Salah satu suster terlihat mengelap dahi dokter Handoko yang sedang berusaha menarik peluru dalam jantung Rio, sedangkan Alvin bertugas untuk menjaga detak jantung Rio agar tetap berdetak. Suasana ruang operasi kian mencengkam saat alat pendeteksi kehidupan itu berjalan tak menentu, suara yang ditimbulkam membuat dokter Handoko, Alvin dan tiga suster disana menghentikan aktifitas mereka. Arah gerak garis kehidupan itu semakin tak beraturan, bahkan sekarang mereka bisa melihat dengan jelas dada Rio naik turun, napas pemuda itu terdengar. Rio kesulitan bernapas.
Tiiiiiittttttt......
Suara itu adalah suara yang paling dibenci oleh pihak kedokteran, suara yang sungguh membuat hati berdesir hebat. Bersamaan dengan suara itu kepala Rio melemah ke samping. Garis yang tadinya naik turun tak beraturan kini berubah menjadi garis lurus.
"Bawa defibrillasi kemari" suruh Alvin, salah satu suster langsung bergerak keluar mengambil alat kejut jantung.
Alvin mendekati Rio, sekarang dokter muda itu menatap sahabatnya nanar. Kenapa sahabatnya itu begitu bodoh? Kenapa pria itu tidak menyerang sama sekali? Bukankah Rio dulu sangat gemar berkelahi? Bahkan berkelahi masuk ke dalam daftar salah satu hobinya. Jika begini, Alvin lebih suka melihat Rio yang dulu. Rio yang pemarah, mudah tersulut emosi, senang bertengkar, daripada Rio yang lebih memilih diam seperti tadi.
Tapi bukan berarti Alvin tak mensyukuri perubahan Rio, tapi Alvin lebih suka Rio yang lama.
********
Ruang operasi terbuka, tapi lampu operasi belum mati. Ify yang menyadari salah satu suster keluar langsung berdiri dari duduknya setelah merapikan bajunya yang sedikit berantakan.
"Sus ba...."
"Maaf, saya buru-buru. Pasien butuh pertolongan secepatnya" suster itu memotong pertanyaan Ify. Suster itu terlihat sedikit berlari sekarang.
"Memang pasien kenapa?" teriak Debo yang menemani Ify disana, juga ada Sivia yang hanya diam.
Suster tersebut tidak menjawab, dia sudah hilang dari pandangan setelah berbelok ke lorong.
Ify kembali duduk ke tempat duduknya, sekarang dia hanya bisa berdoa semoga Rio bisa diselamatkan.
"Tenang Fy, kak Rio pasti sembuh" kata Sivia memberi semangat, Ify menoleh sekilas dan tersenyum.
Sedangkan Debo, pemuda itu sekarang tengah memikirkan Shilla. Banyak hal yang harus dia ucapkan pada Shilla, banyak kata maaf yang nantinya harus dia lontarkan pada gadis itu, karena dia Shilla nyaris saja dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa, karena dia Shilla jadi kehilangan semangat hidup, dan karena dia juga Gabriel harus dirawat di rumah sakit.
********
Di dalam kamar vvip mawar 204, tubuh Gabriel terkulai lemah diatas ranjang, tangan kanannya terpasang jarum infus, dan hidungnya terpasang alat bantu pernapasan. Disamping ranjang ada Shilla yang tengah tidur sambil menindihi kedua tangannya yang dilipat, sedangkan diujung sana ada Angel yang duduk di sofa sambil membuka laptopnya. Selama Gabriel sakit Angel harus menghandle semua pekerjaan.
"Selamat malam"
Seorang suster masuk sambil membawa alat tensi, dan beberapa obat yang akan disuntikan melalui selang jarum infus.
Shilla yang merasa sedikit terganggu oleh kehadiran suster tersebut akhirnya terganggu, dia mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada dan mulai pindah tempat duduk disamping Angel.
"Tekanan darahnya 120/60, ini normal" ujar suster tersebut setelah mengecek tekanan darah Gabriel.
"Suhu badannya 39° tapi tidak apa-apa satu atau dua hari lagi suhu tubuhnya akan normal, ini mungkin karena efek setelah transfusi darah" suster itu kembali berbicara setelah termometer yang tadi sempat dia letakkan dalam ketiak Gabriel untuk mengecek suhu tubuh pemuda itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/92344696-288-k114402.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU [TAMAT]
RastgeleIfy tidak pernah menyangka akan dijodohkan oleh Ayahnya dengan lelaki yang tidak pernah dikenalnya. Rio lelaki dingin dan kejam yang dinikahkan oleh Ayah Ify hanya karena Ayah Rio dan Ayah Ify bersahabat. Ify dengan segala kesabarannya menghadapi si...