Goede morgen

281 21 1
                                    

"Please...be happy without me"

'DEG'.... jantung Richard kini rasanya telah copot dari tempatnya. Ia menatap lekat kedua mata Mikha.

"Gimana bisa aku hidup tanpa kamu? Kehilangan kamu aja udah buat hidup aku menderita."

"Kamu harus bisa Richard. Cuman ini permintaan aku."

"Tapi mikh..." perkataan Richard terpotong.

"Promise!" Ucap Mikha sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Richard pun terdiam. Menatap wajah Mikha sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan

Richard kemudian tersenyum

"I'm promise." Ucap nya sambil menggabungkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Mikha.
                                   •••



Seperti biasa, Mikha kini tengah sarapan di cafe langganannya. Ia menyantap makanannya dengan lahap dan sesekali memperhatikan  orang orang  sekitar yang melakukan aktivitas mereka.

Saat Mikha sedang fokus pada apa yang dilihatnya kini, tiba tiba ia dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang sangat ia kenal berada di hadapannya.

'Tok tok'
Bunyi kaca jendela yang di ketuk.
Mikha sangat terkejut melihat siapa yang mengetuk kaca jendela tempat ia duduk.

"Goede morgen!" ("Selamat Pagi!"). Mikha seketika membulatkan matanya.

"Richard?" Ucap Mikha sambil memperhatikan Richard yang mulai memasuki cafe.

"Pagi tuan putri!" Ucap Richard sambil memberikan karangan bunga yang ia bawa

"Pagi tuan putri!" Ucap Richard sambil memberikan karangan bunga yang ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mikha mengambil bunga itu dan menciumnya. Ia kemudian beralih lagi ke Richard.

"Kamu ngapain di sini?" Richard hanya tersenyum saat melihat ekspresi bingung dari Mikha.

"Hmm...tadi aku ke rumah kamu, tapi kamunya gak ada. Terus mama kamu bilang kamu lagi ada di sini, Yaudah deh aku susulin kamu."

"Terus ini?" Ucap Mikha sambil mengangkat karangan bunga yang diberi Richard.

"Itu buat kamu."

"Kenapa tulip?" Richard menggerakkan bola matanya bingung harus menjawab apa.

"Hmm...... tulip kan identik sama Belanda." Jawab Richard seadanya.

"Tapi mawar lebih romantis!" Richard hanya tertawa melihat tingkah Mikha yang menurutnya menggemaskan itu.

"Iya iya.....besok aku bawain bunga mawar deh." Ucap Richard sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan Mikha.

"Kamu itu selalu bisa ya buat aku senyum. Makasih ya.." ucap Mikha sambil mencium bunga yang Richard beri.

"Itu emang udah tugas aku selalu bikin kamu bahagia." Richard menatap lembut wajah Mikha.

"Issh.....kamu tuh jangan kebanyakan minum kopi, pantes aja kamu gak tinggi tinggi!" Ucap Richard saat melihat sarapan yang di pesan Mikha.

"Hahaha..... mitos dari mana tuh?" Mikha terkekeh saat mendengar perkataan Richard.

"Aku juga gak tau sih. Tapi temen SMP aku pernah bilang kayak gitu, Yaudah aku percaya." Mikha hanya tertawa mendengar jawaban polos dari Richard.

"Eh, udah belum? Yuk, kalau udah kita pergi"

"Kemana?"

"Udah ikut aja!"
                                   •••

"Udah ikut aja!"                                   •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka jalan bergandengan menyusuri jalanan kota. Terlihat senyum menghiasi kedua bibir mereka.

Tak pernah terbayang di pikiran mereka berdua, bahwa kini mereka dapat kembali bersama sama.

"Ke Den Haag yuk!" Mikha menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Richard.

"Kamu sakit?" Ucap Mikha sambil memegang kening Richard.

"Kenapa? Apa yang salah? Kita masih punya banyak waktu kan." Mikha mencoba memikirkan ajakan Richard.

"Emm...... oke, kita ke Den Haag."
      •••



Mereka kini telah tiba di Leiden Centaal Station

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka kini telah tiba di Leiden Centaal Station. Mereka telah membeli tiket kereta menuju kota Den Haag.

Sebenarnya, ini adalah kali pertama bagi Mikha pergi ke Den Haag. Walaupun ia sudah 2 tahun tinggal di Belanda, namun ia tidak pernah pergi ke luar Leiden.

Kini mereka telah memasuki kereta. Perjalanan dari Leiden menuju Den Haag hanya memakan waktu 18 menit menggunakan kereta.

Mereka duduk berhadapan dan saling menebar senyuman.
                                    •••


Mereka telah tiba di Den Haag. Ramai, ya itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan tempat ini sekarang. Banyak sekali orang orang yang berlalu lalang di jalanan. Namun, keindahan kota ini membuat suasana lain muncul. Banyaknya bangunan tua membuat Mikha takjub dibuatnya.

"So, where we go?"                  
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tungguin cerita selanjutnya yaa...
see you👋🏻

Intuisi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang