Pagi ini cuaca begitu cerah, walau udara yang dingin menusuk hingga ke dasar kulit. Sinar matahari juga masih terlihat setia menyinari jalanan kota.
Tidak seperti biasa, Mikha kini sedang menyantap sarapan paginya dirumah. Biasanya ia akan pergi ke cafe seberang jalan dekat rumahnya.
Mikha mengambil satu buah roti dan mengoleskan keju Belanda di dasar roti. Ia menyantap sarapannya itu dengan santai sambil sesekali meneguk susu hangat yang sudah disiapkan.
'Ting'
Bunyi ponsel Mikha mengalihkan pandangannya membuat ia harus berhenti sejenak menyantap rotinya."Goede morgen" Mikha pun tersenyum melihat pesan yang ia baca.
"Goede morgen" Mikha membalas pesannya itu dengan senyuman di bibirnya.
"Nanti ada waktu kosong?"
"Ada, Why?"
"Aku mau ngabulin keinginan kamu"
"Maksudnya?"
"Nanti kamu juga tau. Kita ketemuan di kampus aku aja, bisa?"
"Oke. Kita ketemuan di sana jam 11, gimana?"
"Oke, jam 11 di kampus aku"
Mikha kembali menyantap rotinya yang tadi ia diamkan sejenak. Mama dan papanya pun ikut heran dengan tingkah anaknya itu.
"Kamu kenapa sih mikh, kok senyum senyum gitu?" Tanya mama Mikha penasaran.
"Hmm... gak apa kok ma, Mikha cuman lagi Seneng aja"
"Lagi Seneng? Karena Richard?" Mikha tersedak setelah mendengar pertanyaan dari papanya itu.
"Ihh.. papa" kini pipi Mikha telah berubah menjadi merah padam.
Papa dan mama Mikha hanya tertawa melihat tingkah anaknya ini.
•••Mikha kini telah berada di depan kampus Richard. Ia menggunakan dress selutut berwarna tosca dengan mantel berwarna peach dan stoking abu abu. Mikha nampak lucu dengan pakaiannya itu.
Mikha yang merasa kedinginan dengan cuaca yang cukup dingin itu menggosokkan kedua telapak tangannya agar merasa hangat. Ia kemudian mengambil ponselnya untuk menelepon Richard.
"Halo, Richard?"
"Iya mikh, kamu udah di depan?"
"Iya aku udah di depan. Buruan ke sini, aku kedinginan tauk"
"Iya iya.. tunggu sebentar ya"
Mikha pun memutuskan panggilan teleponnya dan mulai menunggu Richard.
•••Setelah menunggu sekitar 5 menit. Richard akhirnya datang, namun ia tak sendiri. Richard ditemani oleh beberapa temannya.
"Mikha!" Sapa Richard yang baru saja keluar dari gedung kampusnya.
Richard berlari kecil menghampiri Mikha.
"Kamu nunggu lama ya, maaf ya" ucap Richard sambil mengacak rambut Mikha asal.
"Hmm... kamu lama banget sih. Aku bisa beku tauk di sini" jawab Mikha dengan wajah yang kesal.
"Hallo!" Sapa seorang pria yang baru saja menghampiri mereka. Diikuti oleh beberapa orang lagi yang tadi ikut keluar bersama Richard.
Mikha tersenyum membalas sapaan mereka dengan wajah yang sedikit bingung.
"Mikha kenalin, mereka ini temen temen aku" Mikha langsung membungkuk kan badannya 45 derajat untuk menyapa mereka.
"Hello, My name is Joe, My real name is Jauhar Adiprakoso dari Yogyakarta. Umur 22 tahun, masih single, dan sedang mencari seorang istri, bukan seorang pacar. Oiya, aku ini salah satu mahasiswa terganteng dan terkeren loh di yogya. Jadi kalau kamu kapan kapan mampir ke yogya, pasti tak ajak muter muter. Oke" begitu ucapan laki laki yang menyapa Mikha tadi dan memperkenalkan dirinya dengan logat medok khas Jawa.
"Jangan dengerin dia, dia emang gitu orangnya radak aneh. Oiya kenalin, nama gue Baron. Gue dari Bandung. Seneng ketemu sama lo"
"Hai, kenalin nama gue Elvan, asal dari Makassar tapi udah 5 tahun tinggal di Jakarta. Gue harap, kita bisa jadi teman"
"Kalian semua orang Indonesia?" Tanya Mikha dengan polosnya.
"Kebetulan kita semua orang Indonesia. Berhubung kita satu negara dan satu apartement, mangkannya kita bisa sedeket ini" jawab Elvan menjelaskan.
"Kita udah tau kamu dari cerita Richard. Kamu tau, setiap hari Richard selalu nyari tau keberadaan kamu. Setiap hari dia galau galau gak jelas kayak ABG yang baru puber. Pokoknya hidupnya berantakan banget deh" jelas Joe.
"Apa apaan sih. Udah mending kita cari tempat buat anget in badan. Dingin banget nih!" Ajak Richard menyudahi pembicaraan mereka.
•••Mereka kini telah berada di sebuah cafe dekat Leiden University dengan memesan kopi panas untuk menemani mereka berbincang bincang. Mikha terlihat begitu bahagia karena Richard membawakan teman untuk nya.
"Jadi, kalian balikan?" Sontak Richard dan Mikha tersedak secara bersamaan saat Baron menanyakan tentang hubungan mereka.
"Pingin nya sih gitu" mendengar jawaban Richard, Mikha hanya diam dengan pipi yang telah berubah seperti kepiting rebus.
"Ooowwww..."
"Cicuit..."
"Ehem ehem""Udah udah... kalian apaan sih, kayak anak kecil aja" ucap Mikha dengan wajah yang masih memerah.
"Lo ini lucu banget sih mikh, mangkannya Richard gak bisa lupain lo" ledek Elvan menggoda Mikha.
"Coba aja dulu aku ketemu sama kamu duluan, pasti kita udah menikah terus punya anak yang lucu lucu, kayak aku" yang lain hanya tertawa mendengar perkataan Joe itu.
Mereka kini sudah menjadi lebih dekat. Canda dan tawa terus terlontar dari mulut mereka. Mikha benar benar merasa bahagia sekali, karena untuk pertama kalinya Mikha memiliki teman di Belanda dan Richard lah yang membantu mengabulkan keinginan Mikha.
Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba tiba datang seorang wanita yang membuat mereka berhenti melakukan aktivitas mereka.
"Hallo, vergeef me dat ik laat ben" (hai, maafkan aku karena terlambat") sapa wanita itu
"Geen probleem, duduk" ucap Richard membalas sapaan wanita itu.
Mikha hanya menatap wanita itu yang kini duduk di samping kiri Richard sedangkan ia duduk di samping kanan Richard.
"Oiya, mikh kenalin, ini namanya Rexa. Rexa kenalin ini namanya Mikha" kini Richard mencoba memperkenalkan mereka berdua.
"Oh....jadi lo yang namanya Mikha, Richard ex-girlfriend right?" Mikha hanya diam menatap tak suka ke arah Rexa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
See you again👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi [END]
ChickLitKematian bukanlah satu satunya hal yang aku takuti sekarang. Namun kini, ketakutan ku hanya satu. Yaitu takut kepergian ku nanti membuat mu bersedih dan lebih terluka. Pergi meninggalkan mu mungkin adalah satu satunya cara, agar kamu terbiasa hid...