KENCAN

5.9K 176 16
                                    

Semenjak Alvin mengajak Sivia lari pagi, hubungan mereka semakin dekat. Alvin semakin sering mengajak pergi Sivia, entah itu hanya sekedar jalan-jalan atau makan.

Kini sudah berdiri di depan halte yang letaknya diseberang rumahnya. Dia sedang menunggu Alvin yang akan mengajaknya ke suatu tempat yang belum dia ketahui.

Bremm.. Breemm

Motor Alvin berhenti tepat di depan Sivia, pemuda itu membuka helm full facenya dan tersenyum simpul ke arah Sivia.

"Ayo naik" kata Alvin, Sivia langsung naik ke boncengan.

"Kita mau kemana sih Vin?" tanya Sivia yang penasaran.

"Pokoknya kamu bakal suka sama tuh tempat" kata Alvin membuat Sivia merengut sebal.

Alvin langsung menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Dua puluh menit kemudian, Alvin memberhentikan motornya di depan panti asuhan 'Muara Kasih' Sivia dan Alvin turun dari motor. Alvin menggenggam tangan Sivia dan membawanya menuju taman panti yang terletak di samping.

Sivia bisa melihat ada banyak anak yang tengah bermain di taman. Mungkin sekitar tiga puluhan. Mereka semua bermain dengan ceria, seakan hidup mereka tidak memiliki beban sama sekali. Senyum, tawa, dan kebahagiaan jelas terpancar di raut wajah mereka.

"Vi...." panggil Alvin membuyarkan lamunan Sivia. Dia juga tak sadar kalau Alvin sudah bermain bersama anak panti laki-laki yang tengah bermain bola sepak.

Sivia tersenyum dan berjalan, bukan untuk menghampiri Alvin melainkan menghampiri empat anak perempuan yang tengah bermain lompat tali.

"Hai semuanya" sapa Sivia ramah.

Keempat anak perempuan itu menghentikan aktivitas mereka sejenak dan menoleh ke arah Sivia sembari tersenyum.

"Hai juga kakak cantik" sahut mereka semua.

"Kalian main lompat tali ya? Kakak ikut boleh?" tanya Sivia.

Mereka berempat mengangguk mantap.

Tak jauh dari tempat Sivia dan teman barunya bermain, Alvin sedari tadi memandangi gadis itu sambil kakinya tetap menendangi bola sampai ke gawang. Tanpa sadar bibirnya melengkung indah membentuk senyuman, ada kenyamanan tersendiri baginya saat melihat Sivia tertawa lepas sambil meloncat mengikuti perputaran karet.

Tak terasa mentari sudah berada di atas kepala, panasnya matahari membuat mereka semua menyudahi permainan mereka. Kini mereka tengah duduk di rerumputan.

"Kak Sivia sama kak Alvin pacaran ya?" tanya seorang anak lelaki dengan boneka teddy bear hasil curian dari teman perempuannya yang ada di tangan kanannya.

Sivia dan Alvin yang disuguhi pertanyaan seperti itu kontan saja saling menatap dan tak lama mereka langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah anak lelaki yang bertanya tadi.

"Kita nggak pa..." perkataan Sivia terhenti saat Alvin memotongnya seenak jidat.

"Bentar lagi juga pacaran " kata Alvin yang membuat Sivia melongo tak percaya, sedangkan yang lainnya sudah tertawa dan bersorak 'ciyee'

Alvin mendekat ke arah anak lelaki berambut ala-ala jepang, ah anak itu sangat mirip dengannya semasa kecil dulu.

Sivia bisa melihat saat Alvin mendekatkan bibirnya ke telinga anak lelaki tersebut dan membisikkan sesuatu, entah apa yang dibisikkan Alvin karena Sivia tidak bisa mendengar.

Alvin tetap di posisinya sambil menunggu anak lelaki yang disuruhnya tadi kembali, dan Sivia juga tetap pada kebingungannya.

Tak lama anak lelaki itu kembali dengan membawa laptop, flashdisk, dan selendang polos warna merah. Tunggu, apa hubungannya laptop, flashdisk, dan selendang? Entahlah, tapi sepertinya ada hal yang aneh menurut Sivia.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang