BENCI

10.5K 407 3
                                    

Rio baru saja pulang dari kantor, dia mendudukkan dirinya di sofa. Ify yang baru selesai membuat kopi langsung menyuguhkan kopi itu ke Rio. Rio langsung meminum kopi panas itu, Ify belum sempat mencegahnya.

"Cihh, panas apa kau mau membakar lidah ku? Sepertinya kau sangat senang melihat ku tersiksa." Rio menyemburkan kopi panasnya.

"Maaf, lagi pula itu baru saja ku buat dan kau seharusnya tahu jika kopi itu panas." Ucap Ify.

Rio berdiri sambil memegang secangkir kopi panas ditangannya, melangkah mendekati Ify dan secara tak diduga menuangkan kopi panas itu ke Ify.

"Sekarang, kita impas bukan." Setelahnya Rio pergi meninggalkan Ify yang menahan rasa sakit karena kopi panas tersebut.

Ify hanya mampu menangis, apalagi yang bisa dilakukan olehnya selain menangis? Tidak ada.

***

Mobil BMW masuk kedalam pekarangan rumah, tak lama keluar dua insan berlawan jenis keduanya langsung memasuki rumah dan disambut oleh sang pemilik.

"Eh Cakka, sudah pulang sayang." Ucap Mama Cakka

"Udah ma, nih Cakka juga nggak sendiri Cakka sama Agni" ucap Cakka

Gadis yang sedari tadi bersama Cakka adalah Agni yang dulu pernah menjadi salah satu koki di restaurant Cakka.

"Malam tante." Sapa Agni, Mama Cakka tersenyum.

"Malam calon mantu" Ucapan mama Cakka berhasil membuat pipi Agni memerah.

"Iisshh mama apaan sih, sapa juga yang mau punya istri kayak gini" ucap Cakka sambil melirik Agni.

"Emangnya kenapa Kka, kan Agni cantik, manis, pinter masak lagi. Calon istri yang perfect bukan?" Ucap mama Cakka.

"Cantik dari mananya jelek sih iya" Gerutu Cakka.

"Apa kau bilang hah? Iri sama kecantikan ku" Agni menatap Cakka tajam.

Tak menjawab Cakka hanya berdecak mendengar perkataan Agni.

"Udah udah nggak usah bertengkar." Lerai mama Cakka.

"Agni kamu ikut tante ke dapur untuk menyiapkan makan malam" Agni mengikuti Mama Cakka ke arah dapur.

***

Gabriel terlihat tengah sibuk dengan berkas-berkas yang ada dalam genggamannya melihat kertas-kertas itu membuatnya jenuh, belum lagi besok dia harus pergi ke laboratorium untuk melakukan uji klinis atas produk baru keluarannya.

Tok tok tok...

"Masuk." Ucap Gabriel saat mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Cklek

Pintu itu terbuka terlihat seorang gadis cantik sedang membawa nampan berisi kopi dan cemilan untuk kakaknya.

"Kak ini kopi sama cemilannya, dimakan ya kak." Ucap Shilla yang tak lain adalah adik Gabriel.

"Taruh saja diatas meja" Ucap Gabriel tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Shilla meletakkan beberapa cemilan di atas meja, tapi saat Shilla ingin meletakkan secangkir kopi diatas meja tiba-tiba tangannya kehilangan keseimbangan sehingga kopi itu menumpahi dokumen penting Gabriel.

"Ashilla!! Lihat apa yang kau lakukan" Marah Gabriel saat melihat dokumen penting yang dibuat susah payah rusak hanya dalam waktu kurang dari semenit.

"Mmm ma maaf kak" ucap Shilla sambil menundukkan kepalanya, saat ini ia takut menatap mata tajam kakaknya.

"Maaf kau bilang? Apa maaf mu itu bisa membuat dokumen ku kembali seperti semula?" ucap Gabriel

Shilla tak menjawab perkataan Gabriel, ia malah menundukkan wajahnya semakin dalam.

"Jawab Ashilla!!" Bentak Gabriel.

"Sudah sana pergi" Suruh Gabriel.

Shilla melangkah keluar, tapi tiba-tiba dia menyenggol bingkai yang terletak diatas meja.

Pyaarr

Bingkai foto itu terjatuh dan kacanya pecah. Gabriel yang masih marah bertambah marah lagi.

"Ashilla! Kau ini memang ceroboh. Lihat bingkai ku pecah karena mu." Bentak Gabriel

"Maaf kak" lagi-lagi hanya kata maaf yang bisa dilontarkan Shilla.

"Tck, maaf maaf. Hanya itu yang kau tahu. Apa tak ada kata lain selain kata maaf" Kesal Gabriel.

"Kau tahu, itu satu-satunya kenangan ku bersama Zeva yang ku punya dan kau tanpa otak telah merusaknya" Imbuh Gabriel.

Dulu saat Gabriel dan Zeva masih berstatus pacaran. Gabriel adalah lelaki yang baik bahkan sangat baik. Ia sangat menyayangi adik kandungnya, Shilla. Tapi itu dulu sebelum Zeva meninggal karena tertabrak mobil. Dan kejadian itu tepat sehari sebelum acara pertunangan mereka berdua.

Shilla berjongkok, ia memunguti pecahan bingkai.

"Sudah tidak usah, biarkan saja" Ucap Gabriel.

"Aku akan membersihkannya" Shilla tetap memunguti pecahan kaca itu.

"Apa kau tidak mendengar ku? Ku bilang tidak usah ya tidak usah!" Bentak Gabriel bahkan ia juga menggebrak mejanya.

"Sekarang kau keluar dari ruangan ku dan jangan pernah masuk kedalam lagi Shilla. Kau tahu menurut ku kau adalah adik yg tidak berguna. Oh iya satu yang harus kau tanam kan dalam otak mu aku membenci mu. Sekarang cepat kau keluar!" Marah Gabriel.

Shilla menangis, gadis itu langsung pergi dengan isakan mengalami hal seperti ini sudah biasa dalam hidupnya. Kakaknya yang selalu marah dan dirinya yang selalu menjadi tempat pelampiasan kemarahan sang kakak, dipukul, ditendang, disiksa semua sudah di alami oleh Shilla.

MENUNGGU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang