TERBONGKAR

4.8K 143 11
                                        

"Kamu suka sama aku?"

Angel terkejut mendengar penuturan Gabriel yang secara tiba-tiba itu. Bagaimana bisa pemuda yang baru saja sadar itu langsung melontarkan pertanyaan yang membuat jantungnya ingin meloncat keluar, dan satu lagi darimana pemuda itu tahu kalau dirinya mencintai pemuda itu.

"Ngel, aku mau jawaban jujur kamu. Iya atau tidak?" suara serak Gabriel membuat Angel tersadar dari lamunannya.

"I i iya Yel" jawab Angel, kepalanya menunduk tak berani menatap Gabriel dan kedua tangannya meremas satu sama lain.

Gabriel hanya tersenyum tipis mendengar jawaban Angel, setelah itu dia memejamkan kembali matanya.

"Oke, kamu bisa pergi sekarang. Aku mau tidur lagi" ucap Gabriel dengan mata terpejam.

Angel melongo mendengar ucapan Gabriel, hanya itu? Apa pemuda itu tidak peka atau memang dirinya sekarang sedang dipermainkan? Sebenarnya pemuda jenis apa yang sedang dihadapinya ini?

Dengan perasaan jengkel Angel keluar dari ruang rawat Gabriel, sementara itu Gabriel membuka matanya perlahan dan tersenyum geli melihat tingkah Angel barusan.

"Maaf Ngel, tapi aku harus buktiin kamu beneran suka sama aku atau enggak" ucap Gabriel kemudian ia kembali memejamkan matanya.

*****

"Issshhh... Sebel... Dasar cowok! Semuanya sama aja, nggak peka sama perasaan cewek. Buat apa tadi dia tanya soal perasan kalau cuman dibalas oke kamu bisa pergi sekarang, aku mau tidur  kan kamvret itu namanya" omel Angel, bahkan dia tidak sadar jika sedari tadi Shilla dan Debo sedang menertawakan dirinya dari belakang.

"Hahahahahahahah"

Angel menoleh ke belakang dan mendapati Shilla tersenyum geli dan Debo tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya.

"Ih, kok kalian ketawa sih? Seneng banget kayaknya liat orang susah. Oh iya Shil, bilang tuh sama abang kamu yang sok ke cakepan, bilang sama dia jangan suka mainin perasaan cewek" setelah itu Angel pergi.

"Habis diapain dia sama bang Iyel?" tanya Debo.

Shilla mengangkat kedua bahunya setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Gabriel diikuti oleh Debo.

*****

Kamar rawat Gabriel

Shilla meletakkan obat-obatan Gabriel yang baru dibelinya dari apotek sebelah bersama Debo. Debo hanya mengantar Shilla sampai depan pintu saja kemudian dia pulang kerumah karena besok dia harus pergi bekerja.

"Abang, Abang apain sih sekertaris abang itu?" tanya Shilla sesaat setelah dia menarik kursi lipat disebelah ranjang kiri Gabriel dan mendudukinya.
"Maksud kamu Angel? Abang nggak apa-apain kok. Emang kenapa?" Gabriel kembali bertanya kepada Shilla.

"Tadi itu aku sama Debo ngelihat kak Angel ngomel-ngomel dia bilang dasar cowok! Semuanya sama aja, nggak peka sama perasaan cewek. Buat apa tadi dia tanya soal perasan kalau cuman dibalas oke kamu bisa pergi sekarang, aku mau tidur . Gitu kak" ucap Shilla.

"Tadikan bang Iyel...." Gabriel menceritakan kejadian amtara dirinya dan Angel 15 menit yang lalu.

"Pantesan kak Angel marah bang Iyel aja kayak gitu" ucap Shilla setelah mendengar cerita Gabriel.

"Kayak gitu? Maksudnya apa ya Shil? Abang nggak paham" tanya Gabriel.

"Dasar cowok! Nggak peka! Pikir sendiri aja deh, Shilla mau pulang capek tahu nungguin abang di rumah sakit terus. Nggak capek apa sakit? Tuh obatnya udah Shilla tebus. Diminum, biar cepet pulang. Kak Rio aja udah pulang...."

"Lah? Rio udah dibolehin pulang?" potong Gabriel.

"Udah, dia udah pulang aku tadi ketemu om Athana di bawah" jawab Shilla.

"Udah ya Shilla pamit dulu. Bye bang Iyel. Yang peka ya jadi cowok" setelah itu Shilla langsung pergi.

"Peka? Peka apaan sih?" pikir Gabriel.

***

Rio sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan satu syarat setiap dua minggu sekali harus melaukan control. Ify mendorong kursi roda Rio menuju kamar dan membaringkan suaminya diatas kasur king size tersebut kemudian menyelimuti setengah badan Rio.

"Istirahat yang cukup biar cepet sembuh" ucap Ify yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Rio karena dia belum sanggup untuk bicara.

"Ya udah aku ke bawah dulu ya nemuin papa" lagi-lagi Rio hanya mengangguk.

Sementara itu di ruang tamu papa Rio tengah berbincang-bincang dengan papa Ify karena sudah sangat lama mereka tidak bertemu.

"Pak, ada hal penting yang harus saya bicarakan" obrolan mereka yang tadinya santai berubah menjadi serius.

"Hal penting apa itu pak?" tanya papa Ify penasaran.

"Sebenarnya, dulu Rio pernah menggugat cerai Ify dan menikah dengan pacarnya yang bernama Agni. Tapi pernikahan mereka tidak bertahan lama karena Agni hanya memanfaatkan Rio...." belum selesai papa Rio menjelaskan papa Ify sudah memotongnya.

"Apa? Masalah sebesar ini anda hanya diam saja? Kenapa anda tidak menghubungi saya? Kenapa saya sampai tidak tahu tentang ini" marah papa Ify.

"Tenang pak tenang. Setelah kejadian itu Rio menyadari kesalahannya dan kembali rujuk bersama Ify..."

"Dan anda menyetujuinya" lagi, papa Ify memotong pembicaraan papa Rio.

"Iya pak" ucap papa Rio.

"Sa..."

"Papa" ucap Ify kemudian memeluk papanya, maklum Ify begitu merindukan papanya.

"Ify! Papa mau tanya sama kamu dan kamu harus jawab dengan jujur" ucap papa Ify, Ify hanya mengaggung raut wajahnya terlihat bingung.

"Apa benar kamu pernah digugat cerai oleh Rio dan dia menikah lagi dengan gadis lain?" mendengar pertanyaan papanya membuat Ify terkejut.

"Jawab Ify!" gertak papa Ify.

"Iii ii iya" jawab Ify terbata-bata.

"Ceraikan Rio" ucap papa Ify yang langsung saja membuat papa Rio dan Ify terkejut.

"Tapi Pa..."

"Pak, masalah ini kan sudah lama. Apa nggak sebaiknya anda memaafkab kesalahan anak saya Rio" ucap papa Rio.

"Tidak!! Kesalahan Rio terlalu sulit untuk saya maafkan. Orang tua mana yang rela anak gadisnya disakiti oleh seorang pria? Terlebih suaminya sendiri" papa Ify tetap kekeuh dengan keputusannya.

"Kalau emang ini yang papa mau Ify bersedia menceraikan kak Rio, tapi Ify minta satu syarat dari papa" kata Ify.

"Apa itu?" tanya papa Ify.

"Izinin Ify ngerawat kak Rio sampai sembuh" pinta Ify.

"Oke, papa kasih waktu kamu sebulan untuk merawat Rio. Setelah itu kamu harus ceraikan Rio dan tidak ada alasan untuk menolaknya" tegas papa Ify.

Ify hanya mengangguk lesu. Apa mungkin dia bisa melakukan itu? Sedangkan papa Rio hanya pasrah dengan nasib anaknya nanti.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang