MAWAR MERAH

6.3K 205 27
                                    

Mentari bersinar tidak terlalu terik dengan sisa-sisa air hujan semalam , motor bermerek ninja melaju dengan kencangnya sampai-sampai si pengendara tidak sadar bahwa dia sudah melewati genangan air yang mengakibatkan air itu muncrat ke arah dua orang yang sedang tertidur di bawah pohon.

"Wooy, hati-hati dong kalau bawa sepeda. Bisa nyetir nggak sih" marah seorang pemuda sambil mengelap wajahnya yang terkena air.

Sang pengendara langsung memberhentikan motornya, dia berniat untuk meminta maaf. Tapi sepertinya niatnya itu langsung dia buang jauh-jauh saat dia melihat siapa pemuda yang memarahinya tadi.

"Ngapain kau tidur dibawah pohon, daun pisang jadiin selimut. Belajar jadi gembel?" pemuda yang tak lain adalah Gabriel langsung mengatai pemuda yang tak lain adalah Cakka.

"Bukan belajar kak, tapi memang kenyataanya mereka gembel. Rasain! Kalian! Ternyata hukum karma masih berlaku" ternyata Gabriel tidak sendiri dia bersama Shilla. Mereka berdua dalam perjalanan pulang dari gramedia.

"Gabriel, kau memang tak punya hati ya! Sahabat mu sedang kesusahan dan kau malah mencaci ku" marah Cakka.

"Halo? selamat siang saudara Cakka yang tidak terhormat. Tak punya hati kau bilang? Punya cermin tidak dirumah? Ouuppss maaf, sekarang status mu kan gembel. Hahahaha, bercermin dulu lah, kau dulu seperti apa? Bahkan kau tega menghianati Rio yang notabenya sahabat mu sendiri. Oke, aku tak punya banyak waktu untuk berbincang dengan orang yang tidak se level dengan ku. Good bye pecundang,oh ya satu lagi. Sahabat? Ralat mungkin maksud mu mantan sahabat" Gabriel kembali melajukan motornya dengan cepat dan lagi-lagi Cakka dan Agni tersiram air hujan.

Kini Cakka merasakan apa yang dirasakan Rio dulu, dicampakkan, bahkan di buang oleh sahabat sendiri. Cakka merasakan hukum karmanya sekarang, dan dia menyesal. Tapi apa penyesalannya itu bisa mengembalikan semuanya seperti dulu? Tidak.

Agni juga bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh suaminya itu. Tidak diakui sebagai seorang sahabat. Haaahhh.... Bahkan Agni sendiri tak memiliki sahabat, jangankan sahabat. Satu teman saja dia tidak ada.

***

Rio merasa sangat bahagia karena perusahaan Gabriel mengadakan pertemuan dengan client yang ada di London dua minggu lagi. Otomatis dirinya juga ikut kesana mengingat jabatannya sebagai directur utama. Rio bahagia bukan karena pertemuan dengan clientnya, melainkan Ify. Dia jadi mudah mencari Ify disana nantinya. Semoga saja mereka di pertemukan. Ah, dia jadi tidak sabar menunggu waktu itu tiba.

"Permisi pak" lamunan Rio buyar saat salah satu pegawainya memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ah iya-iya, ada apa?" tanya Rio

"Saya hanya ingin memberikan ini saja. Kata pak Gabriel berkas ini harus di bawah ke London nanti. Saya permisi pak" ucap pegawai tersebut kemudian keluar dari ruangan Rio.

Rio membuka map berwarna hijau tua itu sebentar kemudian menutupnya lagi dan membereskan beberapa map diatas meja. Kemudian Rio keluar ruangan untuk makan siang, karena ini sudah jamnya istirahat kantor.

***

Sore ini penampilan Ify sedikit berbeda kali ini, jika biasanya dirinya selalu tampil dengan rambut yabg terurai. Kini rambut panjangnya itu dia kuncir dua, membuatnya semakin terlihat seperti anak-anak. Hari yang cerah ini harus diawali dengan senyuman, entah mengapa sedari tadi Ify terus saja tersenyum pada mahasiswa/mahasiswi yang di lewatinya. Ify hanya mengendikkan bahunya acuh.

Ify memasuki ruang fakultasnya dengan gembira, bahkan langkah kakinya sedikit meloncat-loncat membuat rambut kelincinya itu seperti mengikuti irama langkah Ify.

"Hello everybody?" sapa Ify kepada seluruh teman fakultasnya.

"Hello Ify" jawab mereka semua.

"Apaan nih? Mawar merah? Ada yang tahu nggak bunga ini dari siapa?" tanya Ify kepada teman fakultasnya. Semuanya menggeleng tanda tidak tahu.

"Eh Fy, ada suratnya tuh" Acha menunjuk kertas kecil yang terselip di dalam bunga mawar merah tersebut.

'Hai my little angel'

               R.P

Hey siapa yang mengirim ini? Siapa itu R.P. Ify menunjukkan tulisan itu pada Acha, dan Acha mengangkat bahunya pertanda dia sendiri tak tahu siapa pengirim bunga beserta surat ini.

Sementara itu diluar sana seorang mahasiswa mengintip masuk ke arah bangku Ify. Pemuda berkulit kuning langsat, tidak terlalu tinggi , dan hidung yang sedang, serta bola mata berwarna coklat muda tersenyum simpul ke arah Ify, tapi sayang gadis itu tidak yang menyadarinya. Pemuda itu kembali berjalan menuju fakultasnya sambil tersenyum senang.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang