Salah Paham

20 1 0
                                    

Setelah kejadian tempo hari, Kak Dimas sama sekali tidak menghubungiku. Aku tidak berharap dia menghubungiku, hanya saja terasa aneh setelah dia bersikap baik padaku tiba tiba saja hilang bagai ditelan bumi. Jangan sampai setelah ini, dia kembali jadi manusia yang menyebalkan lagi.

"April!!!" teriak seorang laki laki dari belakangku

Aku terdiam membeku, suaranya begitu menggelegar hingga semua siswa di lorong ini ikut terdiam dan melihatnya. Firasatku benar-benar tidak enak dengan hal ini. Apa lagi yang akan terjadi padaku. Aku memberanikan diri menoleh kala tanganku dicengkeram dengan kasar oleh pria itu.

"Lepasin sakit" aku berusaha melepas cengkramannya

Dia sama sekali tak menghiraukanku, dia menyeretku dengan kasar menuju taman belakang sekolah. Taman yang sepi karena jarang sekali siswa kesini.

"Ada apa sih?!" ku lepaskan tanganku

"Sejak kapan kau berhubungan dengan Egy?! Gimana bisa kamu ngga bilang kalau kalian ada hubungan!!" gertaknya

"Apa salahnya kalau aku punya hubungan sama Kak Egy?! Itu bukan urusan kakak!" ucapku tak kalah menyebalkan

"Itu menjadi urusanku April!! Aku tidak suka kamu pacaran sama Egy, tinggalkan dia!"

Manusia ini benar benar menyebalkan, apa urusannya coba kalau aku berhubungan dengan Kak Egy, keluarga bukan, sahabat bukan, yang ada malah musuh.

"Dengar ya Kak Dimas yang nyebelin, aku sama Kak Egy sama sekali ngga ada hubungan, dia melakukan itu hanya untuk melindungiku dari senior yang menindasku karena aku dituduh merebutmu!" bentakku

"Merebut bagaimana?! Punya pacar saja tidak!"
"Mana aku tau, sekarang aku tanya deh sama kakak, siapa sih yang mau dituduh merebut pacar orang?! Pasti semua orang ngga akan mau, justru karena Kak Egy aku selamat dari wanita wanita itu!"

Setelah berdebat seperti itu, aku langsung meninggalkan Kak Dimas di taman karena aku sudah muak dengan sikapnya, apalagi berdebat karena masalah yang tidak penting.

Tapi berbeda dengan pria bernama Dimas itu, dia malah tersenyum karena hal yang ia takutkan tidaklah benar.

------

Aku menuju perpustakaan dimana teman temanku ada disana.

"Gimana bisa kamu dituduh merebut Kak Dimas?" tanya Shilvi
"Aku pun tak tau, pacaran saja tidak" ucapku
"Menurutku kamu ngga usah terlalu dekat dengan Kak Dimas pril, mau dia baik atau engga" ucap Yulia
"Benar, apapun yang bersangkutan dengan Kak Dimas pasti kamu selalu dapat dampak negatifnya"
"Aku rasa jauh lebih baik seperti itu, aku harus jaga jarak dengannya mulai sekarang" ucapku

Setelah perbincangan itu, teman temanku memilih untuk pergi ke kelas dan aku memilih membaca novel.

Aku suka sekali dengan novel bergenre fantasi dan romansa. Novel yang paling aku suka adalah twilight, hingga berkali kali aku membaca dan melihat filmnya tapi tak pernah bosan.

Tapi tiba tiba ada seseorang duduk di depanku. Aku pun sontak melihatnya.

"Kamu suka twilight?" tanyanya dengan heran
"Suka sekali kak, bahkan sudah berulang kali aku membaca dan melihat filmnya" terangku
"Aku mau dong jadi Edward untukmu" ucapnya dengan senyum

Lalu ku balas juga dengan senyuman
"Kakak ini bercanda, tidak ada vampire di dunia nyata kak" aku sedikit tertawa
"Aku mau kok jadi vampire buat kamu" masih dengan senyuman
"Kak Egy ini lucu sekali, ini hanya cerita kak, tidak ada di dunia nyata" aku menjawabnya dengan tertawa

Kak Egy hanya menatapku dengan senyum yang terukir indah di wajahnya.
Jujur saja aku terpana dengan senyuman itu. Tapi aku segera tersadar setelah Kak Dimas tiba tiba sudah duduk disamping Kak Egy.

Seketika aku menjadi murung, karena aku masih benar benar kesal dengan kelakuan Kak Dimas.
Aku memilih keluar dari perpustakaan karena aku sudah tidak nyaman. Aku bilang pada Kak Egy kalau Ilsa membutuhkan bantuanku karena aku merasa tidak enak jika tiba tiba pergi.

Setelah keluar dari perpustakaan, baru 5 langkah aku berjalan, ada sebuah tangan menariku hingga aku tertarik ke belakang dan kepalaku membentur dada bidangnya.

"Maaf karena aku salah paham padamu" ucapnya dengan pelan di telingaku

Aku pun memutuskan untuk menatap matanya. Ku lihat dia mengatakannya dengan tulus.

"Lain kali dicari dulu benarnya gimana" ucapku dengan ketus
"Iya, maafkan aku"

Aku tidak tau sejak kapan tangannya ada di pinggangku hingga membuatku dengannya terlihat seperti tengah berpelukan. Aku yang menyadari hal itu langsung melepaskan tangan Kak Dimas.

"Jangan seperti ini, aku tidak ingin dituduh lagi"
"Kalau kamu benar, kamu tidak perlu takut" ucapnya dengan santai
"Baiklah.." aku pun mengalah

~ Dimas POV ~

Aku menyesal telah memperlakukan April dengan kasar. Seharusnya aku mencari tau kebenarannya terlebih dulu. Aku harus minta maaf padanya.

Ku cari dia di sekeliling sekolah namun tak kunjung juga ku temukan. Hingga aku berdiri di depan perpustakaan dan menemukannya tengah duduk dengan sahabatku sendiri.

Kenapa tiba tiba hatiku menjadi panas melihatnya? Apalagi ketika Egy sedang menggodanya, aku tak tahan ingin meninjunya. Aku harus menurunkan egoku dan harus terlihat biasa saja.

Aku memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Tapi yang terlihat tidak seperti dugaanku. April terlihat kesal dan murung kala aku masuk, seperti tak menginginkanku bergabung dengannya. Aku bisa memakluminya karena tindakanku tadi yang melukai hatinya.

Aku mengejarnya ketika dia meninggalkanku dan Egy di perpustakaan.
Ku tarik tangannya dan dia pun jatuh ke pelukanku.

Ku putuskan untuk meminta maaf padanya agar dia tidak menghindar lagi jika bertemu denganku.

Setelah memaafkan ku dia segera bergegas menuju kelasnya dengan alasan temannya membutuhkan bantuan. Padahal aku tau betul alasan dia segera pergi karena banyak pasang mata yang melihatku dengannya dengan tatapan tidak mengenakan.

Aku senang karena April telah memaafkanku. Mulai sekarang aku harus bisa mengontrol emosiku.

~ POV Ended ~

Sampai sini dulu ya cerita antara Dimas, Egy dan April. Autor bakal update lagi nanti ... 😊

Senior's (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang