Leiden

1.7K 79 8
                                    

Leiden, kota yang terletak diantara Amsterdam dan Den Haag

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leiden, kota yang terletak diantara Amsterdam dan Den Haag. Kini aku tinggal di kota ini. Meninggalkan kenangan ku di Indonesia. Dan juga, di sinilah aku mulai belajar tentang memahami arti kehidupan.

Oiya, namaku Mikha Margaretha. Sudah hampir 3 tahun aku tinggal di sini bersama kedua orang tuaku. Aku memiliki adik laki laki bernama Miko, namun ia tidak ikut tinggal di sini lantaran ia harus kuliah di Paris.

Di Leiden, aku tidak sekolah maupun kuliah seperti orang orang seumuran ku. Alasan ku berada di sini sekarang adalah untuk bertahan hidup.

4 tahun yang lalu, aku di diagnosa mengidap penyakit kanker darah stadium lanjut. Hidup ku saat itu rasanya benar benar hancur. Bayangkan saja, di umur 19 tahun aku harus mengidap penyakit mematikan itu. Dan kini, aku memutuskan untuk berada di sini untuk menjalani pengobatan, dan juga, untuk berusaha melupakan orang yang aku sayangi.

  •••


"Goedemorgen!" Sapa Mika kepada orang orang yang ia temui di jalanan.

Pagi ini, Mikha tengah berjalan menuju cafe yang terketak di depan jalan dekat tempat tinggalnya. Hari ini Mikha menggunakan coat berwarna merah terang karena cuaca yang cukup dingin, tetapi masih ada sinar matahari yang bersinar terang.

Mikha telah tiba di cafe dan langsung memesan pesanan favoritnya.

"Koffie latte en ham vlees sandwich, een" ( "kopi latte dan sandwich isi daging ham, satu") pinta Mikha kepada pelayan cafe

"Wacht alstublieft op uw bestelling" ("tolong tunggu pesanan anda") Mikha pun memberikan uangnya dan duduk di kursi pojok dekat jendela.

Kini Mikha tengah memandangi jalanan dari balik kaca. Menatap setiap orang yang lalu lalang di jalanan. Damai, itu yang kini Mikha rasakan.

"Dit is uw bestelling. Alstublieft genieten" ("ini pesanan anda. Silahkan dinikmati") begitu ucapan pelayan yang kini memberikan secangkir kopi dan sebuah sandwich pesanan Mikha.

"Bedankt!" ("Terima kasih") Jawab Mikha sambil melepas senyuman manisnya.

Mikha pun mulai menyantap sarapan paginya. Sudah menjadi kebiasaan Mikha setiap hari sarapan di cafe ini. Alasannya adalah, karena ia ingin suatu saat nanti, orang orang yang selalu ia temui setiap pagi akan mengingatnya.
       •••


Mikha kini tengah duduk manis di bangku tengah mobil sambil menatap ke luar jendela. Mikha sedang berada di perjalanan menuju Leiden University Medical Center untuk Check up kesehatannya. Setiap seminggu sekali, Mikha selalu memeriksakan kesehatannya ditemani kedua orang tuannya di salah satu rumah sakit terbaik di Leiden.

                            •••

Mikha telah selesai melakukan pemeriksaan.

"Pah, Mah, aku tunggu di luar ya"

"Yaudah, kita nanti ketemuan di lobby aja ya"

Mikha pun meninggalkan ruang pemeriksaan. Mikha memang tidak suka mendengar hasil pemeriksaan dokter, ia lebih memilih untuk keluar atau jalan jalan di sekitar rumah sakit.

Mikha kini mulai memasuki lift menuju lantai dasar. Dengan menundukkan kepala, lift pun mulai bergerak menuju lantai dasar.

'Ting'
Lift pun sampai di lantai dasar. Mikha mengarahkan pandangannya ke depan. Dan saat pintu lift terbuka, 'jleb' jantung Mikha rasanya telah dihujami oleh pisau belati.

"Mikha......"

"Richard....."



.
.
.
.
.
.
.

Hai... terima kasih sudah membaca
Tungguin kisah selanjutnya yaa...

Intuisi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang