Rio menyesap green tea hangatnya, udara pagi yang dingin membuatnya menjadi malas. Cuaca dingin seperti ini paling enak duduk dibalkon sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang di bawah sana. Rio meletakkan cangkir green teanya di atas meja yang terletak disampingnya. Kini dia menengadahkan kepalanya menatap langit biru dan awan putih yang terlihat lembut seperti gula kapas favoritnya semasa kecil dulu. Rio terus memandang awan-awan itu, dan dia baru sadar bahwa awan-awan itu selalu berubah bentuk. Rio jadi bisa belajar dari awan, bahwa hidup itu tidak selalu berbentuk sama, hidup selalu berubah.
Berbicara tentang awan Rio jadi teringat Ify. Bagaimana kabar gadis itu sekarang? Apa dia sudah berhasil melupakannya? Ah itu tidak mungkin, Rio tahu betul siapa Ify, Ify tak mungkin melupakan Rio begitu saja karena dia tahu Ify sangat mencintainya. Hanya satu yang Rio khawatirkan semoga Ify tidak seperti awan yang berubah bentuk.
"Woy brother, ngelamunin apa kau?" tanya Alvin yang sudah lengkap dengan jas dokternya.
Rio mengernyit menatap Alvin, apa dia salah lihat, atau memang Alvin yang terlalu rajin? Bukannya hari ini hari minggu? Yang Rio tahu hari minggu Alvin tidak ada jadwal di rumah sakit, lantas kenapa pemuda itu memakai jas dokter lengkap dengan stetoskop yang digantung di lehernya.
"Bukannya kamu harusnya libur ya? Kan nggak ada jadwal jaga kalau hari minggu?" tanya Rio penasaran.
"Haaahhh gimana ya ngomongnya? Jadi gini tadi tuh dokter Nova telepon, dia bilang ada ibu-ibu yang mau lahiran, tapi ibu itu nggak bisa ngelahirin anaknya, dokter Nova bilang ibu itu maunya yang ngurus persalinan dia itu aku Yo. Sekarang aku jadi bingung sebenernya profesi aku ini dokter spesialis penyakit dalam atau dokter kandungan ya? Ah udahlah aku pergi dulu, kasihan tuh ibu-ibu. Bye Rio" setelah bercerita cukup panjang Alvin langsung beranjak menuju rumah sakit.
Rio hanya bergeleng kepala mendengar cerita Alvin, tak mau pikir panjang Rio langsung menuju kamar mandi karena sedari tadi dia mendapat panggilan alam.
********
Asisten, Gabriel membutuhkan asisten baru secepatnya kalau bisa besok dia harus mendapatkannya. Rezy, asistennya yang lama memilih resain dari kantor karena harus mengurus ibunya yang sakit di kampung. Gabriel memanggil Debo melalui telepon kantor. Debo yang dulu bekerja bersama Rio, kini bekerja dengan Gabriel setelah perusahaan Rio diambil ahli oleh Cakka, hampir semua pegawai Rio berpindah ke perusahaan Gabriel setelah mereka tahu perusahaan tak lagi di pegang oleh Rio.
"Permisi pak ada yang bisa saya bantu?" tanya Debo sopan.
"Duduk dulu" suruh Gabriel, Debo langsung duduk di kursi yang ada di depan Gabriel dan meja panjang sebagai batas jarak antara mereka berdua.
"Saya butuh asisten secepatnya kalau bisa besok. Kamu tahu sendiri kan kalau asisten saya yang lama itu resain?" Debo mengangguk mendengar pertanyaan bosnya itu.
"Kalau bapak mau kakak sepupu saya mungkin bisa jadi asisten bapak" ucap Debo.
"Boleh juga, memang apa pengalaman kakak sepupu mu itu?" tanya Gabriel.
"Yang jelas kakak sepupu saya sangat berpengalaman pak, untuk lebih jelasnya lebih baik bapak tanya sendiri saja besok. Besok pagi saya akan datang bersama kakak sepupu saya" ucap Debo.
"Baik, saya tunggu besok pagi. Oh iya hubungan mu dengan adik saya baik-baik saja kan?" tanya Gabriel.
Shilla dan Debo memang sepasang kekasih, dan itu bukan rahasia lagi semua sudah mengetahuinya, bahkan seluruh karyawan di kantor sudah tahu itu.
"Baik pak, hubungan kami berdua selalu baik" jawab Debo.
"Oke kalau gitu kamu boleh lanjutkan pekerjaan mu" ucap Gabriel. Debo langsung pergi dari ruangan Gabriel setelah memberi salam penghormatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENUNGGU [TAMAT]
AléatoireIfy tidak pernah menyangka akan dijodohkan oleh Ayahnya dengan lelaki yang tidak pernah dikenalnya. Rio lelaki dingin dan kejam yang dinikahkan oleh Ayah Ify hanya karena Ayah Rio dan Ayah Ify bersahabat. Ify dengan segala kesabarannya menghadapi si...