Cerdas Cermat

33 2 0
                                    

Hari-hari seakan begitu cepat berlalu, jarum jam kian cepat berputar di lingkarannya. Kelender sudah berganti, hari ini telah memasuki tanggal 1 Januari.

Seperti biasa, jam istirahat aku lebih senang berada di pustaka sekolah. Sebelum sampai pintu pustaka langkah ku terhenti, ada sebuah brosur yang baru di tempel di papan pengumuman sekolah. "Cerdas cermat peradaban Islam". Demikian judul yang tertulis di brosur tersebut. Aku mendekati papan pengumuman, berusaha membaca keterangan dibawahnya. Lomba tersebut diadakan khusus untuk anak SMU se Banda Aceh. Tujuannya agar generasi muslim semakin peduli dan tidak melupakan sejarah dan peradabannya sendiri. Demikian keterangan panitia pelaksana. Hadiah untuk juara 1 uang tunai lima juta rupiah, empat juta untuk juara 2 dan tiga juta untuk juara 3. Wah, sangat menggiurkan! Tiap sekolah hanya boleh mewakilkan 3 tiga siswanya untuk satu grup. Hanya mimpi, aku sudah pasti tidak bisa ikut. Dari dulu setiap ada perlombaan cerdas cermat antar sekolah selalu yang di ambil anak-anak dari kelas IPA. Tanpa kompromi. Kami anak IPS bisa apa, mungkin benar anggapan mereka IPS tempat berkumpulnya siswa-siswa ber IQ rendah dan bengal. Biarkan anak-anak IPA saja yang ikut, aku hanya berharap Ayu dkk kali ini berhasil mendapat juara 1. Selama ini kami selalu kalah bersaing dengan sekolah lain. Terakhir kali aku masih ingat sekolah kami hanya berhasil menyabet juara ke tiga di kompetisi adu kecerdasan ini. Semenjak Ayu ikut bergabung dalam tim cerdas cermat, reputasi sekolah kami mulai sedikit naik.

Selama ini hanya sepak bola yang berjasa mengharumkan nama MAN 3 ini. Berkali-kali kami mengoleksi piala juara 1. Dan semester ini kami hanya bisa finis di juara 2. Dan kamilah anak-anak IPS yang berdiri di garda terdepan dalam masalah sepak bola. Tapi sepak bola bukan ajang paling bergengsi bagi sekolah. Hanya ada satu lomba yang paling membanggakan sekolah dan membuat sekolah yang berhasil memenanginya dihargai dan dihormati. Ajang tersebut tidak lain adalah lomba cerdas cermat. Dan kami anak-anak IPS tidak bisa berkontribusi di ajang ini. Tak kan pernah.

Aku meneruskan langkah ke pustaka. Aku masih ada janji dengan Dr. Aidh Al Qarny, beberapa bab terakhir dari buku beliau yang berjudul Demi Masa harus ke selesaikan hari ini. Aku masih penasaran dengan pengalaman dan ide-ide cemerlang beliau dalam buku luar biasa ini. Bagiku, buku ini lebih hebat dari pada La Tahzan, karya Aidh Al Qarny yang paling fenomenal itu. Jika Imam Ibnul Jauzi punya kitab Shaydul khatir yang paling fenomenal, maka aku rasa buku Demi Masa tersebut adalah Shaydul Khatirnya Aidh Al Qarny. Bahkan sistem penulisan pun sama. Sepertinya Aidh Al Qarni sengaja mengikuti metode penulisan Ibnul Jauzi dalam beberapa bukunya.

Belum sempat aku membuka buku tersebut, aku menangkap sebuah suara pelan di belakangku.

"Zulkifli, bisa kita bicara sebentar?" Aku menoleh, Ayu Az Zahra dengan sebuah senyum sederhana tepat di belakangku. Aku membalas dengan senyum ringan. Ak berharap Ayu sudah melupakan semua tentang surat itu.

"Oh, Ayu, silakan! Ada yang bisa kubantu?" Aku mempersilakan Ayu duduk di kursi di depan mejaku.

"Begini Zul, kamu sudah baca brosur itu di papan pengumuman kan?”

"Ya, aku sudah lihat tadi, itu lomba yang sangat keren!" Jawabku. Sepertinya Ayu benar-benar sudah bisa menerima kenyataan itu. Wajahnya terlihat sangat tenang, seolah-olah dia tidak pernah mengirim surat cinta itu kepadaku.

"Justru itu, kita harus bisa juara kali ini. Jadi begini, tadi bapak kepala sekolah memanggil saya dan mengatakan acara lomba tersebut diserahkan kepada saya untuk mencari teman-teman yang pandai dan menguasai masalah sejarah dan peradaban Islam. Dan kamu tahu sendiri Zul, hanya kamu yang ahli dalam bidang ini. Di lomba menulis waktu itu dengan tema yang sama kamu telah berhasil menjadi juara 1. Jadi saya serahkan masalah ini kepadamu dan tolong carikan dua orang lagi, ok, zul?" Aku masih bingung, bagaimana bisa Ayu mempercayakan masalah ini kepadaku.

The True (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang