Open Your Eyes

347 23 0
                                    

Richard masih berda di depan ruang ICU sambil memandangi Mikha yang tergeletak tak berdaya. Ingin sekali rasanya ia menggenggam erat tangan Mikha. Ingin sekali rasanya ia memeluk tubuh itu. Membisikkan kata kata untuk menyemangati nya. Tapi ia tak bisa. Ia sadar bahwa kini ia bahkan tak bisa melakukan apa apa untuk Mikha. Bahkan hanya sekedar untuk berada di sampingnya.

Sebuah tangan yang menempel di pundak Richard sukses membuat ia memalingkan pandangannya ke belakang.

"Tante." Ucap Richard kaget saat mengetahui mama Mikha kini bersamanya.

"Akhirnya kamu tau juga." Ucap mama Mikha sambil tersenyum sendu.

"Maafin tante ya gak bilang ini semua ke kamu. Tante sengaja nyembunyiin ini semua karena permintaan Mikha. Dia gak mau kamu gagal dalam ujian kamu cuman gara gara kepikiran sama Mikha."

"Iya tante gak papa. Saya ngerti kok." Balas Richard.

Mama Mikha menunjuk ke arah Mikha. "Kamu bisa masuk. Tante yakin, pasti kamu sangat merindukan Mikha."

Richard pun melangkah ke depan pintu sambil memakai baju steril, penutup kepala dan juga membersihkan tangannya sebelum masuk. Ia pun membuka pintu ruangan dan segera menghampiri Mikha.

Richard duduk di kursi sebelah ranjang Mikha. Ia menatap wajah Mikha yang terlihat sedang terlelap. Wajahnya sangat pucat. Matanya terpejam rapat seperti tidak ingin terbuka kembali. Richard pun mengambil tangan Mikha dan menggenggamnya.

Richard mendekatkan tangan Mikha ke wajahnya dan mencium sekilas telapak tangan Mikha.

"Mikh....aku dateng." Ucapnya sambil berharap Mikha membuka matanya.

"Aku....aku kangen banget sama kamu mikh."

"Tolong buka mata kamu mikh..."

"Ayo bangun."

"Ayo kita jalan jalan bareng lagi."

"Ayo kita ketawa bareng lagi mikh. Aku mohon kamu buka mata kamu mikh!" Richard kini tak bisa menahan emosinya. Ia pun menangis.

"Hiks...aku mohon mikh....hiks..."

Dari luar jendela, terlihat mama Mikha yang sedang memandangi Richard dan Mikha. Ia pun tak dapat menahan air mata nya. Rasa takut dan sedih bercampur menjadi satu.
•••

Siang ini, Richard sedang berada di toko bunga dan di temani oleh Rexa yang juga membantunya untuk memilihkan bunga untuk Mikha.

"Nih!" Ucap Rexa sambil memberikan satu buket bunga kepada Richard.

"Cantik. Makasih ya lo udah mau temenin gue cari bunga." Ucap Richard hangat.

"Iya sante aja lagi. Kayak baru kenal gue kemarin aja. Oiya, gimana keadaan Mikha?"

"Hmm...dia masih belum sadar. Tapi gue yakin dia pasti sembuh. Gue tau Mikha orang yang kuat." Rexa memegang pundak Richard.

"Gue juga percaya kok kalau Mikha pasti bisa ngelewatin masa kritisnya. Lo gak boleh sedih. Mikha pasti gak mau liat lo sedih kayak gini." Richard pun tersenyum.

"Makasih ya Xa, lo emang sahabat terbaik gue."

Jujur, dalam hari Rexa kata 'SAHABAT' yang dilontarkan Richard barusan sangat menyayat hatinya. Tapi ia sadar, bahwa Piterpan yang ia cintai telah menemukan Wendy nya, dan ia hanyalah Tinkerbell yang sampai kapan pun tidak akan pernah bisa menjadi Wendy.

"Yaudah Xa, gue ke rumah sakit dulu ya. Lo mau ikut?" Tanya Richard.

"Emm...enggak deh. Tugas gue masih banyak. Jagain Mikha ya Chad." Balas Rexa.

"Pasti Xa. Oiya ini buat lo." Richard pun memberikan setangkai bunga dari buket bunga yang akan ia kasih untuk Mikha.

Rexa pun mengambil bunga itu. "Yaudah gue pergi dulu ya. Bye!" Richard pun pergi meninggalkan Rexa.
•••

Richard kini telah tiba di rumah sakit. Ia kini berada di samping Mikha sambil menggenggam tangan Mikha yang terasa dingin. Sudah berhari hari Richard selalu melakukan hal ini. Ia selalu menghabiskan waktunya untuk menunggu Mikha sadar. Urusan kuliahnya, ia sudah menyelesaikannya. Kini ia tinggal menunggu panggilan dari dosennya untuk mengetahui ia lulus atau tidak.

"Mikh...hari ini aku bawain bunga buat kamu."

"Tadi Rexa yang milihin bunga ini buat kamu."

"Dia bilang, Lily putih melambangkan kesucian. Sama kayak rasa sayang aku ke kamu. Kamu gak mau liat bunga nya gitu?"

Hatinya kini terasa ditikam oleh belati. Ia terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri. Tapi, hanya itu yang kini ia bisa lakukan sekarang.

"Mikh... kamu gak capek apa tidur terus?"

"Aku kangen banget sama kamu mikh. Aku rindu sama tawa kamu. Aku rindu sama candaan kamu. Aku rindu sama semua tentang kamu."

"Mikh...tolong kasih aku waktu untuk sekali aja bahagia in kamu. Aku mohon..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yaaassss, akhirnya bisa update lagi...
Tungguin cerita selanjutnya yaa...

See you 👋🏻

Intuisi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang