END

608 34 11
                                    

'Tit...tit...tit...'
bunyi alat pengukur denyut jantung masih setia menemani Richard yang kini berada di samping Mikha.

'Tok tok'
Terdengar ketukan dari luar jendela ruangan yang berasal dari ketukan mama Mikha. Richard pun langsung menghampiri mama Mikha ke luar ruangan.

"Richard, ini udah malem. Mending kamu istirahat dulu. Besok baru kesini lagi." Ucap mama Mikha.

"Tapi saya masih mau nemenin Mikha tante."

"Tante tau. Tapi kamu juga harus istirahat. Kamu udah seharian nungguin Mikha. Tante gak mau kamu sakit. Udah, mending sekarang kamu pulang dan istirahat."

"Huhh... Yaudah deh tante, Richard pamit pulang dulu. Besok pagi, Richard bakal dateng lagi." Ucap Richard sambil menyalimi mama Mikha.

"Iya...hati hati ya.."

Richard pun akhirnya pergi kembali ke apartemennya.

Papa Mikha kemudian datang dan mengampiri mama Mikha yang sedang duduk di depan ruang ICU.

"Gimana pah, apa kata dokter?" Papa Mikha langsung duduk di sebelah mama Mikha.

"Mama harus ikhlas." Ucap papa Mikha sambil memegang pundak istrinya.

'Tes'
Setetes air mata jatuh dari mata mama Mikha. Papa Mikha memeluk erat istrinya itu.
•••

2 minggu telah berlalu. Keadaan Mikha masih sama seperti kemarin. Ia masih koma dan Richard yang selalu setia mendampingi Mikha.

Pagi ini Richard berada di cafe langganan Mikha. Ia sengaja datang ke cafe itu karena ia merindukan sosok Mikha. Mungkin, dengan mendatangi tempat tempat yang sering di datangi Mikha, Richard merasa Mikha berada di dekatnya.

'Drett...drett...drett...'
Bunyi telepon Richard membuatnya terfokus pada panggilan itu.

"Hallo, ja ik ben alleen." ("Halo, iya dengan saya sendiri.")

"Serieus?! Heel erg bedankt Mijnheer!" ("Serius?! Terima kasih banyak pak!")

Panggilan pun terputus. Richard baru saja di telepon oleh dosennya, dan memberi kabar bahwa skripsinya diterima dan Richard akan segera wisuda. Richard benar benar bahagia. Ia pun langsung pergi menuju rumah sakit untuk memberi tahu kabar baik ini ke Mikha.
•••

Sesampainya di rumah sakit, Richard langsung menghampiri mama Mikha yang berada di depan ruang ICU.

"Tante!" Ucap Richard sambil memeluk mama Mikha.

"Eh eh eh... kamu ini kenapa? Tumben." Ucap mama Mikha kaget melihat tingkah Richard.

Papa Mikha pun datang dan terkejut melihat istrinya di peluk seperti itu oleh Richard.

"Heh Heh.... kamu ngapain meluk meluk tante. Jangan bilang kamu suka sama istri om!" Ucap papa Mikha sambil mencoba melepaskan pelukan mereka.

"Om, tante. Richard bakalan wisuda!!" Sontak mama dan papa Mikha pun kaget sekaligus bahagia dengan kabar tersebut.

"Haa!! Wow, kamu hebat Richard. Om bangga sama kamu!"

"Selamat Richard. Kamu bener bener hebat. Tante juga bangga sama kamu!"

"Iya om tante. Makasih. Richard juga gak nyangka kalau Richard bakalan lulus." Kedua orang tua Mikha pun memeluk Richard layaknya memeluk anaknya sendiri.

Mama Mikha pun melepaskan pelukannya dan memegang wajah Richard. "Beritahu dia."

Mengetahui maksud mama Mikha itu, Richard pun langsung masuk ke ruang ICU dimana Mikha dirawat.
.
.
Richard mengampiri Mikha dan duduk di kursi sebelah ranjang Mikha. Ia mengambil tangan Mikha dan menciumnya.

Intuisi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang