The Second Chance (2)

1.6K 168 0
                                    


"Assalamu'alaikumwarahmatullah," Lily menghadapkan wajahnya ke arah kanan lalu ke kiri sambil mengucap salam, menutup sholat istikharahnya malam ini.

Lily tidak tidur lagi setelah melaksanakan sholat tahajjud dan sholat taubat, sesuatu yang Insha Allah selalu dilakukannya setiap sepertiga malam, kecuali saat sedang berhalangan. Ia melanjutkannya dengan sholat istikharah untuk menghilangkan kebimbangannya saat ini.

Setelah mengusap wajah, Lily menengadahkan kedua tangannya ke atas, memohon pada Allah Sang Pencipta untuk memberinya petunjuk.

Bukankah Allah satu-satunya Sang Maha Pemberi Petunjuk. Hanya kepadaNya Lily memohon petunjuk atas kegundahan hatinya saat ini. Jawaban atas pertanyaan Juna, laki-laki yang sejak dulu dicintainya.

Lily tahu, ia sebagai manusia tidak boleh mencintai hal lain lebih besar daripada mencintai Allah. Ia juga tak mengharapkan Juna untuk mencintainya lebih besar daripada rasa cinta manusia yang seharusnya kepada Sang Pencipta.

Tapi sebuah pernikahan adalah suatu bentuk ibadah kepadaNya. Ia ingin pernikahannya sakinah, mawadah, dan warahmah. Pernikahan yang bisa memberi keluarga mereka nantinya bekal untuk dibawa menghadap kepadaNya di akhirat nanti. Jika dirinya bukanlah wanita yang diidamkan Juna, Lily takut pernikahannya akan berubah menjadi sumur dosa karena tak ada keikhlasan di antara keduanya.

Ia juga ingin menikah dengan seseorang yang bisa menjadi imam untuknya. Yang bisa lebih mendekatkannya kepada Penciptanya. Dan Juna yang dulu bukanlah seseorang yang dekat dengan Allah. Bahkan mantan istrinya juga ditemui di tengah-tengah pergaulan bebasnya.

Namun saat ini Lily juga bisa melihat Juna sholat lima waktu. Dan ketika sebelum tidur tadi Lily ke dapur karena merasa haus, Lily melewati kamar Juna dan mendengar lantunan ayat suci Al Quran yang dibaca oleh suara yang sudah dikenalnya sejak dulu.

Karena itulah, meski hati kecilnya diam-diam berharap Allah menentukan Juna sebagai jodohnya, saat ini Lily menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta, berharap Allah akan memberinya petunjuk yang terbaik.

"Udah selesai sholatnya, Nak?" tegur seseorang saat Lily baru saja menyelesaikan sholat witir sebagai penutup sholat malamnya.

Lily menoleh dan mendapati ibunya berdiri di ambang pintu.

"Alhamdulillah, udah Bu," jawabnya sambil melipat mukenanya.

"Ibu boleh masuk?"

"Boleh dong, Bu," Lily tertawa pelan. Tangannya meraih bergo panjang di atas kasur dan memakainya, khawatir sewaktu-waktu ada Juna atau adik-adiknya berjalan melewati kamarnya yang terbuka.

Ibu Lily mendekat dan duduk di atas tempat tidur bersamanya. Tangannya mengusap pelan kepala putrinya yang terbungkus hijab. Ia memang sudah menutup pintu kamar putrinya, tapi Lily tak juga membuka kembali hijabnya.

Sejak memutuskan untuk menutup auratnya saat berkuliah semester ketiga, putrinya memang selalu berhati-hati dalam menjaga auratnya agar tetap tertutup. Untuk itu, ia sangat bangga pada putrinya.

Kajian-kajian yang dihadiri putrinya di majelis-majelis ta'lim membuat gadis itu semakin dewasa dan takut dengan adzab Allah. Dalam pekerjaannya yang terkadang menuntutnya untuk melakukan rapat dengan banyak orang, gadis itu bahkan tak mau bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, namun dengan tetap mempertahankan profesionalitasnya dalam bekerja.

Ia juga dengan kukuh mempertahankan prinsipnya untuk tidak melakukan pekerjaan yang melanggar syariat Islam. Alhamdulillah, perusahaan tempatnya bekerja tidak pernah memaksanya melakukan pekerjaan yang tidak ingin dilakukannya.

The Second ChanceWhere stories live. Discover now