Pertemuan Kembali

3.7K 284 0
                                    

Semua mata memandang tak berkedip ke arah pelaminan. Bukan sang pengantin yang membuat mata-mata itu tercengang. Namun ada sesosok laki-laki yang sejak tadi berdiri di depan pelaminan sambil mengunyah sekaligus mengobrol dengan kerumunannya. Tangannya memegang segelas softdrink berwarna merah. Tawanya menggema sampai ke tempat mereka berdiri.

Awalnya Lily malas sekali datang ke pernikahan ini. Ia bahkan tak mengenal pasangan itu. Ia datang menemani teman baik di kantornya yang memang tinggal di kota ini. Hari itu sebenarnya Lily sudah punya rencana sendiri untuk bersantai di apartemannya sambil menikmati lagu-lagu kesukaannya. Sekedar beristirahat dari rutinitas kerja dan kuliahnya. Namun Nisa, teman kerja yang mengambil gelar Magister juga di kampus yang sama meminta Lily menemaninya ke pernikahan teman sekolahnya.

Lily sama sekali tak menyangka, keputusannya untuk datang ke tempat ini mempertemukannya dengan seorang sahabat lama yang tak pernah dilihatnya lagi sejak lulus SMU. Seorang sahabat yang dulu selalu bersamanya, yang sebelas tahun lalu pernah jadi orang terdekatnya. Yang meskipun seorang playboy, tapi Lily tetap perempuan nomor satu yang diperhatikannya.

"Mbak, lihat laki-laki itu nggak?" tanya Nisa. "Ganteng bangeeettt...." Nisa memanjangkan pujiannya dengan nada seperti anak ABG.

Ya. Nisa memang baru berusia dua puluh tiga tahun, lima tahun lebih muda darinya. Dan kepribadiannya yang periang membuatnya masih kelihatan seperti anak ABG. Kepandaiannya yang di atas rata-rata membuat perusahaan tempat mereka bekerja langsung menyekolahkannya di jenjang magister tepat satu tahun Nisa bekerja, bersamaan dengan Lily yang sudah berada di perusahaan itu selama enam tahun.

"Sumpah Mbak, itu tipe aku banget. Tamu siapa ya? Kalo tamu pengantin perempuan aku pasti tahu. Pasti itu tamu pengantin pria," cerocosnya tanpa menunggu jawaban Lily.

Lily hanya tersenyum melihat antusias Nisa. Hal itu mengingatkannya bahwa ia pun pernah melakukan hal yang sama. Bedanya, saat itu ia masih SMU.

Mengikuti tatapan Nisa, Lily memperhatikan banyak yang berubah dari laki-laki itu. Tubuhnya yang dulu kurus termakan aktivitasnya yang tiada henti, sekarang terlihat berisi di tempat-tempat yang tepat, membuat Nisa semakin terpana menatapnya. Dulu seringnya Lily melihatnya dalam balutan seragam putih abu-abu atau jins dan kaos oblong. Sekarang melihatnya dalam balutan setelan kemeja berwarna hitam dengan dua kancing terbuka seolah menyulapnya dari anak-anak menjadi pria dewasa. Namun satu hal yang tak berubah dari laki-laki itu adalah kerut di sudut matanya saat tertawa, seperti yang sedang dilakukannya saat ini.

Sejak lulus SMU, sudah sepuluh tahun Lily tak melihatnya. Kabar mengatakan laki-laki itu kuliah di luar negeri.

"Dia ke sini mbak, dia ke sini," Nisa memeluk dan menarik-narik lengannya, menyentakkannya dari kenangan masa SMUnya.

"Ya wajar dong Nis, kita berdiri di meja prasmanan," jawab Lily geli.

"Iya sih," Nisa mengakui. "Make up aku berantakan nggak, Mbak? Menor banget nggak? Aku kayak tante-tante ya?" Nisa panik tanpa alasan.

"Nggak, kamu masih kayak anak ABG kok," jawab Lily menahan geli.

"Lho Mbak, dia ke sini sama Mas Bagas," ujar Nisa melihat laki-laki yang berjalan di samping laki-laki itu, yang sejak tadi tertutup tamu lain.

Bagas adalah kakak laki-laki Nisa yang menjemputnya hampir setiap hari. Sepertinya laki-laki itu memang tamu dari pihak pengantin perempuan.

"Jangan-jangan dia seumuran sama Mas Bagas," Nisa bicara sendiri. "Tapi nggak mungkin, kelihatannya masih muda banget kok," lanjutnya menjawab dugaannya sendiri.

"Nggak, dia seumuran sama aku kok," jawab Lily.

Bagas sepuluh tahun lebih tua dari adiknya. Jadi tidak, usianya belum menginjak kepala tiga sesuai dugaan Nisa.

The Second ChanceWhere stories live. Discover now