Habis shalat ashar aku datang ke rumah sakit bersama Andi.
“Gimana perkembangan keadaan Nurul, buk?” Tanyaku kepada ibunya Nurul begitu kami sampai ke dalam kamar tempat Nurul di rawat.
“Dia masih belum sadar juga. Tapi kata dokter keadaan fisiknya sudah lebih membaik!” Al hamdulillah, ucapku dalam hati. Aku melihat harapan Nurul sembuh semakin besar.
Kemudian aku mempersilakan ibunya Nurul intuk istirahat. Mungkin dia dari pagi belum istirahat karena terus menemani anak semata wayangnya, Nurul. Setelah mengucapkan banyak terima kasih kepadaku, ibunya Nurul pergi ke luar kamar. Sekarang hanya tinggal kami bertiga di ruangan ini. aku, Andi dan Nurul.
Ditemani Andi yang duduk disampingku aku mulai menruqyah Nurul. Aku membacakan ayat-ayat al Quran dan doa-doa pilihan yang terdapat dalam hadis Nabi yang telah ku hafal dari buku ruqyah. Aku mengharap dengan mukjizat yang terkandung dalam ayat al Quran keadaan Nurul semakin baik. Al Quran merupaka syifaa (obat) bagi penyakit rohani maupun jasmani, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama. Aku terus membacakan ayat-ayat al Quran dan doa-doa pilihan di samping kepala Nurul.
Baru 20 menit aku meruqyah Nurul, aku terpaksa berhenti.
“Zul, lihat Nurul mengeluarkan air mata. Apa yang menyebabkan dia menangis?” Tanya Andi yang berada di sebelahku. Kami melihat ada iar bening yang keluar dari matanya. Aku tidak tahu kenapa Nurul menangis. Ku hentikan bacaan Al Quranku.
“Nurul! Kamu sudah sadar? Kenapa kamu menangis? Apa yang kamu rasakan, tolong katakan kepada kami!” Tanyaku sangat khawatir. Aku khawatir kenapa dia malah menangis ketika dia sudah sadar. Apa yang sebenarnya dia rasakan.
Aku perhatikan mulutnya mulai bergerak. Sepertinya dia ingin mengucapkan sesuatu. Tapi hanya mulutnya saja yang bergerak. Aku tidak bisa mendengar suaranya.
“Z Zulkiff lii!” kini suaranya sudah mulai bisa kami dengar. Dia hanya memanggil namaku.
“Ya ini aku Zulkifli. Apa yang kamu rasakan Nurul?”
“Aku merasa sangat sedih..” lanjutnya. Air matanya semakin deras mengalir.
“Kenapa kamu sedih. Apa yang kamu rasakan?”
“Tadi pagi aku tiba-tiba seperti terbangun dan mendengar suara orang yang memanggilku. Ternyata itu suara kamu, Zul. Tapi aku tidak bisa menjawab panggilanmu. Aku merasa berada dalam keadaan sangat gelap. Aku bahkan tidak bisa hanya sekedar untuk membuka mataku. Aku mencoba untuk bangun, namun kurasa tubuhku sangat lemah. Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Aku benar-benar merasa ketakutan. Aku sangat takut mati. Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi. Aku hanya ingin melihat kamu ketika bergabung bersama timnas Indonesia. Aku sangat senang ketika cita-cita besarmu itu dapat terwujud. Aku menangis karena khawatir tidak bisa berjumpa denganmu lagi…” Ucap Nurul menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sekarang air matanya sudah berhenti keluar. Dia malah tersenyum sekarang.
Ku lihat kearah Andi. Dia hanya terbengong mendengar ucapan Nurul. Aku memang belum mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara diriku dengan Nurul. Aku belum mengatakan kepada Andi bahwa ternyata Nurul sangat mencintaiku. Lebih dari yang Andi perkirakan selama ini.
“Nurul, sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu sekarang. Aku benar-benar minta maaf sudah memaki-maki dan mencelamu waktu itu. Aku tidak tahu bahwa kamulah yang mengupload video itu di youtube. Dan aku sekarang malah sangat berterima kasih kepadamu. Berkat video di youtube itu sekarang aku akan segera bermain untuk timnas Indonesia. Dan aku juga sangat berterima kasih atas usahamu meyakinkan utusan timnas itu agar mereka membujuk ibuku untuk memberikan izin kepadaku, agar bisa bermain bola lagi. Aku juga minta maaf jika selama ini aku telah banyak menyakiti hatimu!” Dengan perasaan malu aku menyampaikan apa yang selama ini sangat ingin kusampaikan pada Nurul.
“Haha… o ternyata kamu Nurul si uploader misterius itu!” Andi ketawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Waktu itu kami memang sangat penasaran siapa sebenarnya yang menuggah videoku di youtube. Tidak ada seorangpun yang menyangka Nurul yang melakukannya.
“O, tentang itu? gak apa-apa kok. Yang penting kamu sekarang sudah menerima ajakan untuk bergabung dengan timnas. Aku sudah tidak sabar melihatmu bermain bersama Garuda Muda lainnya. Eh, jadi kapan kamu akan berangkat ke Jakarta?” Tanya Nurul kepadaku.
“Mungkin minggu depan. Pokoknya setelah dapat ijazah aku akan secepatnya pergi ke Jakarta!” Jawabku. Mendengar kata ijazah kulihat Nurul langsung lemas. Ada rawut kesedihan di wajahya sambil matanya melihat kearah langit-langit kamar. Setelah sadar tadi ternyata Nurul seperti lupa dengan hasil ujian kemaren. Sekarang aku telah mengingatkannya kembali.
“Nurul, selama ini aku mengenalmu sebagai orang yang kuat dan teguh. Aku tidak percaya kamu sekarang begitu lemah. Hasil UN itu bukan segalanya. Seandainya bisa, aku ingin ijazahku menjadi milikmu saja. Kamu lebih membutuhkannya dari pada aku. Tapi itu tidak mungkin. Jadi aku berharap kamu menjadi Nurul yang dulu saya kenal. Kamu harus kuat dan menerima kenyataan. Kamu masih bisa ikut paket C dan aku tahu kamu cukup pintar sehingga tidak sulit bagimu untuk masuk perguruan tinggi nantinya!” Aku berusaha memberinya semangat.
“Aku tidak apa-apa kok. Kemaren aku hanya terkejut saja melihat hasil UN. Aku merasa sangat malu pada semua orang. Bagaimana mungkin seorang yang selalu juara kelas malah tidak lulus UN. Sementara anak yang lain lulus semua. Aku tidak bisa mengendalikan diriku waktu itu, sehingga aku jatuh pingsan. Tapi sekarang aku sudah kuat dan menerima kenyataan ini. Dan aku sangat senang melihat kawanku akan segera sukses dan semoga kamu menjadi pemain hebat, Zul!” Jawab Nurul sambil berusaha untuk tetap tersenyum. Aku berharap semoga Nurul bisa menerima kenyataan ini.
“Terakhir, aku punya satu pertanyaan untukmu, Nurul” Aku tak sanggup lagi menahannya, pertanyaan ini semakin menyiksaku. “Kenapa kau… melakukan ini padaku, Nurul?” Nurul tidak menjawab, wajahnya kembali berubah sendu. Dia paham betul makna pertanyaanku. “Kenapa kau melakukan semua hal gila ini? Mengapa?”
“Maafkan aku, Zul…” Hanya itu jawaban Nurul, wajahnya kini menunduk ke lantai.
“Sudah-sudah, kamu jangan banyak bertanya seperti itu, Zul. Kasian Nurul.” Kata Andi sambil menarik diriku menjauh. “Nurul kamu jangan terlalu banyak bicara dulu. Tubuh kamu masih lemas, nanti kamu malah bisa pingsan lagi. Sekarang kamu jangan pikir macam-macam dulu, kamu harus banyak istirahat. Sebentar ya, saya akan panggilkan ibumu dan dokter ke sini. Mereka harus tahu kalau kamu sudah sadar sekarang!” kata Andi lagi sambil mengajakku keluar dari kamar untuk memanggil dokter.
Ibunya Nurul tiada henti-hentinya mengucapkan hamdalah begitu kusampaikan Nurul sudah sadar. Dengan tergesa-gesa ia langsung berlari ke ruang Nurul. Aku dan dokter Imam mengikutinya dari belakang dengan cepat. Sesampai di kamar aku melihat ibunya Nurul tengah memeluk erat tubuh anak satu-satunya dan mencium kening nurul berkali-kali dengan penuh kasing sayang.
“Al hamdulillah kamu sudah sadar nak! Kamu harus kuat nak, dan segera cepat sembuh ya, nak!” Ucap ibu Nurul dengan terharu melihat anaknya sudah sadar.
“Jangan khawatir bu, sekarang Nurul merasa sudah lebih baik dan akan segera sembuh, kita akan bersama lagi di rumah!” jawab Nurul sambil tersenyum pada ibunya.Setelah dokter Imam memeriksa keadaan nurul, dokter isa menoleh ke Narah kami,
“Keadaannya sekarang sudah sangat baik. Ini seperti sebuah keajaiban! Keadaan fisiknya sudah lebih kuat dari pada sebelumnya. Dia hanya butuh istirahat sekitar satu atau dua hari. Kemudian insya Allah Nurul sudah boleh pulang”
“Al hamdulillah” Ucap kami serentak bersama Andi.
“Saya lihat Nurul sekarang sangat bahagia dan optimis. Ini akan semakin mempercepat kesembuhannya!” kata dokter Imam yang melihat Nurul sekarang sudah bisa tersenyum.
Setelah itu aku dan Andi berpamitan sama Nurul dan ibunya. Ibunya tiada henti-henti mengucapkan terima kasih kepadaku yang telah menolong Nurul. Aku hanya bisa bersyukur atas semua pertolongan Allah ini. Aku sangat Senang bisa melihatnya kembali tersenyum. Dan mulai sekarang aku tidak akan membiarkan Nurul melakukan hal-hal tak masuk akal lagi demi diriku.
******

KAMU SEDANG MEMBACA
The True (Sudah Terbit)
RandomKawan, izinkanlah kupinjam penglihatan kalian sejenak untuk membaca novel sederhana ini... Ini tentang cita-cita besar seorang remaja.... Tentang cinta rumit nan unik... Tentang kerja keras dan tekad baja.... Tentang kisah para pendekar ilmu.... Ten...