Dua minggu berlalu. Kini hari hari Mikha tampak lebih berwarna sejak kehadiran Richard yang kembali di kehidupannya. Setiap hari, ia selalu menghabiskan waktunya bersama Richard. Entah itu di rumah sakit, ataupun hanya sekedar jalan jalan di sekitar Leiden.
Mikha kini sedang duduk di kursi roda sambil menatap keluar jendela jembatan penghubung gedung rumah sakit. Dengan infus yang masih menempel di tangan kirinya, ia tampak lebih kurus dari biasanya.
Tiga hari yang lalu, ia baru saja melakukan radioterapi. Dan hari ini, keadaan nya mulai membaik. Ia sudah bisa meninggalkan ruangannya.
Dari arah lain, terlihat Richard yang sedang mengawasi Mikha, dengan membawa satu buket bunga tulip berwarna putih. Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati Mikha. Richard merasa, Mikha belum mengetahui keberadaannya.
Dari arah belakang, Mikha dikejutkan dengan munculnya satu buket bunga di hadapannya. Mikha pun sontak langsung menoleh ke arah belakangnya.
Sebuah senyuman pun terlepas dari bibir pucatnya. Matanya mulai berbinar seperti kristal saat menatap seseorang yang kini berada di belakangnya.
"Richard..." ucap Mikha lirih.
"Hai...." Mikha merasa damai saat kembali mendengar suara Richard yang begitu hangat dan menyentuh hati.
Mikha pun mengambil buket bunga itu dan diletakkan di pangkuannya.
"Tadinya aku ke ruangan kamu, tapi ruangan kamu sepi. Eh, ternyata kamu malah ada disini." Mikha tersenyum.
"Aku bosen di kamar terus. Aku mau cari udara seger."
"Emm.....gimana kalau kita pergi ke taman belakang aja?" Mikha pun mengangguk.
"Tapi udara di luar dingin banget. Nih...kamu pakek mantel aku aja." Ucap Richard sambil melepaskan mantelnya dan memakaikannya ke tubuh Mikha.
Richard pun mulai mendorong kursi roda Mikha dan mulai menuruni gedung menggunakan lift.
Mereka kini telah berada di taman belakang rumah sakit. Mereka sedang menikmati udara segar di sana. Mikha menarik nafasnya dengan kuat dan dilepaskannya begitu saja. Richard hanya tersenyum sambil memperhatikan Mikha.
Richard mencoba membelai rambut Mikha, namun beberapa helai rambut milik Mikha pun ikut terbawa. Richard mencoba menahan air matanya saat mengetahui rambut Mikha mulai mengalami kerontokan akibat terapi yang ia jalani.
"Richard...." ucap Mikha sambil menatap lurus ke depan.
"Hmm.....kenapa mikh?"
"Kamu masih inget sama Miko?" Richard terkekeh.
"Miko? Ya jelas lah aku masih inget sama Miko. Orang yang udah nge mutilasi Teddy bear yang aku kasih ke kamu kan?" Jawab Richard sambil tertawa.
Mikha pun ikut tertawa. Mikha kemudian mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya.
"Aku punya janji sama dia. Dan aku takut, aku gak bisa nepatin janji aku ke dia." Ucap Mikha sambil menundukkan kepalanya.
"Janji? Janji apa?"
Mikha kembali menarik nafasnya panjang.
"Aku janji ke dia, kalau aku bakalan nemenin dia duduk di bawah menara Eiffel." Mikha kemudian mencoba tersenyum.
Richard terdiam sambil mengelus pundak Mikha.
•••Kini Mikha telah keluar dari rumah sakit. Ia kini berjalan agak terburu buru karena hari ini ia sudah punya janji dengan Richard.
Mikha membuka pintu cafe dan berjalan agak cepat. Ia menaiki tangga menuju ke lantai dua cafe.
"Sorry Sorry. Kamu nunggu lama ya?" Ucap Mikha dengan nafas yang terengah engah.
"Kamu dari mana aja sih lama banget. Aku nungguin kamu udah dari satu jam yang lalu tauk!" Balas Richard dengan wajah yang kesal.
"Maaf, tadi aku ketiduran. Tapi aku udah coba hubungi kamu tapi HP kamu gak aktif. Aku bener bener minta maaf." Ucap Mikha dengan wajah yang sedih.
"Yaudah, cepetan duduk!" Mikha pun langsung duduk di hadapan Richard dengan wajah yang tegang.
Richard mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya ke Mikha. Mikha menatap amplop itu dengan tatapan bingung.
"What is this?" Ucap Mikha sambil menunjuk amplop itu.
" Just open." Ucap Richard sambil menggerakkan dagunya menunjuk amplop.
Mikha yang penasaran pun langsung membuka amplop itu. Dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui isi dari amplop itu.
Richard tertawa saat melihat ekspresi Mikha yang begitu lucu. Richard kemudian tersenyum sambil menatap Mikha.
"I.....ini...?" Ucap Mikha sambil mengeluarkan isi dari amplop itu.
"Hmm....." ucap Richard sambil menganggukan kepalanya.
Mikha meneteskan air matanya. Ia sangat terharu sekaligus bahagia dengan apa yang di berikan Richard kepadanya.
Isi dari amplop itu adalah tiket pesawat. Richard memberikan dua buah tiket pesawat menuju Paris untuk dirinya dan Mikha. Richard sengaja berpura pura marah pada Mikha untuk meng sukseskan rencananya.
"Kita akan ke Paris. Dengan begitu, kamu bisa nepatin janji kamu ke Miko." Mikha pun tersenyum dengan mata yang berkaca kaca.
"Aku gak tau lagi harus ngomong apa ke kamu. Tapi yang jelas, aku makasih banget sama kamu. Karena kamu selalu punya kejutan kejutan yang gak pernah aku duga sebelumnya. Dan itu semua, selalu buat aku jadi orang paling bahagia dan beruntung di dunia ini. Makasih." Ucap Mikha sambil menggenggam tangan Richard.
'Aku harap, ini cara yang tepat buat ngewujudin mimpi kamu mikh. I LOVE U' ucap Richard dalam hati
.
.
.
.
.
.
.
.
Iiiiihh......Richard sosweet banget sih...
Sisa in satu yang kayak gini bisa enggak😂Oke, sampai ketemu di Paris 👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi [END]
ChickLitKematian bukanlah satu satunya hal yang aku takuti sekarang. Namun kini, ketakutan ku hanya satu. Yaitu takut kepergian ku nanti membuat mu bersedih dan lebih terluka. Pergi meninggalkan mu mungkin adalah satu satunya cara, agar kamu terbiasa hid...