temenku" ucap Kak Egy.

Kak Egy pun membantuku untuk membersihkan makanan yang jatuh dilantai.
Andai semua senior itu sama seperti Kak Egy, pasti nasibku tak separah ini.

"Terima kasih kak"
"Sama-sama dek, tolong maafkan Dimas ya dek, dia orangnya memang seperti itu, tapi sebenarnya dia itu baik jika kamu sudah kenal dekat dengan dia" ucap Kak Egy.
"Iya kak"

"Priitttt......" suara peluit dari lapangan pun terdengar ke seluruh penjuru sekolah.
Semua siswa yang sedang dalam masa MOS kemudian berhamburan ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan agenda MOS hari ini.

Aula

Aku merasa bosan dengan penyuluhan ini, Shilvianissa yang menyadari itu kemudian mengajakku bicara.
"Pril.. Mau aku kenalin sama temenku?" ucap Shilvi yang memecahkan lamunanku.
"Boleh, biar tambah kawan" ucapku dengan senang.
Shilvianissa pun menyuruh teman disampingnya untuk berkenalan denganku.
"Kenalin aku Inasha Haira Putri panggil saja Inas, aku dari IPA 2"
"Aku Apriliana Mega Hapsari panggil saja April, aku dari IPA 1, senang berkenalan denganmu" ucapku sembari tersenyum.

Senang sekali hari ini aku mendapatkan teman baru lagi, tapi di satu sisi aku juga sebel karena ulah Kak Dimas.
Aku, Shilvi dan Inas kembali memperhatikan penyuluhan yang diberikan guru.

S
K
I
P

                                         ~•~•~

Akhirnya MOS hari ini pun telah usai, aku ingin sekali segera masuk ke kamar untuk merebahkan badanku yang terasa penat.
Seperti hari kemarin, aku menunggu papa di gerbang sekolah.
Dari kejauhan aku melihat Kak Dimas menuju ke parkiran untuk mengambil sepeda motornya.

Setibanya didepanku Kak Dimas lagi-lagi mengoceh padaku.
"Kasian deh kamu sendirian saja, udah ngga ada teman apa" ledek Kak Dimas
Rasanya ingin sekali aku menoyor kepalanya, tapi mengingat statusnya adalah sebagai ketua OSIS dan senior, aku mengurungkan niatku.
"Apaan sih lu kak, suka banget sih gangguin orang! Jangan-jangan lu suka lagi sama gua" ucap April
"Dasar cewek tengil, mana mungkinlah gua suka sama lu, lu ngga menarik sama sekali .. Hahaha" ledek Kak Dimas
"Tauk ah, pergi sana! Gua muak liat muka lu!"
"Ehh, lu lupa apa sama jabatan gua di sekolah ini?! Gua ini juga senior lu! Ngga pantes lu ngomong kayak gitu ke gua!" bentak Kak Dimas
"Serah lu lah"

Kak Dimas pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga hitungan detik saja ia sudah tak terlihat.

"Untung saja dia udah pergi, kalo engga lama-lama gua bisa bunuh diri nih disini" batin April.

Tak lama kemudian papa datang untuk menjemputku.
"Papa kok lama sih" ucapku dengan nada kesal
"Papa habis jemput adik kamu itu kasian ngga ada yang jemput, mama lagi pergi ke salon" ucap papa
"Ahh sebel, mama perginya ngga ajak-ajak April" gerutu April
"Kakak kalo lagi ngambek tambah cantik ya pa .. Hihi" ledek Manda. Manda adalah adik April, dia memang senang sekali menggoda April.
"Apaan sih kamu dek, jangan ikut-ikutan deh, ntar kakak ngga mau nemenin main loh"
"Ahh kakak mah gitu ngga asik" ucap Manda dengan nada kesal.
"Udah deh ngga usah berantem terus" ucap papa
Suasana dalam mobil kembali hening, papa fokus dalam mengendarai mobil, Manda fokus membaca novel dan aku fokus pada handphone yang ku bawa.
Terlihat notif wa di atas layar, kemudian ku buka wa dan aku baca isi pesan tersebut.

Dari: +628187456123
Jangan pernah kamu dekati Dimas! Aku tak suka melihatnya berbicara denganmu! Kalau sampai kamu merebutnya dariku lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu!!!

Degg!!!
Lagi-lagi aku terkejut dengan isi pesan yang ditujukan padaku. Aku sampai heran, mengapa setiap pulang sekolah aku selalu mendapat ancaman.
Aku pun tak menghiraukan pesan tersebut dan beralih pada pesan dari sahabat-sahabatku selama SMP.

Sesampainya dirumah aku langsung pergi kekamar dan merebahkan badanku yang terasa penat.

Sampai disini dulu ya author bikin ceritanya😊 mungkin agak ngga nyambung sih, tapi gapapa lah ya namanya baru belajar😂. Makasih ya buat readers tercinta karena sudah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku🙏 jangan lupa vote and comment yaa😊💞

Senior's (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang