The True

63 2 0
                                    

Esok paginya, aku terlambat sampai di sekolah. Padahal aku telah berusaha secepat mungkin melaju dengan motorku ke sekolah. Tapi tetap saja terlambat. Pintu gerbang sekolah sepertinya baru saja ditutup. Ku lihat jam tanganku, pukul 7:35. Aku cuma telat 5 menit. Aku berharap guru yang bertugas menjaga pintu pagi ini dapat mentolelirnya.

"Walau lima menit yang namanya terlambat ya tetap terlambat!" Pak Wardi bersikeras, tidak harapan kalau beliau yang menjaga pintu sekolah. Kudengar beliau adalah guru paling disiplin di sekolah MAM 3 ini.

"Tapi pak..." kata-kataku terhenti oleh kedatangan seorang siswi yang juga terlambat, berhenti dengan motornya tepat di belakangku. Ternyata aku tidak sendirian.

"Kamu? kenapa bisa terlambat hari ini?" Tanya pak Wardi pada siswi tersebut. Wajah garang pak Wardi seketika hilang berhadapan dengan siswi yang satu ini.

"Maaf pak, motor saya mogok tadi. Tolong izinkan saya masuk, pak..." Siswi tersebut memohon dengan wajah memelas.

"Ya udah, kalian berdua bapak izinkan masuk. Besok jangan kalian ulangi lagi!"

"Ya pak, makasih pak...." Jawabku begitu cepat, yang membuat siswi tadi tidak sempat menjawab, mulutnya hanya terbuka tapi tak sempat keluar kata-kata. Dia hanya tersenyum melihat sikapku.

Aku berlalu cepat-cepat tanpa menoleh lagi ke pak Wardi dan siswi itu. Sejurus kemudian aku telah memarkirkan motor ku dengan anggun di tempat parkiran sekolah.

Untung siswi tadi juga telat-selalu saja ada celah bagi guru untuk memaafkan siswi cantik dan pandai dari hukuman-kalau tidak, aku mungkin tidak dikasih masuk tadi. Atau aku harus push up dulu 30 kali baru boleh masuk.

Siswi itu bernama Ayu Az Zahra. Kami biasa memanggilnya Ayu. Gadis berkulit putih bersih dengan tinggi yang sempurna. Dan sudah pasti dia memiliki paras yang cantik. wajahnya sudah cukup untuk membuat bola mata orang yang melihatnya membesar, karena kecantikannnya. Demikian kalau memakai teori pedagang. Setiap pedagang yang cerdas pasti tau barang mana yang anda sukai. jika anda melihat suatu barang dengan mata membesar, berarti anda menginginkan barang tersebut. Demikian juga dengan Ayu, setiap dia datang pasti mata laki-laki akan berpaling ke arahnya. Dialah bunga di sekolah ini. Dialah bintang paling bersinar di Man 3 ini. Semenjak sekolah di sini, aku selalu melihat dia juara umum. Dia sangat pandai dalam bidang pelajaran eksak seperti matematika, fisika, dan kimia. Aku menyaksikan sendiri kehebatannya itu ketika acara cerdas cermat semester yang lalu. Dia begitu cepat menjawab sementara siswa yang lain masih mencoret kertas.

Jika Ayu pandai dalam bidang pelajaran eksak, aku justru sebaliknya. Pelajaran matematika dan kawan-kawannya seperti fisika dan kimia adalah pelajaran yang paling aku benci. Bukan apa-apa, tapi karena aku begitu susah memahaminya. Melihat angka-angka itu bagiku seperti memecahkan misteri peta harta karun yang terlukis di dinding gua penuh misteri. Akhirnya aku menyerah, dan menganggap mungkin saja bakat ku tidak berpihak pada ilmu menghitung tersebut. Makanya ketika naik kelas dua aku tanpa ragu memutuskan untuk mengambil jurusan IPS ketimbang IPA. Itu karena aku tidak ingin berjumpa lagi dengan pelajaran tersebut. Aku sebenarnya memang lebih suka dengan pelajaran seperti sejarah, kewarganegaraan, sosiologi dan pelajaran-pelajaran lain yang khas jurusan IPS. Di sisi lain aku juga sangat gemar dengan buku tentang pemikiran dan peradaban Islam, begitu juga dengan buku-buku agama. Meski buku-buku tersebut tidak ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah, tapi sebagian besar waktuku lebih banyak tersita olehnya. Adapun pelajaran sekolah aku hanya mempelajari bagian yang penting saja.

The True (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang